4 Fakta di Balik Hajatan yang Diboikot Warga Gara-gara Beda Pilihan Pilkades
Menurutnya ada miskomunikasi terkait indikasi beda pilihan pilkades yang digelar pada bulan September lalu.
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Gara-gara beda pilihan saat pemilihan kepala desa, Suhartini (50), warga RT 013 Desa Jetak, Kelurahan Hadiluwih, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, Jawa Tengah, diboikot warga saat menggelar hajatan pernikahan anaknya.
Saat itu, tak ada seorang pun warga di desanya hadir dalam hajatan tersebut.
Hal itu membuat Tini, panggilan akrab Suhartini, bertanya-tanya.
Menurut salah satu anggota keluarga Tini, sebelum acara hajatan, ada warga yang berteriak-teriak dan diduga menghasut untuk tidak datang membantu persiapan hajatan dan hadir dalam acara hari H.
Meskipun diboikot, menurut salah satu kerabat, acara hajatan berjalan lancar karena dibantu oleh warga dari desa lain.
Menurut Kasi Pemerintahan Pj Kades Hadiluwih, Iwan Budiyanto, permasalahan yang keluarga Suhartini sudah diselesaikan bersama dengan Ketua RT setempat.
Menurutnya ada miskomunikasi terkait indikasi beda pilihan pilkades yang digelar pada bulan September lalu.
Berikut ini fakta lengkapnya:
1. Siti: Ibu saya bukan kader, kok terkena imbasnya
Siti, anak Tini, mengaku sempat kecewa dengan sikap warga terhadap ibunya.
Ibunya yang tak tahu apa-apa soal pilkades justru dijadikan korban sampai tidak ada warga yang mau datang membantu acara hajatan.
"Mamak saya itu salahnya di mana. Kok mamak saya yang diikut-ikutkan?" tanya Siti.
"Mamak saya itu bukan kader dan bukan tim sukses dari calon mana pun. Kenapa dikucilkan seperti itu," katanya.
• Suaminya Tewas Dibunuh Mantan Pacar, Sang Istri yang Sedang Hamil 7 Bulan : Aku Ingat Pesan Kamu
• Tonton Aksi Lucinta Luna Tendang Pria hingga Jatuh Tersungkur, Satpam yang Melihat Beri Reaksi Ini
2. Kronologi pemboikotan versi keluarga
Tini menceritakan, dirinya sudah merasa curiga dengan sikap sejumlah warga sekitar sepekan sebelum acara hajatan dimulai.