Jokowi Sindir Surya Paloh di HUT Golkar, Sudjiwo Tedjo: Tinggal Menghilangkan Sedikit Aura Kecutnya

Budayawan Sudjiwo Tedjo mengomentari ekspresi Jokowi saat menyindir Surya Paloh. Menurutnya Jokowi hanya tinggal menghilangkan wajah kecutnya saja.

Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Vivi Febrianti
Kolase Kompas.com
Budayawan Sudjiwo Tedjo mengomentari ekspresi Jokowi saat menyindir Surya Paloh. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Budayawan Sudjiwo Tedjo mengomentari video Presiden Jokowi saat menyindir Ketum Partai Nasdem Surya Paloh di HUT Partai Golkar ke-55.

Menurut Sudjiwo Tedjo, seharusnya Jokowi barguru ke kaum Jancukers bagaimana cara menyindir tanpa memperlihatkan wajah masam.

Bahkan kata dia, modal Jokowi untuk menyindir sambil tertawa sudah ada.

Kemudian Sudjiwo Tedjo juga mengatakan, Jokowi hanya tinggal menghilangkan sedikit aura kecutnya.

Hal itu disampaikan Sudjiwo Tedjo di akun Twitter-nya @sudjiwotedjo saat mengomentari postingan politikus Partai Solidaritas Islam (PSI) Guntur Romli.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (kiri) berpelukan dengan Presiden PKS Sohibul Iman (kanan) usai mengadakan pertemuan di Kantor DPP PKS, Jakarta, Rabu (30/10/2019). Pertemuan tersebut dalam rangka silaturahmi kebangsaan dan saling menjajaki untuk menyamakan pandangan tentang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (kiri) berpelukan dengan Presiden PKS Sohibul Iman (kanan) usai mengadakan pertemuan di Kantor DPP PKS, Jakarta, Rabu (30/10/2019). Pertemuan tersebut dalam rangka silaturahmi kebangsaan dan saling menjajaki untuk menyamakan pandangan tentang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN )

Melalui akun @GunRomli, Guntur Romli memposting video Jokowi saat pidato di HUT Ke-55 Partai Golkar.

Tampak di video itu, Jokowi mengenakan batik berwarna biru.

Ia menyebut wajah Surya Paloh berseri-seri pasca bertemu dengan Presiden PKS.

"Bapak Surya Paloh yang kalau kita lihat malam ini beliau lebih cerah dari biasanya, sehabis pertemuan beliau dengan Pak Sohibul Iman di PKS," ujar Jokowi yang kemudian disambut tawa para hadirin.

Usai mengatakan itu, Jokowi langsung melihat kertas di tangannya tanpa tertawa.

Jokowi : Tidak Pernah Saya Dirangkul Oleh Bang Surya Seerat dengan Pak Sohibul Iman

Reaksi Ahmad Dhani Ketika Pertama Kali Tahu Prabowo Jadi Menteri Jokowi

Ia pun lama-lama ikut tersenyum dan melirik lagi ke arah Surya Paloh.

"Wajahnya cerah, setelah beliau berdua berangkulan dengan Pak Sohibul Iman," ujarnya dengan wajah datar.

Pernyataan Jokowi itu kembali disambut teriakan dan tepuk tangan.

"Saya tidak tahu maknanya apa, tetapi rangkulannya tidak seperti biasanya, nggak pernah. Tidak pernah saya dirangkul oleh Bang Surya seerat beliau merangkul Pak Sohibul Iman," katanya masih disambut tawa oleh para hadirin.

Rupanya hal itu juga sudah ditanyakan Jokowi langsung ke Surya Paloh.

"Tadi di holding sudah saya tanyakan, ada apa? Tapi jawabnya nanti di lain waktu mau dijawab. Ya saya boleh bertanya donk, karena beliau masih di koalisi pemerintah," ujarnya dengan wajah masam.

Menurut Guntur Romli, pernyataan itu merupakan sindiran keras dari Jokowi untuk Surya Paloh.

Padahal menurut Guntur Romli, Pilpres 2019 baru saja selesai dan Nasdem sudah mendapat 3 kursi menteri.

Sehingga Jokowi melihat menuver ini terlalu jaih dan bisa berpotenti mengganggu koalisi di pemerintahan.

Surya Paloh: Kami Bisa Lebih Hangat Bersama PKS

Surya Paloh Beri Sinyal Jadi Oposisi, Ketum Nasdem: Kalau Tak Ada Oposisi, Demokrasi Selesai

"Banyak yg menganggap manuver Surya Paloh belakangan ini sbg upaya membangun 'Poros Baru 2024' ,

padahal 2019 baru selesai, NasDem dapat 3 menteri,

Jokowi sdah melihat manuver ini kejauhan, yg potensial bisa ganggu koalisi khususnya dlm pemerintahan...

Ini sindiran keras Jokowi," tulisnya.

Video itu juga kemudian ditanggapi oleh Sudjiwo Tedjo.

Menurutnya, Jokowi harus lebih banyak belajar bagaimana cara menyindir tanpa memperlihatkan wajah masam.

Bahkan, Sudjiwo Tedjo juga menandai akun Pramono Anung.

"Mas Jokowi harus berguru ke kaum #Jancukers bagaimana cara menyindir Mas Surya Paloh dll tanpa wajah sedikit wajah masam...

gratis Mas.. heuheuheu ..

Modal menyindir sambil ketawa2nya ud ada kok Mas..

tinggal sedikit ngilangin aura kecutnya.. cc Kang
@pramonoanung," tulisnya.

Beda Gaya Anies dan Ahok saat Susun Anggaran Dibahas, Pertanyaan Najwa Shihab Dapat Tepuk Tangan

Gerindra Oposisi atau Koalisi ? Jawaban Surya Paloh Dipotong Prabowo : Kalau Gak Gini Gak Selesai

Diberitakan, Surya dan Sohibul bertemu di kantor DPP PKS di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Rabu (30/10/2019).

Pertemuan Surya Paloh dan Sohibul Iman saat itu berlangsung dengan akrab. Terdapat momen keduanya saling berangkulan di hadapan kamera pewarta.

Hasil pertemuan tersebut juga menyatakan tiga hal. Pertama, kedua partai sepakat untuk memperkuat check and balance atau fungsi pengawasan terhadap pemerintah di DPR.

Kedua, Nasden dan PKS sepakat menjaga kedaulatan NKRI dengan menjalankan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

Ketiga, mewariskan sejarah kerja sama para pendiri bangsa, yakni antara kelompok nasionalis yang memuliakan nilai-nilai agana dan kelompok Islam yang memegang teguh nilai-nilai kebangsaan.

Surya Paloh dan PKS

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memahami perbedaan sikap politik antara partainya dan Partai Keadilan Sejahtera ( PKS).

Ia menghargai sikap PKS yang memilih tetap menjadi oposisi dan berada di luar pemerintahan.

Namun, Paloh mengatakan, tidak menutup kemungkinan Nasdem dapat sejalan dengan PKS dalam hal menjalankan fungsi penyeimbang di DPR terhadap kebijakan pemerintah.

"Ketika ada pesan yang memang jelas bisa ditangkap oleh konstituen, kedua institusi partai politik ini, kami bisa bergandengan tangan bersama," ujar Paloh saat memberikan keterangan seusai bertemu Presiden PKS Sohibul Iman di kantor DPP PKS, Jakarta Selatan, Rabu (30/10/2019).

"Kami bisa lebih hangat bersama, kami bisa sharing ide bersama," lanjut dia.

Paloh mengatakan, dalam negara demokrasi yang sehat, dibutuhkan kekuatan penyeimbang dan menjalankan sistem check and balance.

Di sisi lain, pemerintah yang sehat pun harus mampu menerima kritik yang solutif dan membangun.

Ia mengatakan, pemerintahan tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak ada lagi pihak-pihak yang mengkritisi kebijakan pemerintah.

"Pemerintah membutuhkan pikiran kritis. Tapi yang kami sepakati, pikiran kritis ini dilandasi oleh niat baik, pikiran yang mengkritisi secara konstruktif, bukan saling merusak menjatuhkan, tapi dengan semangat membangun," tutur dia.

"Nah, itu sebetulnya yang dibutuhkan oleh masyarakat dan kami percaya itu memberikan sumbangsih bagi satu proses pendidikan politik yang ada di negeri ini," lanjut Paloh. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved