Jalani Prarekonstruksi, Pembunuh 1 Keluarga di Banyumas Disoraki Warga, Adik Minta Dihukum Setimpal
Prarekonstruksi pembunuhan 1 keluarga ini membuat para warga ramai berkumpul dan menyoraki tersangka saat melakukan adegan penguburan.
Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Ardhi Sanjaya
Jalani Prarekonstruksi, Pembunuh 1 Keluarga di Banyumas Disoraki Warga, Adik Minta Dihukum Seumur Hidup
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Kasus pememuan empat kerangka satu keluarga di Banyumas, Jawa Tengah belakangan makin terang benderang.
Keempat tersangka pembunuhan itu pun menjalani prarekonstruksi bersama Satuan Reserse Kriminal Polres Banyumas menggelar, pada Rabu (28/8/2019).
Prarekonstruksi menghadirkan empat tersangka, yaitu Saminah (53) dan ketiga anaknya, Sania Roulitas alias Sania (37), Irvan Firmansyah alias Irvan (32) dan Achmad Saputra alias Putra (27).
Ekspresi keempat pelaku pun disorot oleh warga yang menonton prarekonstruksi tersebut.
Bahkan, warga tampak berteriak dan mengumpat para pelaku saat melakukan beberapa adegan.
Seperti diberitakan, tiga anak Misem, yaitu Supratno alias Ratno (51), Sugiono alias Yono (46) dan Heri Sutiawan alias Heri (41) serta cucu Misem, Vivin Dwi Loveana alias Vivin (22), yang sempat dikabarkan hilang hampir lima tahun ternyata dibunuh.
Kerangka keempat anggota keluarga Misem ini ditemukan terkubur di belakang rumah Misem.
Tersangka pembunuhan adalah anak kedua Misem, Saminah dan ketiga anaknya.
Salah satu anak saminah juga diduga menjual barang-barang milik korban.
Keempat pelaku ditangkap setelah lima tahun menyembunyikan kasus tersebut.
Pembunuhan dilatarbelakangi masalah tanah.
• Sebelum Dikubur, Jasad Satu Keluarga yang Kerangkanya Ditemukan di Banyumas Ditumpuk di Kamar
• Kurang dari 24 Jam Pembunuh Bapak dan Anak Dibekuk, Begini Cara Polisi Menangkap Pelakunya
Dilansir TribunnewsBogor.com dari TribunJateng, banyak sekali warga yang memadati disekitar area rumah Misem dan Suminah.
Mereka berkerumun dan penasaran ingin melihat secara langsung seperti apa kronologi kejadian pembunuhan tersebut.
Karena begitu antusiasnya masyarakat yang melihat pra-rekonstruksi, sampai-sampai pihak kepolisian mesti memperingatkan mereka agar tidak melewati garis kuning polisi.
Suasana menjadi semakin riuh dan ramai, ketika para tersangka keluar rumah dan memperagakan salah satu adegan.

Banyak dari warga yang terdengar meneriaki tersangka dengan kata-kata umpatan.
Hal tersebut masyarakat lakukan karena merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh tersangka.
Namun hal itu langsung diminimalisir, setelah pihak kepolisian akhirnya mengkondisikan supaya masyarakat tetap tenang dan dilarang berkata kasar selama proses rekonstruksi.
Seperti apa yang dikatakan oleh Sihad (47) warga RT 7 RW 3 Desa Pasinggangan yang bahkan sudah semenjak pukul 08.00 WIB ingin melihat jalannya pra-rekonstruksi.
"Yang pasti saya merasa sangat penasaran dengan kejadian tersebut, sungguh keji membunuh keluarga sendiri," katanya.
Selama jalannya proses rekonstruksi, ekspresi dari para tersangka terlihat biasa-biasa saja.
• Alasan Ibu dan Tiga Anaknya Bunuh Satu Keluarga, Kerangka Korban Ditemukan 5 Tahun Kemudian
• Temuan 4 Kerangka Manusia di Banyumas, Korban Dibunuh dengan Tabung Gas dan Besi
Dengan muka tertunduk mereka mengenakan seragam tahanan berwarna biru dengan corak kuning.

Para tersangka juga tampak menunjukan raut muka yang datar meskipun sudah sering disoraki oleh para masyarakat.
Menurut Kanit Reskrim III Polres Banyumas, Ipda Rizki Adhiansyah Wicaksono prarekonstruksi ini dilaksankan bertujuan meyakinkan penyidik terkait dengan pasal yang disangkakan kepada para tersangka.
Terutama adalah peran masing-masing dari keempat tersangka.
"Kami ingin memastikan siapa pelaku utamanya, siapa yang membantu, dan siapa yang menghilangkan barang buktinya," katanya kepada Tribunjateng.com, Rabu (28/8/2019).
Jasad Ditumpuk di Kamar Sebelum Dikubur
Dari hasil pra-rekonstruksi itu pula terungkap jika para tersangka pembunuhan tidak langsung menguburkan keempat mayat
Setelah membunuh keempat korban dari pukul 14.00 WIB hingga menjelang maghrib.
Barulah keesokan harinya, tepatnya pada Jumat malam, 10 Oktober 2014 mayat-mayat itu dikubur di belakang rumah.
"Setelah membunuh keempat korban pada tanggal 9 Oktober 2014 dari mulai sekitar pukul 14.00 hingga maghrib, jasad ditumpuk di salah satu kamar rumah Misem (76). Untuk penguburannya dilakukan keesokan harinya," kata Rizki, Rabu.
Kemudian pada 10 Oktober 2014 pagi, tersangka Irvan dan adiknya Putra membuat lubang di bekas kubangan lumpur untuk mengubur jasad korban.
• Aulia Rencanakan Pembunuhan Suami dan Anak Tirinya di Apartemen di Kalibata
• Ayah dan Anak Tewas di Tangan Aulia Sang Istri Muda, Begini Nasib Istri Tua Pupung Sadili
"Jasad korban kemudian baru dikubur pada malam hari. Malam itu juga barang bukti yang digunakan untuk membunuh ditimbun di sekitar kebun," jelas Rizky.

"Korban semua sudah dalam keadaan mati lemas, karena sudah lebih dari 12 jam," tambahnya.
"Sehingga penguburan sendiri adalah keesokan harinya," pungkasnya. (Tribunjateng/jti)
Minta Pelaku Dihukum Seumur Hidup
Keluarga berharap agar keempat tersangka dihukum seberat-beratnya.
Anak keempat Misem, Edi Pranoto (49) meminta agar tersangka yang tidak lain adalah kakak dan keponakannya sendiri dihukum seumur hidup.
"Saya pasrahkan kepada yang Maha Kuasa. Hukuman kejahatan (seperti itu) seumur hidup, kalau tidak seumur hidup bisa membahayakan yang lain, ibu saya atau saya, (jadi) seumur hidup lah," kata Edi seusai pra rekonstruksi di lokasi kejadian, Rabu (28/8/2019).
Seperti diketahui tersangka pembunuhan adalah Saminah (53) dan ketiga anaknya, Sania Roulitas alias Sania (37), Irvan Firmansyah alias Irvan (32) dan Achmad Saputra alias Putra (27).
Sedangkan korbannya adalah Supratno alias Ratno (51), Sugiono alias Yono (46) dan Heri Sutiawan alias Heri (41) serta anak Ratno, Vivin Dwi Loveana alias Vivin (22).
Tersangka maupun korban merupakan anak dan cucu dari Misem.
Misem memiliki lima anak, dari yang tertua Ratno, Saminah, Yono, Edi dan Heri.
Terkait dengan konflik soal harta antara Saminah dengan saudaranya yang lain, yaitu Ratno, Yono dan Heri, Edi mengaku tidak mengetahuinya.
Pasalnya selama ini Edi tinggal bersama istri dan mertuanya di desa lain.
Edi mengungkapkan saat keempat keluarganya "hilang" secara misterius, sempat mencari keberadaannya ke berbagai lokasi, namun tidak membuahkan hasil. (TribunJateng/Kompas.com)