Kisah Penjaga Bendung Katulampa Bogor - 33 Tahun Mengabdi, Sering Tak Pulang saat Air Ciliwung Naik
Banyak suka dan duka yang harus dilalui, apalagi saat kondisi sungai sedang tidak bersahabat.
Penulis: Tsaniyah Faidah | Editor: Damanhuri
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Tsaniyah Faidah
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR TIMUR - Menjadi seorang penjaga bendung rupanya bukan hal yang mudah dilakukan.
Banyak suka dan duka yang harus dilalui, apalagi saat kondisi sungai sedang tidak bersahabat.
Seperti kisah yang dilalui Andi Sudirman (53) setelah 33 tahun lamanya berjibaku menjaga Bendung Katulampa, di Kelurahan Katulampa, Bogor Timur, Kota Bogor.
Tak heran jika Andi, begitu nama panggilannya, memiliki jasa yang sangat mengabdi seperti seorang hero bagi masyarakat sekitar.
Ia bercerita, menjadi petugas Bendung Katulampa bukanlah profesi yang mudah, sebab ia bersama rekan-rekannya harus bekerja selama 24 jam guna memonitor debit air yang masuk ke bendung.
Pasalnya, perkembangan debit air di Bendung Katulampa lah yang menentukan Ibu Kota Jakarta banjir atau tidak.
"Kalau sedang banjir, semua personel harus siaga. Bahkan sampai menginap di posko," kata Andi yang merupakan warga asli Kelurahan Katulampa ini kepada TribunnewsBogor.com, Jumat (10/1/2020).
Pengabdian ini, lanjutnya, semata-mata demi masyarakat yang tinggal di kawasan Ciliwung agar bisa mendapatkan peringatan dini jika terjadi banjir.
Profesi yang ia lakoni sejak Oktober tahun 1987 menghantarkan dia menjabat sebagai Koordinator Satuan Unit Pelaksana Ciliwung Katulampa setelah mengawali karir sebagai penjaga bendung.

Saat ini, ia dipercaya sebagai pengawas di 11 situ dan 5 irigasi di Kota dan Kabupaten Bogor.
Adapun situ yang diawasi, di antaranta yakni Situ Gede, Taman Sari, Kranji, Cikaret, Panjang, dan lainnya.
"Kami memonitor bagaimana daya tampung air untuk mengantisipasi banjir di musim hujan," jelas dia.
Kendati banyak waktu yang dia habiskan di Bendung Katulampa, namun tak serta merta membuat dia ingin melepaskan profesinya.
Meski usia sudah memasuki lebih dari seperempat abad, namun pengabdiannya kepada masyarakat masih dengan suka rela ia jalani.
"Dari pagi harus sudah standby, terus keliling wilayah, sore baru kembali lagi ke posko. Nanti abis Magrib biasanya baru bisa istirahat. Itu kalau air sedang tenang," katanya.
Andi tentu berharap apa yang dia lakukan, abdikan, dan berikan ke masyarakat memberikan keberkahan bagi mereka.