Kedalaman 2 Meter, Petugas Butuh Waktu 10 Hari Bersihkan Terowongan Bawah Tanah MA Salmun
Eko menjelaskan penemuan terowongan bawah tanah tersebut diketahui oleh petugas yang sedang membersihkan.
Penulis: Lingga Arvian Nugroho | Editor: Ardhi Sanjaya
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Lingga Arvian Nugroho
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR TENGAH - Terowongan bawah tanah yang diduga sudah ada sejak zaman Belanda, diperikirakan memiliki kedalaman dua hingga tiga meter.
Hal itu disampaikan Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto usai melakukan pengecekan ke dalam drainase.
Sementara itu Kepala Bidang Pemeliharaan Kebinamargaan Dinas PUPR Kota Bogor Eko Tri mengatakan bahwa sendimentasi yang ada di dalam saluran tersebut cukup tebal.
Tidak hanya itu, tumpukan sampah yang ada di dalam pun cukup banyak sehingga menyumbat saluran air.
"Rencananya 10 hari waktu pembersihannya, karena cukup tebal," ujarnya Senin (30/8/2021).
Eko menjelaskan penemuan terowongan bawah tanah tersebut diketahui oleh petugas yang sedang membersihkan.
Setelah itu temuan itu dilaporkan kepada pimpinan Dinas dan Wali Kota Bogor.
"Kemarin memang ada perintah memeriksa saluran air di Nyi Raja Permas, pas membersihkan saluran air tim PUPR menemukan saluran di bawah ke arah MA Salmun dan Dewi Sartika diduga itu zaman Belanda," ujarnya

Jika dilihat, kata Eko, bangunan berbentuk terowongan setengah lingkaran tersebut memiliki kontruksi bata merah.
"Iya dugaan bangunan lama, karena kalau yang baru itu bukan seperti itu," ujarnya.
Sebelumnya setelah mendapat laporan itu, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto pada Sabtu (28/8/2021) melakukan pengecekan langsung.
Untuk menindaklanjuti temuan ini, Pemerintah Kota (Pemkot) menggandeng Universitas Pakuan (Unpak) dan IPB University.
“Setelah kita cek di dinas terkait, memang terlihat ada peta saluran bawah tanah yang dibangun pada zaman Belanda,” kata Bima Arya usai melakukan pengecekan saluran bawah tanah yang berada di Jalan Nyi Raja Permas, Pasar Anyar, Kota Bogor, Sabtu (28/8/2021).
Bima Arya menegaskan, hal pertama yang harus dilakukan adalah memastikan fungsi saluran, apakah saluran air atau memiliki fungsi-fungsi lain.
Untuk lebih memastikannya, Bima mengaku telah berkomunikasi dengan Universitas Pakuan (Unpak) dan IPB University guna mendeteksi luas dan panjang saluran tersebut dengan menggunakan alat yang menunjang.
Selain ingin memastikan fungsi saluran, Bima Arya juga menginginkan agar dilakukan kajian agar dapat diketahui, apakah saluran bawah tanah tersebut memungkinkan untuk direvitalisasi dan digunakan kembali.

Dia menyebut, tahun 2016 Kota Bogor sudah memiliki masterplan drainase. Karenanya saluran bawah tanah yang ditemukan harus disesuaikan, mengingat lokasi penemuan termasuk dalam kawasan yang akan ditata pembangunan Alun-alun, Masjid Agung dan pengembangan Stasiun Bogor.
“Jadi otomatis drainasenya harus rapi. Saya ingin sedimentasinya digali dan dikeruk secara bertahap sampai sejauh mana dan apakah bisa difungsikan kembali sebagai saluran air, kita akan lihat fungsinya untuk apa,” ujar Bima Arya didampingi Kepala Dinas PUPR Kota Bogor, Chusnul Rozaqi dan Kepala Bappeda Kota Bogor, Rudy Mashudi.
Saluran bawah tanah yang memiliki kedalaman 2 - 3 meter dari permukaan tanah ini, ujar Bima Arya, tidak menutup kemungkinan terkoneksi dengan saluran lainnya, seperti yang di Istana Bogor dan yang lainnya.
Bangunan dari saluran yang langsung dicek ini kata dia, secara kasat mata struktur bangunan ini memiliki kemiripan dengan yang ada di Sukabumi, Klaten dan di Bekasi.
Sementara, berdasarkan informasi salah satu petugas Dinas PUPR yang mengeruk sedimentasi, pada titik yang lokasinya dekat dengan dipo Stasiun Bogor ini, saluran yang ditemukan memiliki seperti ruang yang mirip bak kontrol dengan lebar 2 meter, panjang 10 meter dan tinggi sekitar 1 meter.