Apa Itu Hipospadia? Orang Tua Harus Tahu Ini

Dokter Spesialis Anak, dr. Melisa Anggraeni, M Biomed, Sp.A mengatakan, hipospadia merupakan kelainan bawaan sejak lahir, di mana posisi lubang kencin

Penulis: Yudistira Wanne | Editor: Ardhi Sanjaya
TribunnewsBogor.com/Yudistira Wanne
Dokter Spesialis Anak, dr. Melisa Anggraeni, M Biomed, Sp.A 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Yudistira Wanne

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CIBINONG - Kelainan hipospadia baru-baru ini mencuat ke permukaan publik lantaran terkuaknya seorang atlet bernama Aprilia Manganang yang ternyata berjenis klamin laki-laki.

Aprilia belakangan ini diketahui mengidap kondisi yang disebut hipospadia.

Dalam kesempatan ini, TribunnewsBogor.com, akan membahas terkait kelainan hipospadia yang tergolong langka.

Dokter Spesialis Anak, dr. Melisa Anggraeni, M Biomed, Sp.A mengatakan, hipospadia merupakan kelainan bawaan sejak lahir, di mana posisi lubang kencing tidak berada pada tempatnya.

Lebih lanjut, Melisa memaparkan bahwa kelainan hipospadia dialami oleh bayi berjenis kelamin laki-laki.

"Hipospadia sebenarnya adalah kelainan kongenital. Jadi ini kelainan bawaan yang biasanya terjadi pada anak laki-laki. Kelainan ini termasuk cukup jarang," ujarnya, Jumat (12/3/2021).

"Jadi pada anak laki-laki, termasuk kelainan yang mengenai saluran kencing atau ukratus kongenital dari laki-laki. Kejadiannya 1 dari 250 kelahiran hidup. Kelainan hipospadia ini adalah kelainan lubang kencingnya atau uretanya terletak di tengah-tengah ujung penis," tambahnya.

Melisa menambahkan, hipospadia terbagi atas beberapa kategori yakni kategori ringan dan berat.

"Kalau tipe ringan, lubang uretranya terletak disekitar kepala penisnya. Jadi bisa terdapat di leher penisnya, atau bisa juga di tengah-tengah batang penisnya," paparnya.

"Tapi ada beberapa kelainan juga yang kurang lebih 10 persen. Jadi lebih parah kondisinya, lubang uretranya itu terletak pada skrotum atau buah zakarnya. Ini biasanya disertai dengan kelainan yang lain di mana kulit penisnya juga tidak bisa menutup dengan sempurna. Jadi semacam ada kumpulan kulit di tengah-tengah buah zakarnya," sambungnya.

Sementara itu, Melisa memaparkan bahwa hipospadia dengan kategori berat maka hal itu harus melewati detail pemeriksaan.

"Jadi kalau disertai dengan kelainan yang lain, di mana disertai dengan penumpukan kulit disekitar buah zakar memang deteksi dininya agak lebih sulit karena orang tua tidak dapat melihat kelainan ini karena lubang kencing saat bayi baru lahir itu sangat kecil," ungkapnya.

Kendati demikian, Melisa menjelaskan bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua untuk melihat kondisi anaknya.

"Jadi cara orang tua mendeteksi adalah dengan melihat apakah anak laki-lakinya itu kencingnya dapat mengalir atau mancur dari tengah-tengah ujung penisnya. Kalau arah aliran kencingnya tidak normal, seperti sprey menyebar kebeberapa arah atau kencing tidak keluar dari tengah lubang ujung penis. Itu bisa saja terjadi hipospadia," bebernya.

Namun Melisa menganjurkan kepada orang tua agar segera membawa sang buah hatinya untuk diperiksa oleh dokter anak maupun spesialis anak terdekat.

"Jadi, apabila menemukan gejala seperti itu orang tua dapat segera mengkonsuktasikan anaknya ke dokter spesialis anak terdekat," paparnya.

Melisa pun membeberkan bahwa penyebab kelainan hipospadia ini mayoritas masuk ke dalam kategori ringan, hanya saja diperlukan pemeriksaan mendetail terkait hal tersebut.

"Hipospadia ini penyebabnya adalah kelainan kongenital. Jadi bawaan bayi itu sendiri. Kelainan hipospadia 90 persen adalah ringan sebenarnya. Jadi letak muara uretranya itu disekitar kepala penisnya. Jadi kelainan ini 90 persen sebenarnya isolated atau sendirian sehingga rata-rata kalau dilakukan satu dan dua kali operasi sudah tidak ada komplikasi. Tapi ada kurang dari 10 persen hipospadia ini disertai kelainan yang lain," tegasnya.

"Pertama bisa disebabkan kelainan testis turun atau buah zakar yang belum turun ke kantongnya. Kita sebut dengan undertaktustestis atau bisa ada kelainan hormonal sejak lahir atau kelainan kelenjar adrenalnya," tambahnya.

Selain itu, Melisa juga menganjurkan para orang tua untuk membawa anaknya untuk dilakukan pemeriksaan mendetail apabila hipospadia sudah mengarah ke kategori berat.

"Ketika memang dia kelainannya ini sudah kompleks atau genitalianya tidak jelas antara perempuan atau laki-laki kemudian disertai dengan pubertasnya dia yang tidak jelas mengarah ke laki-laki atau perempuan kita harus mengevaluasi lebih detail apakah ini kelainan hormon seksual? Jadi kita harus cek hormonnya juga kita harus mengecek genetiknya juga apakah laki-laki atau perempuan," jelasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved