Sebelum Dimasukkan ke Gorong-gorong, Ayah di Tasik Bonceng Jasad Anak dengan Posisi Tangan Begini

siswi SMP di Tasik tewas dibunuh ayah kandung. Jasadnya dibuang ke gorong-gorong dekat sekolahnya.

Penulis: Mohamad Afkar S | Editor: Ardhi Sanjaya
Tribun Jabar/IST/KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA
Penemuan mayat siswi SMP di gorong-gorong depan sekolah di Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (27/1/2020) sore. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Entah apa yang merasuki pria di Tasikmalaya hingga tega membunuh anaknya sendiri yang kini duduk di bangku SMP.

Budi Rahmat ditangkap setelah melakukan pembunuhan terhadap siswi SMP yang tidak lain adalah anaknya sendiri, Delis (13).

Terungkapnya kasus tersebut berawal dari penemuan mayat Delis di gorong-gorong dekat sekolahnya pada Senin (27/1/2020) lalu.

Setelah dilakukan penyelidikan, polisi akhirnya menetapkan ayah kandung Delis sebagai tersangka pembunuhan.

Sebelum ditemukan di gorong-gorong, Delis dihabisi ayah kandungnya di rumah kosong.

Budi Rahmad menghabisi nyawa anaknya dengan cara mencekik hingga akhrinya korban meninggal dunia.

Awalnya, korban mendatangi tempat kerja ayanya sepulang sekolah dengan naik angkutan umum pada Kamis (23/1/2020).

Tiba di tempat kerja ayah kandungnya di rumah makan kawasan Jalan Laswi, Kota Tasikmalaya, korban bertemu dengan ayahnya.

Saat itu, korban meminta uang Rp 400 ribu kepada ayahnya untuk study tour sekolahnya ke Bandung.

Ayah Ditabrak Lari Seusai Beli Pisang Untuknya, Jedar Menangis: Aku Drop Banget, Papaku Kesakitan

Doa Setelah Sholat Magrib dalam Bahasa Latin dan Arab, Lengkap dengan Bacaan Dzikir Sesudah Shalat

Pelaku sempat memberi uang Rp 300 ribu kepada korban yang sebagian di antaranya Rp 100 ribu merupakan hasil pinjaman dari bosnya.

"Karena korban merasa pemberian uang ayahnya kurang, korban dibawa ke rumah kosong dan sempat cekcok dengan pelaku. Lokasi rumah kosong itu dekat dengan tempat kerja pelaku sekaligus TKP pembunuhan terjadi," jelas Kepala Polres Tasikmalaya Kota AKBP Anom Karibianto saat Konferensi Pers, Kamis (27/2/2020) siang.

Setelah cekcok, pelaku yang merasa emosi dan kesal itu mencekik korban hingga meninggal duinia.

Korban lantas dibiarkan di kamar rumah kosong tersebut.

Sedangkan pelaku kembali bekerja sekitar pukul 16.00 WIB, Kamis (23/1/2020) sore.

Pengakuan ayah dari siswi SMP yang ditemukan tewas di gorong-gorong terkait kematian anaknya dianggap psikolog tak rasional.
Pengakuan ayah dari siswi SMP yang ditemukan tewas di gorong-gorong terkait kematian anaknya dianggap psikolog tak rasional. (KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA/TribunJabar/ist)

Bawa jasad korban pakai motor dan buang di gorong-gorong

Sepulang kerja sekira pukul 21.00 WIB, pelaku kembali ke rumah kosong itu yang kemudian menyembunyikan jasad di gorong-gorong dekat sekolah korban.

Pelaku membawa jasad anaknya ke gorong-gorong dari rumah kosong itu menggunakan motor.

Korban dibonceng dengan kondisi kedua tangannya terikat seperti memeluk.

"Jadi pelaku sudah tahu setelah mencekik korban yang juga anak kandungnya itu telah tewas. Ditinggalkan kerja lagi baru dibawa ke gorong-gorong sekolahnya untuk disembunyikan," pungkasnya.

Pelaku memasukkan korban ke gorong-gorong secara paksa.

"Mayat korban saat dimasukan gorong-gorong dipaksakan oleh pelaku. Supaya tersembunyi ke dalam gorong-gorong itu, pelaku mendorong mayat korban pakai salah satu kaki mencapai 2 meter jaraknya dari mulut gorong-gorong itu," kata Anom.

BREAKING NEWS - Pemakaman Dekat Perumahan Bogor Longsor, Dua Jenazah Menyembul dari Dalam Tanah

Ayah Injak Kepala Jasad Anak Agar Masuk Gorong-gorong, Masih Sempat Lakukan Ini Setelah Habisi Nyawa

Mulanya, pelaku mengira aksinya dapat mengaburkan perbuatan jahatnya dan menganggap kematian anaknya karena kecelakaan.

"Memang mayat korban membusuk secara kasat mata sulit untuk diketahui sidik jari pelaku. Namun, hasil otopsi yang sudah diliput rekan-rekan sebelumnya berhasil mengungkap ciri-ciri kekerasan pelaku," tambahnya.

Kejanggalan Sikap Ayah Bunuh Siswi SMP Lalu Dibuang ke Gorong-gorong

Siswi SMP di Tasikmalaya, DS (13) ternyata meninggal dunia karena dibunuh oleh ayah kandungnya, Budi Rahmat (45).

Budi Rahmat sebelumnya sempat buka suara tentang kematian anaknya.

Namun, keterangan Budi Rahmat tentang kematian anaknya ini terkesan janggal.

Saat itu, ayah kandungnya sempat mengungkap keberadaan anaknya kepada pihak sekolah.

Hal itu diungkapkan langsung Wakil Kepala Sekolah tempat DS bersekolah, Saefulloh.

Ia mengatakan bahwa pihak sekolah sempat ikut mencari keberadaan DS yang dilaporkan hilang pada Kamis (23/1/2020).

Pihak sekolah mendapat kabar jika siswi SMP tersebut tidak kunjung pulang ke rumahnya.

Kemudian pihak sekolah mencoba menemui ayah DS yang diketahui sudah bercerai dengan ibu kandung korban.

Pihak sekolah menemui ayah kandung DS di tempat kerjanya di sebuah rumah makan pada Jumat (24/1/2020).

Ketika itu, sang ayah memyebut bahwa DS ada padanya dan meminta pihak sekolah tidak khawatir.

"Saat menanyakan ke ayahnya saat Jumat, ayahnya bilang anaknya sudah ada di rumahnya. Jadi, kami pun pihak sekolah sudah tenang waktu itu karena menganggap anak itu sudah sama ayahnya," ungkap Saefulloh.

Karena merasa DS sudah ditemukan keberadaannya, pihak sekolah pun menghentikan pencarian.

Musim Hujan Awal Tahun 2020, 173 Warga Kabupaten Bogor Terjangkit DBD

Bersihkan Sampah Menumpuk di Kongres Lurah seJatim, Petugas Pasrah Diperlakukan Ini: Mau Gimana Lagi

Namun ternyata Saeful jusru mendapat kabar jika DS ditemukan meninggal dunia di gorong-gorong depan sekolah.

"Kami langsung kaget menerima kabar duka itu. Kami telepon ibu Kepala Sekolah, ternyata beliau pun sampai lemas mendengar kabar itu," terang Saeful.

Sementara itu Budi Rahmat mengakui dirinya telah berbohong kepada guru anaknya bahwa anaknya ada bersamanya saat pihak sekolah mencari putrinya di tempat kerjanya.

Padahal, saat itu putrinya tidak ada bersamanya.

Budi menyebut jika dirinya saat itu hanya ingin guru DS segera pergi dari tempat ia bekerja.

"Supaya cepat saja, Saya lagi sibuk kereja dan supaya guru sekolah anak saya cepat pulang,

waktu itu juga selain supaya guru itu cepat pulang, saya teringat kalau DS sedang bersama saya," ucapnya saat ditemui Kompas.com, Selasa (11/2/2020).

Di sisi lain, Budi pun mengaku dirinya adalah sosok pelupa.

Kondisi itu, lanjutnya, akibat dari ibunya kerap mengonsumsi obat-obatan saat mengandung dirinya.

Budi sendiri mengaku lupa saat menjawab pihak sekilah yang sempat menemuinya,

Ia hanya ingat kallau DS sedang bersama dirinya.

"Saya ada sakit di otak, hilang ingatan, karena efek ibu saat mengandung saya terlalu banyak minum obat. Katanya gitu kata orang tua saya," terangnya.

Namun demikian, Budi mengingat kalau beberapa hari sebelum kejadian dirinya pernah bertemu dengan anaknya di tempat kerjanya.

"Terakhir saya bertemu dengan DS beberapa hari sebelum ditemukan anak saya meninggal," katanya.

Dianggap tak rasional

Pernyataan Budi Rahmat ini ditanggapi Rikha Surtika Dewi, psikolog Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (Umtas).

Seperti diwartakan Kompas.com, ia menilai sikap ayah siswi SMP yang tewas membohongi guru anaknya dan mengaku hilang ingatan sangat tak rasional.

Menurutnya, sikap figur seorang ayah sejatinya akan merasa terpanggil jika anak kandungnya meninggal dan akan menghadiri pemakamannya yang terakhir kalinya meskipun memiliki penyakit terberat semasa hidupnya.

"Saya kira sikap ayahnya Delis ini tak rasional. Apalagi berani membohongi gurunya yang datang mencari anaknya saat itu pertama itu. Kedua ketidakhadirannya ke pemakaman dan tak berkunjung ke rumah duka itu ada kejanggalan," jelas Rikha kepada Kompas.com di kantornya, Kamis (13/2/2020).

KRONOLOGI Guru di Sumbawa Ditombak saat Akan Pergi Mengajar, Korban Jatuh, Aksi Pelaku Berlanjut

FOTO-FOTO Suasana Restoran Rindu Alam Puncak Bogor Setelah Tutup, Masih Ada Aktivitas Karyawan

Seusai dengan ilmu psikologi, lanjut Rikha, seorang ayah sedikitnya akan terpanggil jika anak kandungnya mengalami sesuatu yang buruk.

Meskipun, kondisinya selama ini telah bercerai dengan istri sekaligus ibu dari anak kandungnya tersebut.

Adapun selama ini sang ayah tersebut mengaku memiliki penyakit hilang ingatan, tentunya itu menjadi tanda tanya publik dan seharusnya bisa dibuktikan dengan kajian medis secara ilmiah.

"Menurut saya tak bisa juga ayahnya itu mengaku hilang ingatan dan tega tak hadir di pemakaman putri kandungnya, itu anak kandungnya loh. Kalau bukan anak kandungnya kajiannya mungkin lain," ungkap Rikha.

(TribunnewsBogor.com/Kompas.com)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved