Teror Virus Corona

Waspada Mata Merah dan Berair Gejala Covid-19, Ini Penjelasan Dokter Spesialis Mata

Menurut dr Ferdiriva Hamzah, gejala yang dialami pasien Covid-19 selain demam dan batuk, yakni keluhan mata berair, merah dan bengkak.

Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Damanhuri
(Thinkstock)
Ilustrasi 

Dilansir The Guardian (2/4/2020), menurut WHO, 1 dari 6 orang yang terpapar menjadi sakit parah.

Mereka adalah orang tua dan orang-orang dengan masalah medis mendasar seperti:

  • Tekanan darah tinggi
  • Masalah jantung atau diabetes
  • Kondisi pernapasan kronis

Penelitian terbaru menunjukkan "kehilangan penciuman" sebagai gejala potensial yang dapat muncul.

Bagaimana penyembuhannya?

bat antivirus yang dimiliki untuk melawan flu tidak akan berfungsi.

Sehingga pemulihan tergantung pada kekuatan sistem kekebalan tubuh.

Menurut WHO, orang-orang yang mengalami kasus ringan (tidak lebih parah dari pilek) bisa sembuh tanpa perawatan khusus.

Dilansir Live Science (2/4/2020), menurut CDC, perawatan bagi yang terinfeksi virus corona didasarkan pada jenis perawatan yang diberikan untuk influenza (flu musiman) dan penyakit pernapasan parah lainnya.

Itu dikenal dengan perawatan suportif. Perawatan itu pada dasarnya mengobati gejala yang sering muncul seperti demam, batuk, dan sesak napas.

Ilustrasi tenaga medis menangani Covid-19 (Gerd Altmann/Pixabay)
Dalam kasus-kasus ringan, istirahat dan obat penurun demam seperti acetaminophen (Tylenol) mungkin diberikan.

Di rumah sakit dokter dan perawat kadang-kadang merawat pasien dengan obat antivirus oseltamivir atau tamiflu, yang tampaknya menekan reproduksi virus, setidaknya pada beberapa kasus.

Menurut Virolog Michigan Tech Ebenezer Tumban hal itu mengejutkan karena Tamiflu dirancang untuk menargetkan enzim pada virus influenza, bukan pada virus corona.

Institut Kesehatan Nasional AS (NIH) telah memulai uji klinis untuk menguji antivirus remdesivir untuk Covid-19 di Pusat Medis Universitas Nebraska.

Dalam kasus pasien pneumonia yang menghambat pernapasan, pengobatan melibatkan ventilasi okosigen.

Ventilator tersebut meniupkan udara ke paru-paru melalui masker atau tabung yang dimasukkan langsung ke tenggorokan.

Sebuah studi New England Journal of Medicine terhadap 1.099 pasien rawat inap dengan coronavirus di Cina menemukan bahwa 41,3 persen membutuhkan oksigen tambahan dan 2,3 persen membutuhkan ventilasi mekanik invasif.

Glukokortikoid diberikan kepada 18,6 persen pasien, pengobatan yang sering digunakan untuk mengurangi peradangan dan membantu membuka saluran udara selama penyakit pernapasan.

Meski begitu para ilmuwan dari seluruh dunia masih berusaha mencari vaksin yang tepat untuk menghadapi virus ini.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved