9 Hari Ditinggal Istri, Pria Tua Ditemukan Tewas Tergantung oleh Anaknya, Ada Pisau di Pinggang
Diduga depresi karena sakit menahun dan ditinggal istri, pria paruh baya ini nekat gantung diri.
Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Ardhi Sanjaya
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Diduga depresi karena penyakit yang diderita dan ditinggal istri, seorang pria paruh baya nekat gantung diri.
Pria itu bunuh diri di dalam kamarnya dan ditemukan oleh sang anak.
Sontak saja, sang anak yang melihat ayahnya tergantung tak bernyawa langsung teriak histeris.
Dilansir TribunnewsBogor.com dari Serambinews.com Rabu (30/9/2020), aksi bunuh diri itu dilakukan oleh pria paruh baya MD (56) warga Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah, Aceh, Rabu (30/9/2020).
MD ditemukan meninggal dunia dalam posisi tergantung di dalam kamarnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari pihak Kepolisian, MD diduga mengalami depresi akibat penyakit yang dia derita sudah menahun.
Tak hanya itu, MD juga diketahui sudah sembilan hari ditinggal oleh istrinya.
Kapolres Bener Meriah, AKBP Siswoyo Adi Wijaya SIK, melalui Kasubbag Humas Polres Polres Bener Meriah, Ipda Irwan AK menyampaikan, yang pertama kali melihat MD tergantung di dalam kamarnya adalah anak kandungnya sendiri yakni S (15).
Disebutkan, anak kandungnya S melihat ayahnya tergantung dengan kondisi sedikit terduduk di atas bangku kecil yang terbuat dari papan.
Ia menceritakan, sebelum ditemukan tergantung di dalam kamar, anaknya S mengaku sempat memberikan makan orang tuanya di ruang tamu.
• Tak Kunjung Pulang, Istri Syok Temukan Suami Tewas Gantung Diri di Lokasi Proyek
• Permintaan ke Pacar Tak Dituruti, Pemuda di Makassar Gantung Diri Live di Facebook
Setelah itu, S kemudian berangkat ke bengkel yang tidak jauh dari rumahnya.
"Saat di bengkel S bertemu dengan abang kandungnya SF (31) yang hendak mengasah parang, kemudian SF berangkat ke kebun," kata Ipda Irwan.
Tambah Iwan, saat di bengkel itu, MD sempat melihat aktivitas kedua anaknya, kemudian MD kembali masuk ke dalam kamar.
Tidak lama berselang, anaknya S kembali memanggil orang tuanya dengan bahasa Gayo “gere ke minum kupi mulo pak” (tidak kah minum kopi dulu pak).
Namun sudah tiga kali memanggil, ia tidak mendapat jawaban dari orang tuanya tersebut.