Sempat Jadi Objek Foto Turis Asing, Ini Cerita Dibalik Modifikasi Motor Berbalut Limbah di Cibinong
banyak pengendara yang sengaja turun dari kendaraannya untuk memotret motornya itu termasuk bule turis asing.
Penulis: Naufal Fauzy | Editor: Damanhuri
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Naufal Fauzy
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CIBINONG - Sebuah motor bebek yang di modifikasi sedemikian rupa menggunakan limbah di Jalan M.Ashari, Cibinong, Kabupaten Bogor cukup menarik perhatian.
Sang pemilik motor, Syamsuri (40) mengatakan bahwa sudah cukup banyak pengendara yang sengaja turun dari kendaraannya untuk memotret motornya itu termasuk bule turis asing.
"Pernah lagi jalan ada mobil nyetop, terus ambil foto motor saya, makasih ya, katanya. Eh kirain ada apa. Pernah juga bule moto juga. Orang luar kiranya ini motor pajangan, padahal motor hidup," kata Syamsuri kepada TribunnewsBogor.com, Rabu (7/9/2019).
Bapak tiga anak ini menjelaskan bahwa motor tersebut pertama kali ia dapat dari sahabatnya beberapa tahun lalu.
Sahabatnya tersebut jatuh sakit dan berencana menjual motor lama satu-satunya yang sudah rusak untuk biaya berobat.

Syamsuri yang bekerja sebagai tukang parkir ini kemudian membeli motor tersebut dengan uang yang dia punya sebesar Rp 100 ribu ditambah sebuah ponsel kecil.
"Itu motor awalnya udah hancur. Tapi kalau ditimbang dijual besinya kurang bermanfaat. Nah saya manfaatin dengan limbah (modifikasi) ke motor itu. Itu motor China. Kita punya seni jangan sampai gak dimanfaatin seni itu," kata Syamsuri.
Motor bebek tersebut dibalut menggunakan limbah bubuk kayu yang ditempel menggunakan lem dari limbah steryfoam.
Selain itu, ditambah pula kayu dan aksesoris lain seperti dari keong, sendok, batu, centong dan yang lainnya.
Menurutnya, motor tersebut memiliku makna tersendiri bagi dirinya.
"Di motor itu ada kayu, sewaktu-waktu manusia itu akan rapuh seperti kayu. Di situ juga ada keong, jangan lupa dengan ilmu yang kita dapat dari orang tua. Ada centong, karena itu dipakai untuk mencari sesuap nasi," katanya.

Tidak hanya itu, di dalam modifikasi motor tersebut juga terdapat kayu yang berisi tulisan Bahasa Sunda 'ulah cerik' yang artinya 'jangan menangis.'
"Kenapa jangan nangis, karena kita jangan minta-minta, kita punya seni, jual lah seni kita," kata Syamsuri.
Selain modifikasi motor bebek menjadi unik, Syamsuri juga mengaku kerap membuat kerajinan tangan seperti gelang, cincin dan yang lainnya.
Hal itu, kata dia juga diajarkan kepada anak-anak jalanan agar mereka bisa lebih kreatif.
"Kita kan hidup di jalan nih, sebenarnya orang-orang yang hidup di jalan itu punya karya seni tapi dipendam tak bisa menonjolkan. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menonjolkan, orang-orang yang di bawah belum tentu bisa menonjolkan," ungkapnya.