Sastrawan Sapardi Meninggal
Putri Sapardi Djoko Damono Kenang Pengalaman Tak Terlupakan Bersama Ayahnya
Bawuk menjelaskan bahwa momen yang paling diingat ketika bersama ayahnya saat dirinya ingin berkunjung ke pameran buku di negara Jerman.
Penulis: Yudistira Wanne | Editor: Vivi Febrianti
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Yudistira Wanne
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, KEMANG - Putri bungsu almarhum Sapardi Djoko Damono bernama Bawuk berbagi cerita yang tidak bisa dilupakan saat sang ayah belum berpulang.
Bawuk menjelaskan bahwa momen yang paling diingat ketika bersama ayahnya saat dirinya ingin berkunjung ke pameran buku di negara Jerman.
Menurutnya, pada saat itu dirinya bersama sang ayah terjebak di lift sehingga sempat sedikit menimbulkan rasa kepanikan.
"Kenangan yang paling diingat adalah ketika menghadiri Frankfurt book fair di tahun 2015, saya menemani kan. Jadi suatu pagi kita ingin menghadiri pameran tersebut, namun pas di lift, tiba-tiba lift mati di tengah jalan," ujarnya saat pemakaman Sapardi Djoko Damono, di Tempat Pemakaman Bukan Umum ( TPBU) Giri, Minggu (19/7/2020).
Lebih lanjut, Bawuk mengatakan, untuk menghilangkan rasa panik, Sapardi Djoko Damono justru mengajak anak bungsunya melakukan selfie.
"Bukannya panik, tapi kami tertawa dan selfie. Saya bertanya kapan diselamatkan ya. Tapi tak lama petugas langsung menyelamatkan kami. Itu lucu sih," jelasnya.
Sementara itu, jenazah sastrawan Indonesia, Sapardi Djoko Damono dimakamkan di Tempat Pemakaman Bukan Umum (TPBU), Giri Tama, Kabupaten Bogor.
Pantauan TribunnewsBogor.com, Minggu (19/7/2020), iring-iringan jenazah tiba di TPBU Giri Tama, Blok Taman Wijaya Kusuma nomor 146 sekitar pukul 15.45 WIB.
Setibanya di TPBU, pihak keluarga langsung melakukan prosesi pemakaman yang diawali dengan doa dan diakhiri dengan prosesi tabur bunga.
Sapardi Djoko Damono menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan.
Jenazah saat ini disemayamkan di Kompleks Dosen UI Ciputat Jl. Ir . H. Juanda no. 113, Tangsel.
Sapardi Djoko Damono lahir pada 20 Maret 1940 di Surakarta.
Ia adalah sastrawan besar Indonesia sekaligus akademisi dari Universitas Indonesia.
Sapardi Djoko Damono pernah menjadi Dekan Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada tahun 1999-2004.
Beberapa puisinya yang terkenal di masyarakat seperti Hujan Di Bulan Juni, Aku Ingin, Yang Fana Adalah Waktu, dan lainnya.