Wartawan Metro TV Tewas
Yodi Disebut Tewas Bunuh Diri, Sang Ayah Pertanyakan Nasib Rekan Kerja Almarhum: Apa yang Dicurigai?
ayah kandung Yodi Prabowo, Suwandi masih belum percaya sepenuhnya atas penjelasan polisi terkait penyebab kematian anak sulungnya tersebut.
Penulis: Damanhuri | Editor: khairunnisa
Yodi diketahui membeli pisau dapur itu di Ace Hardware Rempoa, Tangerang Selatan, pada 7 Juli 2020 pukul 14.20.
"Didapatkan fakta bahwa yang membeli pisau itu ternyata korban sendiri. Saat bei pisau itu, korban tertangkap di CCTV dan pakaian yang dipakai sama saat jenazah ditemukan. Jadi pisau itu yang dipakai untuk bunuh diri, dia beli sendiri," kata Tubagus.
Bahkan kata Tubagus, penyidik mendapatkan semua data dan fakta bagaimana Yodi masuk ke Ace Hardware Rempoa membeli pisau sampai dia keluar.
"Dari dia masuk sampai keluar menuju parkiran hanya 8 menit. Jadi begitu masuk, korban langsung menuju tempat di mana psau terpajang. Lalu ambil pisau, ke kasir bayar dan tinggalkan tempat. Artinya hanya satu yang dia cari saat masuk ke toko itu," kata Tubagus.
Saat jenasah Yodi ditemukan di pinggir Tol JORR ruas Ulujami, Pesanggrahan, katanya pisau dapur itu berada di bawah tubuh Yodi yang tertelungkup.
"Pisau itu punya merek khas khusus. Lalu kami lidik darimana datangnya pisau itu, dan yang diketahui pisau seperti itu dijual hanya dari toko Ace Hardware Rempoa," kata Tubagus.
Kemudian ia memeriksa pihak toko dan menanyakan berapa banyak pisau yang laku selama rentang waktu tertentu.
"Kami periksa ada berapa banyak pisau yang laku. Hasilnya selama sepekan terakhir saat itu hanya satu pisau yang laku. Lalu dicek CCTV dan didapatkan fakta yang beli pisau itu ternyata korban sendiri. Hal itu bisa dilihat di rekaman CCTV toko," katanya.
Selain itu kata Tubagus dari analisa call data record (CDR) handphone korban dipastikan tanggal dan waktu yang sama menunjukkan Yodi ada di sekitar Rempoa, Tangerang Selatan.
Tubagus mengatakan kesimpulan Yodi Prabowo bunuh diri, didapat setelah penyidik melakukan serangkaian penyelidikan dan penyidikan, ditambah analisa hasil olah TKP, hasil puslabfor, hasil pemeriksaan kedokteran forensik, hasil analisa call data record (CDR) handphone korban, serta analisa hasil pemeriksaan saksi.
"Ada sejumlah persoalan pribadi yang kami yakini terkait dengan dugaan bunuh diri YP atau membuatnya depresi hingga bunuh diri," kata Tubagus dalam konpers di Mapolda Metro Jaya, Sabtu (25/7/2020).
Yakni katanya adalah persoalan asmara, penyakit kelamin yang diderita Yodi, serta kebiasaan Yodi mengonsumsi narkoba jenis ampetamine.
Dari analisa pemeriksaan saksi kata Tubagus didapat fakta yang sangat terkait dengan depresi dan dugaan bunuh diri yang dilakukan Yodi.
"Saksi yang kami periksa ada 34 orang. Diantara mereka ada yang beberapa kali atau berulang kami periksa," kata Tubagus.
Dari sana kata Tubagus disimpulkan bahwa Yodi memiliki kekasih S yang sudah berpacaran 7 tahun.
"Selain punya pacar S, korban juga memiliki teman dekat seorang perempuan L. Ini sempat terjadi konflik diantara mereka, namun konflik selesai" ujar Tubagus.
"Korban pernah mengatakan berulang-ulang kepada S setelah konflik yang demikan kuat, dengan pertanyaan 'Kalau Saya, tidak ada Bagaimana'," kata Tubagus.
Dalam pengertiannya kata Tubagus, maksud Yodi dengan pernyataan kalau tidak ada, adalah jika meninggal.
"Pernyataan itu berulang-ulang dikatakan korban kepada S. Padahal mereka rencananya akan menikah," ujar Tubagus.
Pernyataan Yodi kepada S itu kata Tubagus, menurut keterangan ahli yakni Pakar Psikologi Forensik, bisa menjadi sebuah ide awal untuk bunuh diri.
"Dari analisa transaksi keuangan korban dimana memiliki dua kartu debit BCA dan BRI, ada satu yang menonjol. Dimana dengan kartu debet BCA, korban melakukan pembayaran ke RSCM Kencana," kata Tubagus.
"Untuk apa uang itu? Yakni untuk pemeriksaan laboratorium dan konsultasi dokter ahli penyakit kulit dan kelamin," tambahnya.
Hal itu kata Tubagus pastinya dilakukan Yodi, karena ada keluhan yang dirasakannya.
"Sehingga ia melakukan konsultasi ke dokter ahli penyakit kulit dan kelamin. Dari sana disarankan beberapa pengecekan lebih lanjut," kata Tubagus.
Salah satunya kata Tubagus adalah pengecekan atau tes HIV. "Dengan kesadaran sendiri, korban lalu sempat melalukan tes HIV. Namun sampai ia meninggal, hasilnya belum keluar dan belum dia ketahui atau diambil. Belakangan hasilnya adalah negatif," kata Tubagus.
Penyakit Yodi ini kata Tubagus sangat terkait dengan dugaan bunuh diri yang dilakukan Yodi.
"Ini sangat terkait, yakni terkait dengan kemungkinan korban menjadi depresi hingga bunuh diri. Ini didasarkan atas keterangan ahli psikologi forensik," ujarnya.
Dalam hal ini kata Tubagus pihaknya mengaitkan keterangan ahli dengan fakta penyidikan.
Hal lain yang juga sangat terkait, kata Tubagus, adalah temuan hasil pemeriksaan kedokeran forensik atas urine korban.
"Dimana korban positif ampetamine. Sejauhmana pengaruh ampetamine terhadap kejiwaan seseorang, ini sangat berpengaruh menimbulkan keberanian seseorang di luar biasanya untuk melakukan hal yang tak normal," kata Tubagus.
"Jangan pernah bandingkan orang normal dengan orang yang mengonsumsi ampetamine. Karena pengaruh ampetamine dapat menimbulkan keberanian yang lebih dari biasanya," kata Tubagus.
Pengaruh ampetamine inilah menurut Tubagus yang bisa membuat Yodi akhirnya nekat bunuh diri dengan pisau dapur yang dibelinya di Ace Hardware Rempoa.
"Bagi orang normal tak masuk akal, bagi yang terkena ampetamine bisa berbeda," kata Tubagus.
Karenanya kata Tubagus, Yodi mengalami depresi karena sejumlah permasalahan pribadinya, mulai dari hubungan asmaranya dengan dua perempuan, sakit kelamin yang dialami, hingga ketergantungannya akan narkoba atau zat psikotropika ampetamine.
"Dari beberapa penjelasan, dari TKP, dari keterangan ahli, dari keterangan saksi, dari olah TKP, dari keterangan yang lain dan bukti petunjuk lain, maka penyidik sampai saat ini berkesimpulan bahwa yang bersangkutan diduga kuat melakukan bunuh diri," kata Tubagus.