Kisah Santri Asal Pasuruan Jadi Peternak Kambing di Bogor, Bocorkan Peluang Besar Bisnis Qurban
Memulai dari menjual daging kambing dengan modal Rp 200 ribu, Mahir Alwi kini telah meraup keuntungan miliaran rupiah
" sore di rumah sampai magrib saya ngaji sampai isya, abis itu saya nongkrong di alun-alun, teman-teman saya kasih 500 perak cari order, janjian lagi jam 9 malam, kumpul disitu," katanya.
Mahir jualan daging kambing sampai ke SMA.
Malahan saat SMA Mahir Alwi dan temannya sudah memiliki kios.
"saya gak mau berhenti di posisi ini, kalau versi abdullah kalau potong 10 ekor kembangin 20 ekor, saya berbeda, saya mau belajar jadi peternak, saya pecah kongsi uang saya dipakai sewa tempat kebetulan orangtua pengennya kuliah, saya duduk di meja sekolah rada gak nyaman, sehingga kakak saya jadi dokter hewan sayanya aktif di jualan, " kata Mahir.
Mahir memulai berernah kambing domba dengan modal Rp 15 juta
"kita bikin kandang pertama kali dapat order. Rp 15 juta modal awal, " kata Mahir.
Pernah Mahir Alwi melihat satu pengiriman domba kambing dengan jumlah sangat banyak.
Ia pun penasaran dan mengikutinya.
Saat tahu pemilik domba kambing tersebut, Mahir Alwi melihat peluang besar dari bisnis pertenakan domba kambing.
"saya telusurin endingnya bantuan sosial saya mengerjakan pertama kali caranya jualan kambing banyak ikut tender jumlahnya cukup wow namun karena belum paham 4.000 ekor belum paham, masih ada trouble tapi sempet naik jadi anak muda pertama kali yang gagah banget di Pasuruan," kata Mahir.
Kesuksesan Mahir Alwi saat itu bukan tanpa rintangan.
Upaya keduanya dalam menjual ternak kambing domba malah mengalami kerugian.
Dalam ekspor dambing domba ke Malaysia, Mahir ditipu oleh customer hingga rugi miliaran.
"Waktu itu blong tidak terbayar oleh customer zaman segitu ratusan juta, tanah kejual, mobil abah diminta lagi tahun 2004. semua terjual masih punya hutang lagi, saya ke Medan dari situ saya dapat dikonekan ke bank, Alhamdulillah satu tahun lunas, (jumlah) hutangny jangan dingat-ingat, nikmat pokonya," kata Mahir Alwi.
Meski sudah rugi, namun kegigihan Mahir Alwi tak luntur.