Momen Ali Ngabalin Minta
Ditegur Kerap Potong Penjelasan Pemred Tempo Soal Sampul Jokowi di ILC, Ali Ngabalin Bereaksi
Berkali-kali Potong Pembicaraan Pemred Tempo Soal Sampul Jokowi, Ali Ngabalin Ditegur Karni Ilyas minta jangan terus memotong pembicaraan.
Penulis: Mohamad Afkar S | Editor: Damanhuri
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Pemred Tempo, Budi Setyarso memberikan penjelasan tentang smapul majalah Tempo yang menampilkan wajah Presiden Jokowi.
Penjelasan itu disampaikan Pemred Tempo saat menjadi narasumber Indonesia Lawyer Club (ILC) tv One.
Budi Setyarso sedikit meluruskan tentang sampul majalah Tempo edisi 16-22 September 2019 bergambar karikatur Jokowi yang di belakangnya terlihat bayangan menyerupai pinokio.
Dalam progra ILV tvOne, pemaparan Budi Setyarso kerap dipotong oleh Tenaga Ahli Kedeputian IV Kantor Staf Presiden Ali Ngabalin.
Hal itu pun memicu sang pembawa acara Karni Ilyas atau akrab disapa Bang Karni bereaksi.
• Rekrutmen CPNS 2019 Akan Dibuka, Ini Ratusan Ribu Formasi yang Dibutuhkan, Catat Jadwal Pendaftaran!
Bermula dari penjelasan Budi Setyarso yang menjelaskan bahwa sampul majalan Tempo edisi 'Janji tinggal Janji' itu tidak menampilkan Jokowi yang menyerupai Pinikio.
Dijelaskannya bahwa bayangan di belakang gambar Jokowi lah yang menyerupai pinokio.
"Saya koreksi cover yang tadi disebutkan tidak menampilkan Pak Jokowi pakai pinokio tapi itu bayangan di belakangnya yang menyerupai pinokio," ujar Budi Setyarso seperti dilansir TribunnewsBogor.com dari tayangan YouTube ILC tvOne, Rabu (9/10/2019).
Mendengara hal itu, Ali Ngabali langsung menanggapinya dengan cepat.
Ali Ngabalin tampak menggap jika Budi Setyarso sedang bersilat lidah.
"Aduh, jangan pandai-pandai bersilat lidah seperti begitu kawan, tidak boleh begitu,"
"Masa kau bilang itu bayangan Bud, jangan begitu dong," tambahnya.
• Pengakuan Kakak Pertama Kali Setubuhi Adik Kandung hingga Hamil, Kadang Adiknya yang Minta Duluan
Sementara itu Budi Setyarso menegaskan bahwa objek menyerupai pinokio itu adalah bayangan di belakang gambar Jokowi.
"Memang bayangannya," kata Budi Setyarso.
Karni Ilyas sontak bereaksi dan meminta agar Budi Setyarso menjelaskan lebih dulu secara utuh sebelum dikomentari.
"Yaudah udah biar dia jelasin," kata Karni Ilyas.
Tak lama, Budi Setyarso melanjutkan pemaparannya.
Kali ini, Budi Setyarso membahas soal kutipan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko soal Buzzer dari media online.
"Saya ingin mengutip perkataan kepala staf kepresidenan atasannya Pak Ngabalin," kata Budi Setyarso.
• Pengakuan Kakak Pertama Kali Setubuhi Adik Kandung hingga Hamil, Kadang Adiknya yang Minta Duluan
Belum selesai bicara, Ali Ngabali tampak kembali memotongnya.
Ali Ngabalin meminta agar Budi Setyarso tidak ragu-ragu menyebutkan nama Moeldoko.
"Saya punya kepala staf saya punya kepala staf, jangan ragu-ragu, sebut jenderal TNI purn moeldoko lengkap jangan ragu-ragu," ujar Ali Ngabalin.
"Oke," timpal Budi Setyarso.
Kemudian Karni Ilyas kembali mengingatkan Ali Ngabalin agar tidak terus memotong pembicaraan Budi Setyarso.
"Gini, jangan dipootong terus, kapan selesainya?" kata Karni Ilyas.
Tampak reaksi Ali Ngabali yang masih memegang mic itu pun langsung tersenyum.
Terdengar suasana studio sedikit riuh saat Karni Ilyas menegur Ali Ngbalin.
Beberkan Perbedaan Wartawan dan Buzzer
Diwartakan TribunJakarta.com, Seorang wartawan senior Budi Setyarso menyatakan dengan tegas bahwa produk jurnalistik berbeda dengan produk dari para buzzer.
Budi Setyarso juga menyebut bahwa seorang jurnalis selalu melakukan kroscek sebelum melakukan rilis pada sebuah berita.
• Curhatan Ayah Ammar Zoni Gagal Timang Cucu Kembar, Akui Bahagia saat Tahu Kondisi Rahim Irish Bella
Hal itu dijelaskan Budi Setyarso pada acara Indonesia Lawyers Club yang tayang di tvOne.
Budi Setyarso menyebut bahwa jurnalis bekerja berdasarkan dengan standar tertentu.
Sehigga seorang jurnalis tidak bisa disamakan dengan seorang buzzer.
"Kalau kemudian itu ditujukan kepada pers, jurnalistik yang umumnya bekerja dengan standar-standar yang diatur oleh undang-undang," ucap Budi Setyarso, dikutip dari tayangan di kanal YouTube Indonesia Lawyers Club pada Selasa (8/10/2019).
Ia juga menjelaskan bahwa seorang wartawan atau jurnalis selalu melakukan verifikasi ataupun konfirmasi sebelum menerbitkan sebuah berita.
"Saya kira itu yang membedakan jurnalistik dengan media sosial," ucap Budi Setyarso.
Budi Setyarso juga menyebut bahwa seorang buzzer hanya mengunggah sebuah informasi tanpa adanya pengecekan ulang.
"Dalam hal ini buzzer ya mereka umunya informasi dicemplungkan tanpa verifikasi, dan kadang memang itu dilakukan untuk membentuk opini," ujar Budi Setyarso.
• Fraksi PSI DPRD DKI Pertanyakan Anggaran untuk Pembelian Antivirus Sebesar Rp 12,9 Miliar
Bahkan Budi Setyarso memberikan sebuah contoh kabar yang beredar dengan luas beberapa waktu yang lalu.
Ia menyebut mengenai pemberitaan ambulans yang disebut membawa batu pada aksi unjuk rasa mahasiswa, Kamis (26/9/2019) lalu.
Pada kabar mengenai ambulans tersebut, para wartawan menyampaikan berita setelah adanya pengecekan melalui beberapa pihak.
"Katakanlah dalam kasus ambulans, itu kalau jurnalistik saya kira sebelum dirilis mereka akan melakukan kroscek dulu," jelas Budi Setyarso.
Hal itu dilakukan untuk mencari tahu kebenaran informasi yang kemudian akan dilanjutkan kepada publik.
Dengan begitu publik akan menerima sebuah informasi yang jelas.
Namun beberapa kali, kritik yang dibuat seorang jurnalis atau wartawan justru mendapat serangan dari berbagai pihak.
Bahkan sebuah produk jurnalistik mendapat serangan yang tidak pantas dari para buzzer.
Bagi Budi Setyarso, hal tersebut dapat sangat berbahaya bila terus terjadi.
"Saya kira itu yang akan membahayakan kita," ucap Budi Setyarso.
• Terkesan Tak Terawat, Sebagian Fasilitas Taman Cipaku Kota Bogor Rusak dan Berkarat
Kemudian Budi Setyarso menjelaskan manfaatnya sebuah pers yang independen.
Bahkan disebutnya pers independen sangat dibutuhkan untuk memajukan sebuah negara.
"Pers yang independen, pers yang bebas itu sangat bermanfaat buat kemajuan negara," ujar Budi Setyarso.
Ia juga menyebutkan peran pers dalam kemajuan sebuah negara.
Pers disebut ikut melakukan kontrol pada jalannya pemerintahan.
"Karena pers yang bebas memastikan media yang independen, itu memastikan pemerintah berjalan dengan baik, mereka terhindar dari korupsi begitu," jelas Budi Setyarso.
Budi Setyarso menyebut bahwa peran pers menjadi sangat penting terutama pada pers yang independen.
Karena itu lah, Budi Setyarso menegaskan bawah jurnalis dan buzzer adalah dua hal yang berbeda.
"Dan ini sangat membedakan dengan tugas dari tugas atau yang dilancarkan oleh kelompok buzzer itu Pak Karni," ucap Budi Setyarso.