Cerita Mistis Tibu Bunter yang Jadi TKP Kakak Beradik Tewas Tenggelam, Sesepuh: Tempat Mandi Dedari
Menurut sesepuh di sekitar TKP, Tibu Bunter itu memang dikenal angker dan penuh dengan cerita mistis. Sehingga warga dilarang mandi di sana.
Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Vivi Febrianti
TRIBUNNEWSBOGOR.COM — Kakak beradik di Bali ditemukan tewas tenggelam di sungai yang dikenal angker oleh warga sekitar.
Menurut sesepuh di sana, tibu tersebut merupakan tempat mandi dedari atau bidadari.
Keduanya saat itu sedang mandi bersama teman-temannya di sungai tersebut.
Kakak beradik itu melompat dari atas ke sungai dengan kedalaman lebih dari tiga meter.
Namun sayang, setelah sempat muncul ke permukaan keduanya kemudian menghilang dan tidak ditemukan.
Teman-temannya sudah berusaha mencari keberadaan korban dengan melompat ke titik yang sama.
Namun setelah berulang kali dicari, keduanya tetap tidak ditemukan.
Menurut warga sekitar, anak-anak itu rupanya mandi di tempat terlarang yang dikenal angker.
Warga setempat bahkan tak ada yang berani mandi di lokasi tersebut.
Biasanya warga mandi di sisi selatan atau utara dari lokasi tersebut.
Selain angker, tempat yang biasa disebut tibu oleh warga setempat itu juga memiliki kedalaman hingga 10 meter.
Baca juga: Lurah Pabuaran Berharap Insiden Balita Tenggelam di Kali Baru Tak Terulang
Baca juga: 4 Hari Pencarian Balita Tenggelam di Kali Baru Bogor Ditemukan Warga
Itulah sebabnya, demi keamanan warga dilarang mandi di tibu tersebut.
Dilansir TribunnewsBogor.com dari TribunBali.com Minggu (3/1/2020), kakak beradik bernama Gusti Komang Suka Suarsana dan Gusti Ketut Budiana itu ditemukan meninggal dunia setelah sebelumnya hilang.
Kedua remaja itu tenggelam di Sungai Yeh Mekecit, Banjar Sekar Pancasari, Desa Mendoyo Dauh Tukad, Kecamatan Mendoyo, Jumat (1/1/2021).
Keduanya meninggal setelah nyebur di sekitar Tibu Bunter sungai tersebut.
Minta Bekal Rp 30 Ribu
Cerita terakhir oleh ibunya, Nengah Narmi (60), keduanya sempat meminta uang bekal untuk tahun baru sebesar Rp 30 ribu sebelum kejadian.
Nengah Narmi mengatakan, sebelum mengetahui kedua putranya itu tenggelam, kedua almarhum anak lelakinya itu tidak ada berpamitan apapun.
Hanya saja, sempat meminta bekal uang saat dirinya sedang ngayah ke salah satu warga.
Awalnya mereka meminta meminta Rp 40 ribu untuk merayakan tahun baru, tapi hanya diberi sebesar Rp 30 ribu oleh ibunya.
“Sempat minta bekal uang katanya untuk tahun baruan, saya bilang tak ada uang dan saya kasih Rp 30 ribu,” ucapnya, Minggu (3/1/2021) di rumah duka.
Narmi sehati-hari bekerja sebagai perajin pembuat sarana upakara (mejejahitan).
Selama ini, kedua anaknya itu sering membantunya dirinya.
Baca juga: Dibekali Alat Pelindung, Warga Pabuaran Parko Ikut Bantu Pencarian Balita Tenggelam di Kali Baru
Baca juga: Kronologi Mahasiswa Tenggelam di Curug Batu Black Tasik, Terjun Sempat Lambaikan Tangan
Budiana sejak kelas IV SD sudah tidak melanjutkan sekolah.
Sedangkan kakaknya, Suka Suarsana baru saja tamat SMA.
“Ya kalau Budiana sering bantu untuk buat mejejahitan,” kenangnya.
Sempat Muncul ke Permukaan
Kepala Kantor Basarnas Bali Gede Darmada menjelaskan, tim SAR gabungan menemukan jenazah Gusti Suarsana 10.15 Wita.
Jenazah langsung dibawa ke rumah duka menggunakan ambulans Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jembrana.
Menurut Perbekel Gusti Ediana mengutip keterangan saksi mata, kakak-beradik itu menceburkan diri bersama ke sungai.
Mereka pun sama-sama sempat muncul ke permukaan.
Namun, hanya sekali muncul kemudian keduanya hilang dan tenggelam.
Mengetahui hal itu, rekan mereka yang masih berada di pinggir sungai memanjat pohon untuk melihat dan menceburkan diri untuk mencari namun hasilnya nihil.
“Jadi ada sekitar lima orang yang menceburkan diri silih berganti mencari tapi tidak ketemu. Nah, ini kami khawatir memang korban tidak bisa berenang,” kata Ediana.
Ediana melanjutkan, berdasarkan informasi tim SAR kedalaman lokasi di TKP lebih dari tiga meter.
Cukup berbahaya bagi warga yang diduga tidak bisa berenang. Diakuinya warga setempat jarang mandi di TKP.
“Kalau yang di lokasi itu TKP jarang sekali orang datang (untuk mandi). Paling di sisi utara atau selatan yang tidak dalam untuk mandi,” jelasnya.
Baca juga: Kedalaman Sungai Cianten Cibungbulang Mencapai 6 Meter, Korban Tenggelam Belum Ditemukan
Baca juga: Kesaksian Teman saat Pemotor Tenggelam di Bekasi, Dini Hari Tersesat Masuk Jalan Tol Lalu Terperosok
Tibu Bunter yang Angker
Lokasi tenggelamnya kedua kakak beradik di Jembrana itu menurut penglingsir desa setempat disebut sebagai Tibu Bunter.
Diketahui sangat jarang orang mandi di Tibu Bunter tersebut.
Warga yang ke sana jika mandi biasanya memilih di sisi selatan atau sisi utara tibu.
Alasannya karena hal mistis dan kedalaman tibu tersebut.
“Sejatinya tidak boleh karena memang ada cerita-cerita dari warga bahwa banyak kejadian. Tapi itu kan tidak bisa jadi fakta, hanya cerita. Kalau kejadian saat ini fakta ada yang tenggelam. Maka mulai sekarang kami imbau untuk tidak di sana."
"Apalagi yang tidak bisa berenang. Secara logika bukan mistis memang dalam. Kami juga belum mengetahui apakah korban memang bisa berenang atau tidak,” kata Perbekel Desa Mendoyo Dauh Tukad, Gusti Putu Ediana saat ditemui di rumah duka.
Cerita ini juga diamini oleh sesepuh atau orangtua yang juga warga di sana, Gusti Putu Darma.
Oleh warga, TKP tersebut dianggap tenget atau angker sehingga dilarang oleh orang pintar atau yang mengetahui hal mistis untuk mandi.
Evakuasi Gusti Ketut Budiana, korban tenggelam di Tibu Bunter Sungai Yeh Mekecir, Banjar Sekar Pancasari, Desa Mendoyo Dauh Tukad Kecamatan Mendoyo Jembrana, Minggu (3/1/2020).
Beberapa cerita niskala atau gaib di sana, ialah TKP merupakan tempat mandi dedari atau bidadari.
Kemudian, cerita lain ada sapi yang tiba-tiba bisa jatuh ke Tibu Bunter dan kemudian hilang.
Selain itu, juga ada cerita bahwa ada pemangkasan pohon yang kemudian muncul kera-kera putih.
“Memang banyak cerita mistis dan memang dilarang,” ungkapnya.
Gusti Darma pun mengaku, kalau saja dua korban dan temannya saat melintas ke sana diketahui oleh warga yang tinggal di sana yakni Pak Sindu yang memiliki pekarangan dan rumah di sisi selatan Tibu, pasti akan dilarang.
Sedangkan yang diperbolehkan cuma di sisi utara dan sisi selatannya. Jadi, kalau memang mandi harus di luar TKP tersebut.
“Kalau saja itu diketahui Pak Sindu yang punya pekarangan pasti gak dibolehin. Karena itu juga dalam banget pas di tibunya mungkin ada 10 meteran,” bebernya.
(TribunnewsBogor.com/TribunBali.com)