Bogor Istimewa
Kabupaten Bogor Istimewa Dan Gemilang

Serunya Belajar Pembagian Kerja di Imah Gede Kasepuhan Ciptagelar, Pria dan Wanita Punya Peran Beda

Mereka bahkan sangat membuka diri, menerima pendatang dari luar, dan menyambut baik berbagai hasil dari perkembangan teknologi.

Editor: Vivi Febrianti
IPB for TribunnewsBogor.com
Acara di Kampung Adat Kasepuhan Cipagelar 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Kasepuhan Ciptagelar merupakan sebuah kampung adat yang dikenal luas dengan masyarakatnya yang memegang teguh tradisi budaya leluhur.

Kendati demikian, masyarakat adat ini bukanlah sebuah komunitas kolot yang menolak segala bentuk perkembangan zaman lho.

Mereka bahkan sangat membuka diri, menerima pendatang dari luar, dan menyambut baik berbagai hasil dari perkembangan teknologi.

"Tetapi uniknya, masyarakat akan menolak dengan tegas untuk menggunakan segala bentuk teknologi yang berkaitan dengan proses pengelolaan padi; seperti traktor maupun penggilingan padi," kata panitia The 6th Connection 2020, Rezky.

Pada tahap pemanfaatan pun demikian, menanak nasi tidak diperkenankan untuk menggunakan kompor, dan tak etis pula menyimpannya ke dalam rice cooker.

Selain itu, kampung di kawasan pedalaman kaki gunung Halimun Salak ini juga memiliki nilai-nilai luhur yang menjadi pedoman tata kehidupan di masyarakat yang tercermin dalam sistem dapur Imah Gede, dimana masyarakat menganut paham saling menghormati, menghargai, dan gotong royong.

"Hal tersebut menjadi kajian yang sangat menarik bagi kami, Mahasiswa IPB yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (Himasiera).

Melalui mega proker The 6th Connection 2020, kami mengunjungi dan mencoba untuk meneliti kearifan lokal yang ada di Kasepuhan Ciptagelar, salah satunya yaitu Dapur Imah Gede," jelasnya.

Adapun keunikan yang kami coba angkat meliputi sistem yang digunakan dalam pengelolaan dan pembagian kerja serta nilai-nilai filosofi yang ada di dapur unik satu ini.

Dapur Imah gede merupakan tempat berkumpulnya ibu-ibu memasak untuk warga dan pengunjung.

"Ternyata, dapur ini dalam 24 jam setiap harinya tidak pernah sepi dan selalu ramai dengan aktivitas menyiapkan hidangan untuk para tamu, dan bahkan untuk persiapan pada saat ritual adat," tambahnya.

Pembagian tugas di dalam dapur ini pun sudah memiliki tradisi tersendiri.

Jika orang tuanya memasak nasi, maka anak cucu dan keturunan mendatangnya juga mengerjakan hal yang sama.

Hal ini berlaku juga untuk jenis masakannya.

Jika si A bertugas untuk memasak makanan jenis X, maka anak keturunannya A pun akan memiliki tugas yang serupa ketika nantinya mengambil peran di Imah Gede.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved