Sriwijaya Air Jatuh
KNKT Ungkap Hasil Investigasi Awal Kecelakaan Sriwijaya Air SJ 182, Pilot Sempat Lapor Ada Kerusakan
Kominte Nasional Keselamatan Transportasi ( KNKT ) mengungkap hasil investigasi awal kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
Penulis: Damanhuri | Editor: Vivi Febrianti
TRIBUNNEWSBOGOR.COM --Kominte Nasional Keselamatan Transportasi ( KNKT ) mengungkap hasil investigasi awal kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
Seperti diketahui, Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada tanggal 9 Januari 2021 lalu.
Sebanyak 62 orang penumpang dan awak pesawat meningal dunia dalam tragedi kecelakaan Sriwijaya Air SJ 182 ini.
Hari ini, Rabu (10/2/2021) KNKT mengumumkan hasil investigasi melalui siaran live streaming.
Ketua Sub-Komite IK Penerbangan KNKT, Nurcahyo Utomo mengatakan Aircraft Maintenance Log (AML) mencatat bahwa pesawat mengalami Deferred Maintenance Items (DMIs).
Menurutnya, pada tanggal 25 Desember 2020 ditemukan bahwan petunjuk kecepatan sebelah kanan rusak.
"Petunjuk kecepatan berfungsi, hanya setelah ketigigian tetentu penjukan kecepatan tidak lagi menggunakan not, namun berubah mach number atau berapa kali dari kecepatan suara, nah penunjuk mach number ini yang tidak berfungsi dari instrumen co-pilot," kata dia dikutip TribunnewsBogor.com dari tayangan live streaming Youtube Tribunnews.com, Rabu (10/2/2021).
"Kemudian pada 4 januari indikator ini diganti sehingga DMI ditutup," sambungnya.
Pada tanggal 3 Januari 2021, pilot melaporkan bahwa autothrottle atau tuas pengatur tenaga mesin yang digerakan secara otomatis pengatur otomatisnya tidka befungsi.
"Dilakukan perbaikan dan sudah berhasil," kata dia.
Pada tanggal 4 Januari 2021, terjadi kerusakan yang sama kemudian masuk DMI.
Tanggal 5 januari 2021, dilakukan perbaikan dengan hasil baik dan DMI ditutup.
"Setelah tanggal 5 januari tidak ada lagi ada catatan dmi dibu perawatan pesawat sampai dengan tanggal kecelakaan pesawat tanggal 9 januari 2021," ungkpatnya
Tak Meledak di Udara
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memastikan isu pesawat Sriwijaya Air SJ-182 meledak di udara tidak benar.
Demikian disampaikan Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono saat menjelaskan hasil investigasi jatuhnya pesawat dengan rute Jakarta-Pontianak itu dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi V DPR RI, Rabu (3/2/2021).
Awalnya Soerjanto menyampaikan terkait puing-puing pesawat yang ditemukan sejauh ini.
Berdasarkan data dari Tim SAR gabungan, puing tersebar di wilayah seluas 80 meter dan panjang 110 meter pada kedalaman laut 16-23 meter.
Soerjanto menjelaskan, bagian-bagian tersebut mewakili seluruh bagian pesawat dari depan hingga belakang.
Luas sebaran yang ditemukan dari bagian-bagian ini juga konsisten dengan bukti bahwa pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air.
"Jadi ada yang mengatakan bahwa pesawat pecah di atas udara itu tidak benar. Pesawat secara utuh sampai membentur air, tidak ada pecah di udara," ujarnya.

Soerjanto menambahkan, kondisi turbin ditemukan dalam keadaan rontok.
Menurutnya mesin pesawat Sriwijaya Air SJ-182 masih menyala saat menabrak air.
"Temuan pada turbin pesawat menunjukkan konsistensi bahwa mesin masih dalam keadaan hidup sebelum pesawat membentur air, ini diindikasikan bahwa turbin-turbinnya rontok semua itu tandakan ketika alami impact pada air, mesin itu masih berputar," kata dia.
Kesulitan Cari CVR
Komite Nasional Keselamatan Transportasi ( KNKT) mengungkap sulitnya upaya pencarian kotak hitam atau black box berisi cockpit voice recoder ( CVR) pesawat Sriwijaya Air penerbangan SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021).
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, CVR sulit ditemukan karena pencarian harus dilakukan dengan cara meraba-raba dasar laut di lokasi jatuhnya pesawat tanpa dibantu alat underwater locator beacon.
"Pencarian memory unit CVR dilanjutkan tanpa bantuan underwater locator beacon, jadi kita mencarinya dengan meraba-raba di dasar laut. Nah ini merupakan juga suatu kesulitan tersendiri yang kita hadapi," kata Soerjanto dalam rapat kerja dengan Komisi V DPR, Rabu (3/2/2021).
Underwater locator beacon adalah bagian dari kotak hitam yang dapat mengirimkan sinyal ultrasonik agar memberi petunjuk lokasi keberadaan kotak hitam.
Dilanjutkan Hari Ini Soerjanto menuturkan, underwater locator beacon itu sudah lebih dahulu ditemukan tim SAR gabungan saat tim tersebut menemukan kotak hitam berisi flight data recorder (FDR) pada 12 Januari 2021.
Sembari mencari memory unit CVR, kata Soerjanto, KNKT juga tengah meneliti sistem auto throttle pesawat di mana KNKT mendapatkan 13 dari sistem yang lain.
"Kami akan menunggu hasil dari CVR dan beberapa komponen yang kami kirim ke Amerika dan United Kingdom karena dari komponen-komponen itu kita akan mengetahui kenapa sebetulnya, yang rusak yang mana, dari 13 parameter ini yang membikin perubahan-perubahan di auto throttle system," kata Soerjanto.

Ia menambahkan, KNKT juga akan meneliti beberapa komponen dalam proses investigasi, salah satunya meneliti ground proximity warning system yang didapat dari puing-puing pesawat.
Soerjanto mengatakan, dengan meneliti ground proximity warning system, diharapkan dapat diketahui saat-saat terkhir sebelum pesawat jatuh.
"Kita akan ambil memori chipnya dan akan kita pasang di unit yang baik di pabriknya, dan kita akan baca bagaimana ketika pesawat dalam saat-saat terakhir, mungkin kita bisa mengunduh informasi yang diperlukan untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi di saat-saat terakhir penerbangan tersebut," kata dia.