Terawan Kembangkan Vaksin Nusantara, Apa Bedanya dengan Vaksin Covid-19 Lain? Segini Harganya

Terawan gagas pembuatan vaksin Covid-19 Nusantara bersama dengan Aivita Biomedical Corporation AS, Universitas Diponegoro, dan RS Kariadi Semarang.

Warta Kota/henry lopulalan
Mantan Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto bersama dengan Aivita Biomedical Corporation AS, Universitas Diponegoro, dan RS Kariadi Semarang memprakarsai pembuatan vaksin Covid-19 Nusantara 

Jadi jika dilihat dalam pendekatan vaksin konvensional - termasuk vaksin Sinovac, Pfizer, Astrazeneca, dan sebagainya -, itu mengandalkan sel dendritik yang sudah ada di dalam tubuh manusia.

Lantas, kenapa vaksin Nusantara disebut sangat spesifik menggunakan sel dendritik?

Beda vaksin sel dendritik dengan lainnya

Berbeda dengan vaksin konvensional lainnya, vaksin Nusantara yang diprakarsai Terawan dibuat dengan mengeluarkan sel dendritik dari dalam tubuh, kemudian memasukkannya lagi.

Baca juga: Siap-siap, Vaksinasi Covid-19 Tahap Kedua Akan Digelar, Simak Ini 4 Metode Pelaksanaannya

Cara mengeluarkan sel dendritik, ahli akan mengambil darah orang yang akan divaksin. Usai diambil darahnya, relawan diperbolehkan pulang agar ahli dapat menumbuhkan sel dendritik di laboratorium.

Di dalam darah ada berbagai macam sel, dari sel darah merah, sel darah putih, termasuk sel prekursor dendritik.

"(Sel prekursor dendritik) belum menjadi sel dendritik, tapi masih (berbentuk) sel prekursor," jelas Ahmad.

Nah, setelah darah diambil dari relawan atau orang yang akan divaksin, ahli kemudian akan menumbuhkan sel prekursor dendritik secara spesifik.

"Jadi sel darah merah dipisahin, sel darah putih juga diilangin. Mereka (ahli) hanya berusaha menumbuhkan sel prekursor dendritik," papar dia.

Sel prekursor dendritik ini ditumbuhkan di cawan laboratorium. Lihat Foto Ilustrasi sel darah(Shutterstock) Pada sel prekursor tersebut nantinya akan diberikan senyawa khusus agar bisa tumbuh menjadi sel dendritik.

"Pada masa inkubasi itu kan perlu waktu, sekitar 2-3 hari. Pada masa itu juga diberikan antigen (ke sel dendritik). Jadi antigennya tidak disuntikkan ke orang, tapi diberikan langsung ke sel dendritik (di laboratorium)," ungkap Ahmad.

Setelah sel dendritik beranjak dewasa dan sudah terpapar antigen, sel tersebut disuntikkan kembali ke relawan yang sama. Darah yang diambil dari relawan A, sel dendritiknya akan dikembalikan lagi ke A, bukan C atau D.

Metode rumit dan harga yang jadi pertanyaan Berkaitan dengan vaksin Nusantara berbasil sel dendritik ini, Ahmad menyebut metode ini sangat rumit.

Ahmad mengatakan, pendekatan sel dendritik ini sebenarnya dipakai untuk imunoterapi kanker.

"Dulu ada perusahaan yang mencoba mengkapitalisasi ini, gagal bangkrut dia karena mahal sekali. Biayanya itu sampai (Rp) 1 miliar kalau enggak salah, untuk satu pasien," kata Ahmad.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved