IPB University

Teliti Kondisi Warga Desa Lingkar Kampus, Peneliti IPB Temukan Belasan Janda Berusia Remaja

Dari 5.667 keluarga yang bercerai, baik cerai hidup maupun cerai mati, terdapat 13 janda berusia kurang dari 20 tahun

IPB University
Data Desa Presisi (DDP) IPB University mendapatkan hasil penelitian tingginya angka perceraian di desa lingkar kampus. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), IPB University Dr Ernan Rustiadi melihat gagasan Data Desa Presisi (DDP) sebagai suatu kebaruan dalam kemajuan pedesaan.  

 “Ini adalah suatu terobosan baru bagaimana memajukan desa dengan memperbaiki sistem informasi yang lebih akurat, lebih berkualitas dan partisipatif,” ujarnya pada Merdesa Talk Seri 1 bertema "Peran Keluarga dalam Mendorong Capaian Keberhasilan SDGs Desa", pekan lalu.

Seri pertama melalui zoom meeting tersebut untuk memperingati Hari Keluarga Nasional 29 Juni 2021. 

Dalam sambutannya, ia melihat DDP sebagai metode yang harus ditempuh untuk mengurangi permasalahan kemiskinan.

 “Saya rasa apa yang dilakukan oleh Dr Sofyan Sjaf (penggagas DDP) dan kawan-kawan dengan Data Desa Presisi adalah jawaban. Mengusung pendataan secara lebih akurat dan berorientasi pada pendataan individu. Ini seperti yang dilakukan oleh Cina ketika berhasil menurunkan tingkat kemiskinannya di pedesaan secara luar biasa karena berorientasi pada data individu,” imbuh Pakar Tata Ruang IPB University ini.

Dalam kesempatan ini, Dr Sofyan Sjaf menyajikan keunggulan DDP melalui aplikasi SDGs Desa.

“Kita coba membangun suatu aplikasi, kami sebut SDGs Desa. Aplikasi ini kemudian bisa menunjukkan bagaimana tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan yang disampaikan oleh kesepakatan global dalam pertemuan dewan PBB,” tutur Dosen IPB University dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia ini.

Penggagas DDP ini kemudian menunjukkan salah satu hasil olahan DDP 2020 yakni fenomena angka perceraian keluarga.

Dr Sofyan menunjukkan data jumlah janda di 12 desa/kelurahan di lingkar kampus.

Dari 5.667 keluarga yang bercerai, baik cerai hidup maupun cerai mati, terdapat 13 janda berusia kurang dari 20 tahun, 404 janda berusia antara 20-20 tahun, 1159 janda berusia 30-39 tahun, 1581 janda berusia 40-49 tahun, dan 2510 janda  di atas usia 50 tahun.

Angka di atas kemudian dikelompokkan dalam sebutan ‘janda milenial’ yang berusia 20 hingga 40 tahun di lokasi yang sama.

Terbanyak di Situ Gede mencapai 187 keluarga, 130 keluarga di Neglasari, 121 keluarga di Cikarawang, 118 keluarga di Cibanteng, 100 keluarga di Bantar Jaya, 91 keluarga di Balumbang Jaya, 82 keluarga di Benteng, 77 keluarga di Cihideung Ilir, 73 keluarga di Sinar Sari, 48 keluarga di Semplak Barat, 40 keluarga di Dramaga, dan 26 keluarga di Marga Jaya.

“Sebagian besar profil pekerjaan janda milenial ini mengurus rumah tangga, kemudian non-pertanian dan sedikit yang berprofesi di sektor pertanian. Dari data ini, dibutuhkan pengelolan yang benar terkait peran keluarga dalam mencapai SDGs Desa,” ungkap Wakil Kepala Bidang Pengabdian kepada Masyarakat LPPM IPB University ini.

Menanggapi data ini, Deputi bidang Penelitian, Pelatihan dan Pengembangan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Prof M Rizal Martua Damanik dalam salah satu presentasinya menunjukkan cara meningkatkan Sumberdaya Manusia (SDM) berkualitas dan berdaya saing.

Guru Besar Ilmu Gizi Masyarakat IPB University tersebut menawarkan pengendalian penduduk dan tata kelola kependudukan; penguatan pelaksanaan perlindungan sosial; peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan; peningkatan pemerataan layanan pendidikan berkualitas; peningkatan kualitas anak, perempuan dan pemuda; pengentasan kemiskinan, serta peningkatan produktivitas dan daya saing.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved