Gara-gara Pulsa dan Token Listrik, Uang Rp 375 Juta Milik ASN di Tulungagung ini Raib

Seorang aparatur sipil negara (ASN) alias PNS melapor telah kehilangan uang sebesar Rp 375 juta lebih, pada Minggu (14/7/2019) malam.

Editor: Yudhi Maulana Aditama
Tribunnews
Ilustrasi - Gara-gara Pulsa dan Token Listrik, Uang Rp 375 Juta Milik PNS di Tulungagung ini Habis Terkuras 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Seorang aparatur sipil negara (ASN) alias PNS melapor telah kehilangan uang sebesar Rp 375 juta lebih, pada Minggu (14/7/2019) malam.

SB (56), inisial PNS tersebut, menjadi korban investasi yang diduga bodong.

Pada Desember 2016 silam, SB didatangi dua orang bernama Agung dan Ike.

Saat itu dua orang ini menawari investasi pulsa dan token listrik dari PT M yang berkedudukan di Jakarta.

"Saat itu pelapor diajak ke salah satu rumah di Jalan Wahidin Sudiro Husodo Tulungagung," terang Kasubag Humas Polres Tulungagung, AKP Sumaji, Senin (15/7/2019).

Di rumah milik AN ini, SB ditawari untuk bergabung dalam investasi ini.

Saat itu SB dijanjikan akan mendapatkan keuntungan besar.

Yakin dengan tawaran ini, SB kemudian mentransfer uang sebesar Rp 375 juta lebih ke rekening milik AN.

Anggota TNI Gadungan Lakukan Penipuan, Tiduri 16 Wanita yang Sudah Punya Suami

Okie Agustina dan Gunawan Dwi Cahyo Dilaporkan Kasus Penipuan Umrah Rp 50 Juta, Diperiksa 8 Jam

"Proses transfer dimulai 2 Februari 2017, dilakukan bertahap, hingga totalnya mencapai Rp 375 juta lebih," sambung Sumaji.

Dari total uang yang disetorkan, SB dijanjikan keuntungan Rp 212 juta, setelah 23 bulan 10 hari.

Namun sampai waktu yang dijanjikan, keuntungan tersebut tidak pernah diterima SB.

Bahkan uang pangkal sebesar Rp 375 juta yang disetorkan, tidak dikembalikan oleh PT M.

"SB kemudian melaporkan PT M yang berkedudukan di Jakarta," ujar Sumaji.

Polisi masih melakukan penyelidikan, untuk menindaklanjuti laporan SB.

Lebih jauh Sumaji mengatakan, belum dipastikan apakah PT M perusahaan yang kredibel atau bagian modus penipuan.

Namun pihaknya beharap, masyarakat berhati-hati dengan tawaran investasi.

Apalagi jika dijanjikan keuntungan yang sangat besar dalam waktu yang singkat.

"Pelaku penipuan modus investasi selalu menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat. Masyarakat harus waspada," tegas Sumaji.

Jika mendapAtkan tawaran investasi, masyarakat diharapkan mencari informasi terkait perusahaan terkait.

Sebab di era digital, informasi kredibilitas perusahaan investasi dengan mudah dicari lewat Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

"Cek di OJK, perusahaannya benar-benar terdaftar atau tidak," pungkas Sumaji.

Pelacakan secara online, PT M yang dilaporkan SB pernah terjerat kasus penipuan.

Bahkan tahun 2017, Bareskrim mabes Polri telah menetapkan direksi perusahaan ini sebagai tersangka.

Waspada Penipuan! Ditelpon Orang Tak Dikenal Via WhatsApp, Uang Rp 100 Juta Raib dari ATM Wanita Ini

Dijebloskan ke Penjara Akibat Kasus Penipuan, Caleg Gerindra Teriak Prabowo Presiden

Penipuan Modus Tukar Uang Receh

Kasus penipuan dengan modus menukar uang receh terjadi di Kota Mojokerto.

Korbannya adalah pengelola toko perlengkapan anak-anak, Lestari, di Jl Mojopahit, kota Mojokerto.

Aksi penipuan ini terekam tiga kamera CCTV Toko Lestari.

Seorang pegawai Toko Lestari Rodiatul Masruroh (18) mengatakan, kejadian ini terjadi, Rabu (17/4/2019). Kala itu, Toko Lestari sedang ramai pembeli.

"Kejadiannya kemarin, Rabu (17/4) sekitar pukul 12.45 WIB. Karena hari libur, toko ramai pembeli," katanya, Kamis (18/4).

Masruroh sapaan akrabnya menyebutkan, pelaku berjumlah 3 orang. Saat memasuki toko, seorang pelaku langsung menyodorkan tawaran penukaran uang kepada pemilik toko Sri Setyowati (45) yang duduk di kursi kasir.

"Bu Setyowati menerima tawaran para pelaku. Karena toko butuh uang koin untuk kembalian. Selain itu bu Setyowati berniat membantu," sebutnya.

Sejumlah pegawai pun menghitung jumlah uang koin yang diserahkan pelaku. Mulanya, para pegawai menghitung uang koin dengan cara menyamakan nominalnya.

"Nominal uang koin yang diserahkan pelaku di antaranya Rp 100, Rp 200, dan Rp 500. Sebelum dihitung, Kami mengumpulkan uang koin dengan menyamakan nominalnya. Kami menghitung dengan membeber uang koin di lantai sebelah kasir sembari duduk lesehan," ucapnya.

Tak seberapa lama, tiba-tiba seorang pelaku menghentikan para pegawai saat tengah menyamakan nominal uang koin. Lantas, pelaku mencampur uang koin yang telah disamakan nominalnya oleh pegawai.

"Seorang pelaku berkata, cara menghitungnya disusun tak sesuai nominal saja. Namun, setiap satu susunan nomilan uang koinnya berjumlah Rp 1.000. Kami tanpa curiga menuruti permintaan pelaku," paparnya.

Dia menambahkan, pelaku kemudian mengambil alih perhitungan nominal uang koin. Satu demi satu koin disusun oleh pelaku.

"Teman saya, Tika Dewi (18) tidak boleh ikut campur saat menghitung sama pelaku. Saya tak mengetahui hal itu. Karena saat itu saya diajak mengobrol dengan dua pelaku lain yang berdiri di belakang saya. Saya kira Tika waktu itu juga ikut menghitung, ternyata hanya melihat saja," ujarnya.

Setelah uang koin sudah tersusun, pelaku tersebut mengumpulkannya. Pelaku mengumpulkan 10 susunan uang koin. Total nominal 10 susunan uang koin itu Rp 10.000.

"Setelah dikelompokan menjadi tiap 10 susunan, para pelaku menandai dengan satu koin. Satu koin itu dianggap nominalnya Rp 10.000 atau sesuai dengan 10 susunan uang koin. Satu koin itu dimasukkan ke topi pelaku," ujarnya.

Selanjutnya, seorang pelaku menyerahkan uang koin yang telah tersusun dan terhitung ke Setyowati. Tanpa rasa curiga Setyowati menukar uang koin itu dengan uang kertas.

"Pelaku mengumpulkan uang itu di depan bu Setyowati. Pelaku berkata, uang itu terkumpul Rp 2.294.000. Kemudian Bu Setyowati membulatkan nominalnya. Dia memberikan uang Rp 2.300.000 kepada pelaku. Setelah itu pelaku diduga kabur ke arah Jalan Bhayangkara," ungkapnya.

Sekitar 30 menit berselang, Setyowati mulai curiga. Dia curiga para pelaku menghitung uang koin yang berjumlah Rp 2.294.000 dengan kurun waktu kurang dari satu jam.

"Kami pun menghitung ulang uang koin itu. Benar saja, uang koin yang diserahkan pelaku hanya berjumlah Rp 500.000 bukan Rp 2.294.000. Toko mengalami kerugian sekitar Rp 1.800.000. Setelah menyadari telah tertipu, kami melapor polisi," terangnya.

Masruroh menyebutkan ciri-ciri pelaku. Pelaku yang menghitung uang koin ciri-cirinya berpawakan tambun, berkumis, mengenakan kaus putih, jaket cokelat, dan membawa tas ransel.

Pelaku selanjutnya ciri-cirinya menenteng tas anyaman plastik berisi uang koin serta mengenakan kaus garis-garis hitam dan putih. Pelaku terakhir yang berada di belakang Masruroh mengenakan kaus hitam dan berpawakan kurus tinggi.

"Kedua pelaku yang berdiri di dekat saya serta satu pelaku yang menghitung uang koin selalu mengajak kami berbicara. Hingga kami tak menyadari jumlah hitungan nominal uang koin. Dengan mengajak berbicara perhatian kami teralihkan, seperti digendam," jelasnya.

Sementara itu, Sri Setyowati berharap agar para pelaku segera tertangkap agar kejadian serupa tak menimpa warga lain.

"Ini jadi pelajaran, agar kejadian serupa tak kembali terulang," pungkasnya.

Penipuan Berkedok Aplikasi Update

Baru-baru ini beredar aplikasi palsu yang seolah-olah berfungsi untuk meng-update Hp Samsung.

Dilansir Grid.id dari Nextren Dalma artikel 'Jangan Sampai Ketipu! Beredar Aplikasi Update Palsu Untuk HP Samsung', penipuan yang dilakukan aplikasi palsu berkedok update HP Samsung ini telah banyak membuat banyak orang percaya

Hal ini tampak dari pengguna yang telah mendownload aplikasi palsu update HP Samsung ini mencapai kurang lebih 10 juta pengguna

Aplikasi ini beredar di Google Play Store dengan nama "Updates for Samsung"

Jadi, apa yang berbahaya dari aplikasi ini?

Pertama, walaupun ada embel-embel Samsung di namanya, aplikasi ini bukanlah dari Samsung.

Banyak pengguna yang tergoda men-download aplikasi ini karena tertipu dengan namanya.

Begitu terpasang, aplikasi ini tidak akan memberikan update software apapun.

Justru kita akan dibawa masuk ke sebuah situs yang berisi banyak iklan yang berisi penawaran untuk men-downloadfirmware berbayar.

Seorang analis dari CSIS Security Group Aleksejs Kuprins akhirnya meneliti aplikasi palsu ini.

Dia menemukan kalau aplikasi ini memberikan banyak jasa seperti unlock SIM card dengan harga $20 atau sekitar Rp 280 ribuan.

Ada juga jasa update firmware dengan harga mencapai $35 atau sekitar Rp 430 ribuan.

Yang lebih mencurigakan, sistem pembayarannya tidak langsung melalui Google Play, tetapi harus memasukkan nomor rekening secara langsung.

Aleksejs Kuprins juga menyebutkan kalau aplikasi ini tidak memiliki manfaat sama sekali.

Nah, bagi kalian pengguna HP Samsung, jangan sampai tertipu dengan aplikasi yang satu ini ya.

Untuk update sistem rutin pasti akan diberitahukan secara otomatis dari HP kalian masing-masing.

Kalian juga bisa melihat pemberitahuan update dari menu Setting di HP Samsung kalian

Selain aplikasi palsu, Google Play Store juga masih dipenuhi dengan aplikasi-aplikasi berbahaya yang mengandung malware

Sebelumnya, Google kabarnya telah menghapus 22 aplikasi Android di Paly Store yang diduga terjangkit malware.

22 aplikasi HP Android ini disebut-sebut dapat menghisap daya baterai dan kuota internet pengguna.

Hal ini lantaran 22 aplikasi Andorid tersebut rupanya diam-diam menampilkan iklan, dengan menyamar sebagai sebuah aplikasi biasa.

Aplikasi terjangkit malware itu pertama kali diungkap oleh perusahaan anti-virus Sophos

Tampilan aplikasi tersebut juga tak terlihat, sebab ukuran jendelanya hanya memiliki panjang dan lebar sebesar 0 piksel, sehingga tak tampil di layar ponsel.

Sebenarnya, aplikasi-aplikasi itu bakal menempel di browser ponsel seperti Google Chrome, kemudian sang malware menyisipkan iklan secara terselubung di situ.

Jika aplikasi-palikasi tersebut dibuka, sang malware akan menjalankan tugasnya dengan menampilkan iklan di tab tersebut, lalu secara otomatis dan berulang akan diklik oleh ponsel, bahkan meski browser tidak dibuka.

Parahnya lagi, kegiatan klik iklan fiktif menurut Sophos telah menjangkit sekitar 2 juta perangkat Android, di mana pengguna secara telah mengunduh salah satu aplikasi berbahaya tersebut.

Namun, untuk saat ini, pengguna dapat mendeteksi keberadaan malware dengan menelusuri penggunaan kuota data Internet serta daya baterai.

Jika kuota cepat habis walau tidak digunakan atau baterai menunjukkan keborosan yang tak wajar, bisa jadi perangkat pengguna terserang malware.

Dilansir dari Phone Arena, berikut daftar aplikasi lengkap yang terinfeksi malware yang baru saja dihapus Google dari Play Store.

1. Sparkle FlashLight

2. Snake Attack

3. Math Solver

4. ShapeSorter

5. Tak A Trip

6. Magnifeye

7. Join Up

8. Zombie Killer

9. Space Rocket

10. Neon Pong

11. Just Flashlight

12. Table Soccer

13. Cliff Diver

14. Box Stack

15. Jelly Slice

16. AK Blackjack

17. Color Tiles

18. Animal Match

19. Roulette Mania

20. HexaFall

21. HexaBlocks

22. PairZap

Meski 22 aplikasi Android ini sudah dihapus dari PlayStore, pengguna yang terlanjur memasangnya harus mencopotnya secara manual, sebab malware bisa saja masih berfungsi meski sudah dihapus keberadaannya dari toko aplikasi.

Penulis: David Yohanes

(Artikel ini telah tayang di Tribunmadura.com dengan judul Gara-gara Pulsa dan Token Listrik, Uang Rp 375 Juta Milik PNS di Tulungagung ini Habis Terkuras)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved