Teror Virus Corona

Kisah Nenek Penjual Kopi di Jakarta - Hidup Sebatang Kara, Jualan Sepi Sejak Virus Corona Melanda

Pendemi virus corona atau Covid-19 yang belakangan melanda tanah air cukup membuat perekonomian warga lumpuh.

Penulis: Damanhuri | Editor: Vivi Febrianti
Capture Youtube Indonesia Lawyers Club
Nenek Rubiem saat menjadi bintang tamu di acara ILC TVOne. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Pendemi virus corona atau Covid-19 yang belakangan melanda tanah air cukup membuat perekonomian warga lumpuh.

Hal itu cukup dirasakan Rubiem (70), seorang nenek penjual kopi yang berdagang di Jakarta.

Seperti diketahui, virus yang pertamakali muncul di Kota Wuhan, China itu kini sudah menyebar kesejumlah negara di dunia termasuk Indonesia.

Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto mengungkapkan, jumlah pasien meninggal dunia akibat covid-19 mencapai 55 orang per Selasa (24/3/2020) pukul 12.00 WIB.

"Ada penambahan kasus meninggal sebanyak 7 orang, sehingga total kasus meninggal adalah 55 orang," ujar Yuri dalam konferensi pers di Graha BNPB, Selasa (24/3/2020).

Berdasarkan data, kasus pasien positif yang meninggal tersebar di 10 provinsi.

DKI jakarta menjadi provinsi yang paling tinggi jumlah kasus pasien meninggal, yakni 31 orang.

Sementara, 10 kasus pasien meninggal terdapat di Jawa Barat dan 4 kasus di Banten.

Selain itu, DKI Jakarta juga masih menjadi wilayah dengan kasus penularan paling tinggi.

Tercatat ada 424 kasus positif covid-19 dan 70 di antaranya merupakan kasus baru.

Adapun jumlah kasus positif corona di Indonesia mencapai 686 kasus yang tersebar di 24 Provinsi.

Nenek Rubiem menceritakan, dirinya mengaku terkena imbas akibat mewabahnya virus corona di Indonesia.

Nenek asal Klaten, Jawa Tengah ini mengaku merantau dari kampungnya ke ibu kota untuk berjualan kopi di depan LP Cipinang.

Di Jakarta, Nenek Rubiem tinggal seorang diri di rumah kontrakan petakan kecil.

Hal itu diungkap nenek Rubiem saat diundang dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) di tvOne pada Selasa (24/3/2020) yang dipandu oleh pembawa acara Karni Ilyas.

Nenek Rubiem menceritakan, pendapatannya menurun drastis sejak mewabahnya virus corona di ibu kota.

Cerita Jurnalis Cemas Ikut Rapid Test Covid-19, Ternyata Hasilnya Tak Seperti yang Dibayangkan

Awalnya Nenek Rubiem bisa menjual hingga 3 renceng kopi dalam sehari sebelum mewabah virus corona.

Namun, sejak virus corona penyebarannya semakin meluas, Rubeim hanya bisa menjual satu renceng kopi dengan pendapatan Rp 20 sampai 50 ribu sehari.

"Ibu dagang kaki lima di mana?" tanya Karni Ilyas.

"Dagang kopi di depan LP Cipinang pak, dagang di jalanan," jawab Rubiem terbata.

Kini Rubiem hanya bisa menghabiskan 1 renceng kopi yang ia jual seharga Rp 2 ribu/per gelas.

"Rp 2 ribu, dulu kalau rame dua renceng tiga renceng habis, tapi sekarang sepi," ujar nenek Rubiem mengutip Youtube Indonesia Lawyers Club dengan judul Nenek Penjual Kopi: Dulu Rame Sekarang Sepi, Saya Mau Pulang Kampung Saja | ILC tvOne.

Sebelum virus corona melanda, nenek Rubiem bisa membawa pulang uang Rp 100 ribu/per hari dari hasil jualannya.

Namun, semakin hari pendapatnnya semakin menurun sejak virus corona melanda.

Bahkan ia mengaku dagangannya sepi pembeli karena masyarakat melakukan social distancing.

Beberapa hari terakhir, Rubiem mengaku hanya mendapat Rp 20 ribu - Rp 50 ribu dari berdagang kopi gerobak yang setiap hari didorongnya.

"Sekarang sepi pak, sepi," kata Rubiem didepan Karni Ilyas dan tamu undangan di acara ILC.

Bahkan, ia pun kebingungan untuk membayar kontrakannya sebesar Rp 400 ribu perbulan.

Sebab, pendapatnnya semakin menurun setiap harinya.

Kronologi 3 Kepala Daerah di Jabar Positif Covid-19, Bima Arya Hingga Bupati Karawang Kini Diisolasi

Grafis jumlah terpapar Corona hingga Sabtu (21/3/2020) sore. Total ada 450 kasus dan tersebar di 17 provinsi di Indonesia dengan Provinsi DKI Jakarta yang tercatat paling banyak.
Grafis jumlah terpapar Corona hingga Sabtu (21/3/2020) sore. Total ada 450 kasus dan tersebar di 17 provinsi di Indonesia dengan Provinsi DKI Jakarta yang tercatat paling banyak. (Istimewa)

Untuk ongkos pulang kampung pun nenek Rubiem masih kebingungann.

"Ibu satu kamar sendiri?" tanya Karni Ilyas.

"Iya satu kamar sendiri, saya bayar sendiri Rp 400 ribu," jawab Rubiem.

Karni Ilyas pun menayakan ukuran kontrakan yang disewa nenek Rubiem di ibu kota.

"Enggak pak cuma satu kamar, ada lemari, kasur," cerita Rubiem.

Tinggal sendiri di Jakarta, Rubiem mengaku masih bisa mencukup-cukupi kesehariannya dengan uang dari hasil jerih payahnya menjual kopi.

Kronologi Jenazah Pasien PDP Dimakamkan Keluarga, Jubir Covid-19 : Terpaksa Kita Lihat dari Luar

Menurut Rubiem, ia merantau seorang diri di Jakarta untuk membantu perekonimian keluarganya di kampung halaman.

Ia mengkau mempunyai 4 anak yang bekerja sebagai petani, 9 cucu dan 1 cicit di kampung halamannya.

Menurut Rubiem, penghasilannya menjual kopi selain untuk mencukupi kehidupannya di Jakarta juga dikirim untuk keluarganya di kampung.

"ibu sayakan di kampung, umurnya udah 100 tahun dan saya tiap bulan ngirimin (uang,red) pak," kata Rubiem.

Saat ditanya oleh Karni Ilyah terkait harapannya, nenek Rubiem hanya berharap bisa pulang kampung ke Klaten dan berkumpul bersama keluarganya di kampung halaman.

"Saya mau pulang kampung, di sini sepi pak, udah dua minggu saya engga dagang, di rumah aja," kata nenek Rubiem tersenyum.

Menurut Rubiem, ia tak bisa bejualan sejak virus corona mulai melanda di ibu kota, sehingga ia memilih pulang kampung.

"Iya, soalnya sepi pak gak ada orang," ujar Rubiem.

Saat ditanya ongkos pulang kampung, nenek Rubiem mengaku tak punya uang.

"Berapa ongkos pulangnya?" tanya Karni Ilyas.

"Sekitar Rp 500 ribu pak," jawabnya.

"Yaudah nanti dikasih ongkos ibu pulang kampung," kata Karni Ilyas.

"Iya, makasih ya pak ya," ucap Rubiem tersenyum.

(TribunnewsBogor.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved