Kisah Guru SLB Mengajar Tuna Netra Saat Pandemi, Ingin Anak Siswanya Tetap Bisa Baca

Dia adalah Daden guru di SLB ABCD Sejahtera yang khusus memegang siswa tuna netra.

Penulis: Lingga Arvian Nugroho | Editor: Vivi Febrianti
TribunnewsBogor.com/Mohamad Afkar Sarvika
Daden (kanan) bersama Muhammad Soleh (37) (kiri) penderita tuna netra guru SLB Sejahtera Gunungbatu, Kota Bogor. 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Lingga Arvian Nugroho

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR BARAT - Niat dan semangat untuk membuat anak-anak tuna netra tetap bisa membaca tidak mematahkan semangatnya untuk terus mengajar si tengah pandemi Covid-19.

Dengan berkeliling dari satu rumah muridnya ke rumah muridnya yang lain guru SLB ABCD Sejahtera Kota Bogor melakukan pembelajaran dengan home visit.

Dia adalah Daden guru di SLB ABCD Sejahtera yang khusus memegang siswa tuna netra.

Meski melakukan home visit namun Daden tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan dengan membawa berbagai perlengkapan diantaranya masker faceshield dan sanitizer.

Dalam seminggu Daden bisa mengunjungi tujuh murid.

"Sehari satu, karena kan total murid yang netra ada tujuh," katanya.

Bukan tidak bisa melakukan pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan daring.

Namun jika itu dilakukan siswa tuna netra hanya bisa mendengarkan tanpa bisa belajar menulis membaca dan berhitung.

Karena kata Daden siswa tuna netra tak seperti siswa pada umumnya.

Karena memiliki kondisi yang sangat istimewa murid tuna netea memerlukan perlengkapan khusus untuk baca tulis menggunakan braille.

"Sebenarnya bisa saja saya daring, tinggal tekam video atau suara terus saya sebar, atau saya memberikan pengajaran dengan suara, tapi kan anak sulis belajar baca tulis, makanya saya home visit, niat saya tetap anak harus bisa membaca, karena dasarnya membaca melukis berhitung," ujarnya.

Anak tuna netra yang memiliki kondisi sangat istimewa membuat dia harus belajar membaca dengan cara yang beda.

Daden mengatakan alat bantu membaca dan menulis tuna netra adalah dengan menggunakan huruf braille.

Setiap anak netra dituntut untuk menghafal memahami dan peka terhadap tulisan braille.

Untuk itu meski dimasa pandemi pembelajaran baca tulis anak tuna netra tak boleh terhenti meskipun sang guru harus berjuang mendatangi satu persatu ruumah muridnya.

"Karena anak rajin, mebaca, meraba itu nanti kedepan semakin peka jarinya, sehingga dia bisa lancar, kalau tidak dilatih nanti dia tersendat lagi kemampuan membaca degan huruf braille," katanya.

Sebelum mengunjungi rumah muridnya biasanya Daden sudah mempersiapkan soal soal atau media belajar yang sydah dipersiapkan.

Viasanya Daden menyiapkan soal atau belajar baca tulis untuk tiga sampai empat hari.

"Iya jadi misal senin ini saya ke rumah murid A nanti selasa ke B, nah senin depan ketuma a lagi, jadi setiap pertemuan saya memberi soal baru dan oembelajaran baru sambil mengambil tugas yang sudah diselesaikan," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved