Ramai di Media Sosial Vaksin BCG Ampuh Lawan Corona, WHO dan Ahli Belum Bisa Pastikan Khasiatnya
BCG merupakan vaksin tuberkulosis yang dibuat dari baksil tuberkulosis yang dilemahkan dengan dikulturkan di medium buatan selama bertahun-tahun.
Ahli epidemiologi menyebut ini sebagai kekeliruan ekologis.
Pasalnya, kekeliruan ekologis muncul dari pemikiran bahwa hubungan yang diamati untuk kelompok pasti berlaku untuk individu.
Itu kelemahan pertama. Kelemahan kedua, durasi waktu sangat penting untuk memahami pandemi ini.
Beberapa analisis dilakukan sejak sebulan lalu.
• Selebgram yang Dijuluki Zombie Angelina Jolie Terinfeksi Covid-19
Sejak itu, penyebaran Covid-19 dan angka kemtian meningkat pesat di banyak negara.
Sebagai contoh, pada 21 Maret India melaporkan 195 kasus dan pada 11 April jumlah kasus terkonfirmasi menjadi 8.446 kasus.
Angka ini meningkat 40 kali lipat.
Contoh lain, di Indonesia pada 21 Maret dikonfirmasi pasien positif 450 kasus.
Hingga kemarin siang (17/4/2020), jumlah terkonfirmasi melonjak pesat menjadi 5.923.
Angka ini meningkat lebih dari 10 kali lipat.
• Temuan Baru, WHO Sebut Belum Ada Bukti Pasien Sembuh Punya Kekebalan Tubuh atas Covid-19
"Faktanya tingkat pertumbuhan kasus virus corona baru yang dikonfirmasi sekarang jauh lebih banyak. Jadi, jika analisis ekologi awal diulang sekarang, maka hasilnya akan sangat berbeda. Analisis ekologis yang lebih baru akan menunjukkan hasil yang kurang optimis dibanding yang pertama," ucapnya.
Negara-negara di seluruh dunia sedang berjuang meningkatkan pengujian.
Ini artinya, jumlah kasus yang dilaporkan saat ini jauh di bawah perkiraan.
Sementara kematian yang dilaporkan, tumpang tindih dengan banyaknya laporan kematian karena infeksi pernapasan lainnya.
"Analisis ekologis saat ini dapat menyumbang variasi dalam tingkat pengujian yang menunjukkan bahwa vaksinasi BCG mungkin tidak menawarkan perlindungan terhadap Covid-19," imbuhnya.
• Belajar dari Wabah MERS, Korea Selatan Sukses Tangani Virus Corona, WHO Sebut Strategi Terbaik