Ramadhan 2021

Pesantren Bergaya Tionghoa At Taibin di Bogor, Masjid Kerap Dipakai Syuting, Ponpes Sudah Tak Aktif

Seperti untuk pengajian, salat lima waktu, termasuk acara keagamaan dari beberapa stasiun televisi.

Penulis: Naufal Fauzy | Editor: Vivi Febrianti
TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy
Masjid Jami At Tam Kok Liong di lingkungan Pesantren At Taibin di Cibinong, Kabupaten Bogor. 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Naufal Fauzy

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CIBINONG - Pondok pesantren (ponpes) At Taibin di Cibinong, Kabupaten Bogor ini penampakannya cukup berbeda dibanding dengan pesantren pada umumnya.

Desain khas Tionghoa pesantren ini memberikan perbedaan yang mencolok dan unik.

Sayang, pesantren ini dikabarkan sudah tidak aktif lagi ditambah sang pimpinan pesantren Ramdhan Effendi atau Tan Hok Liang atau dikenal sebagai Anton Medan juga telah wafat.

Salah satu anak dari pemilik pesantren, Siti Novianti Ramdhan Putri mengatakan saat ini Masjid Jami At Tam Kok Liong yang berada di dalam area pesantren masih digunakan.

Seperti untuk pengajian, salat lima waktu, termasuk acara keagamaan dari beberapa stasiun televisi.

Namun, untuk ponpes sudah tidak aktif sejak beberapa tahun lalu.

"Ponpes tidak aktif karena ada beberapa hal teknis yang tidak bisa diungkapkan," kata Siti Novianti Ramdhan Putri.

Dia menjelaskan bahwa sejak sang almarhum ayah menjadi Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), ponpes ini dijadikan sebagai PITI Center sebagai tempat diskusi dan kegiatan PITI lainnya.

Saat ini, kata dia, pihaknya tengah merencanakan pengembangan masjid di dalam area pesantren.

"Saat papa masih sehat, masjid ini dipakai untuk sholat Jumat bersama warga sekitar. Sejak papa sakit, kebetulan ada wabah Covid-19, tidak dibuka untuk publik," kata Siti.

Dibangun tahun 2000-an, desainnya masjid ini mirip bangunan ala Tionghoa beratap ala pagoda bersusun tiga lapis atap genteng dengan lengkungan setiap sudut atapnya.

Khas Tionghoa masjid ini diperkuat dengan warna yang khas seperti dinding warna hijau dan putih, tiang-tiang warna merah dan jendela kotak segi delapan warna hijau.

Nama masjid pun dipasang menggunakan papan di dinding bagian depan masjid ala bangunan negeri tirai bambu.

Meski begitu, masjid ini tetap diberi kubah kecil berwarna keemasan agar mudah dikenali sebagai masjid.

"Dibangun masjid ini dengan nama Masjid Jami Tan Kok Liong. Nama masjid diambil dari nama asli bapak yaitu Tan Kok Liong. Tan itu marga, Kok Liong itu artinya maju atau sukses," katanya.

Masjid dua lantai ini mampu menampung jamaah mencapai 2.000 orang.

Siti mengaku bahwa masjid itu didesain oleh sang ayah bersama dirinya dan dibangun dengan dana pribadi sang ayah dan dibantu para mantan narapidana dan santri-santri.

Kini sang pimpinan pesantren, almarhum Anton Medan dimakamkan tepat disamping masjid tersebut.

"Beliau itu kan keturunan etnis Tionghoa. Dia ingin menciptakan sesuatu yang bisa dikenang, bahwa etnis Tionghoa itu bisa berbuat sesuatu untuk negeri ini dan untuk agama," pungkas Siti.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved