IPB University
Jadi Pelari Terdepan Biosains, IPB University Kumpulkan Pakar Seluruh Dunia
output penelitian dari perguruan tinggi belum dapat menjawab persoalan kritis di masyarakat secara sepenuhnya.
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University bekerja sama dengan Perhimpunan Biologi Indonesia (PBI), dan Universiti Putra Malaysia (UPM) menggelar the 4th International Conference on Biosciences ( ICoBio).
Kegiatan ini memfasilitasi para peneliti, praktisi, mahasiswa, akademisi yang terkait dengan bidang biosains di seluruh dunia.
Tujuannya untuk mengumpulkan dan berbagi pengetahuan dan hasil penelitian.
Pada tahun ini, ICoBio mengangkat tema "Inovasi Biosains untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan".
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat IPB University, Dr Ernan Rustiadi menyampaikan bahwa konferensi tersebut merupakan kesempatan yang luar biasa untuk menyoroti kontribusi biosains dalam mendukung tujuan Sustainable Development Goals (SDGs).
"Inovasi biosains terkini perlu disebarluaskan untuk memberikan dampak yang nyata dalam perkembangan sains dan teknologi serta berkontribusi dalam pencapaian SGDs. IPB University telah menjadi pelari terdepan dalam memfokuskan agrikultur, kelautan, dan biosains dalam mendukung isu strategis nasional dan hingga akhirnya ikut menyelesaikan persoalan SGDs secara global,” tutur Pakar Tata Ruang IPB University ini.
Keynote speaker dalam kegiatan ini adalah Prof Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, Ahli ekonomi dari Universitas Indonesia.
Prof Bambang membawakan topik “Managing Biodiversity and Ecosystem Services Network for Sustainable Development Goals”.
Ia menyebutkan bahwa output penelitian dari perguruan tinggi belum dapat menjawab persoalan kritis di masyarakat secara sepenuhnya.
Menurutnya, semua pihak harus sadar akan pentingnya peran biodiversitas dalam perkembangan ekonomi Indonesia.
Sebagai aset bangsa, berbagai riset dan inovasi dari komoditas dan produk agrikultur hingga perairan perlu dikembangkan, ditransfer, dan dikomersialisasikan agar dapat bernilai lebih tinggi.
“Jika kita menggabungkan diversitas daratan dan laut, produk Indonesia dapat merajai dunia. Peran riset dan inovasi dapat mendukung biodiversitas sebagai jawaban atas permasalahan ekonomi. Namun masih terdapat missing link, yakni belum adanya jumlah entrepreneur atau technopreneur yang cukup untuk mengelola sumberdaya alam sebagai produk antara hingga produk akhir. Kita membutuhkan banyak entrepreneur untuk menciptakan nilai tambah,” ungkapnya.
Prof Bambang menambahkan, inovasi biosains diharapkan dapat mendukung penanganan dampak ekonomi selama dan pasca pandemi serta mendongkrak performa ekonomi dan infrastruktur Indonesia.
Sehingga nantinya Indonesia selangkah demi selangkah menaiki tangga Global Competitiveness Index dan meningkatkan pendapatan per kapita.
Oleh karenanya, perubahan paradigma juga perlu diterapkan semua pihak terhadap riset dan inovasi.