Efek Infeksi Covid-19 Disebut Sama Dengan Gigitan Ular Berbisa, Ini Hasil Temuan Ilmuwan
Profesor Chilton dan rekan-rekannya menemukan enzim ini dalam sampel darah dari pasien yang memiliki kasus Covid-19 kategori parah.
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Sekelompok ilmuwan internasional mengklaim telah menemukan salah satu penyebab utama kematian akibat SARS-CoV-2.
Menggunakan algoritma machine learning, para peneliti ini menganalisis sampel darah dari ratusan individu.
Mereka mengatakan bahwa hasil penelitian tersebut dapat digunakan untuk merawat pasien virus corona (Covid-19) secara lebih baik, serta berpotensi menyelamatkan ratusan ribu nyawa di seluruh dunia.
Penelitian yang diterbitkan di Journal of Clinical Investigation pada 24 Agustus lalu ini menemukan kasus yang parah dari virus corona (Covid-19) mirip seperti gigitan ular derik.
Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (31/8/2021), enzim yang meroket setelah seseorang jatuh sakit akibat mengalami kasus serius Covid-19 berasal dari keluarga yang sama dengan enzim yang terkandung dalam racun ular berbisa.
Baca juga: 3 Juta Jiwa Warga di Kabupaten Bogor Belum Divaksin
Ironisnya, tubuh manusia mengandung kelompok fosfolipase A2 yang disekresikan (sPLA2-IIA) dalam konsentrasi rendah, dengan enzim yang melindungi organisme dari mikroba dan melawan infeksi.
Namun jika sPLA2-IIA ini memiliki konsentrasi tinggi, dapat membahayakan nyawa seseorang karena dapat merusak organ vital.
Seperti yang disampaikan seorang Profesor di University of Arizona dan penulis utama studi tersebut, Floyd 'Ski' Chilton.
"Namun dalam jumlah tinggi, sPLA2-IIA ini berbahaya bagi manusia karena dapat 'menghancurkan' organ vital," kata Profesor Chilton.
Ini mengindikasikan bahwa enzim ini memang mencoba membunuh virus, namun pada titik tertentu enzim ini dilepaskan dalam jumlah yang sangat tinggi, sehingga justru mengarah ke efek yang sangat buruk.
"Ini adalah mekanisme resistensi penyakit sampai ia memiliki kapasitas untuk mengaktifkannya, manusia sebagai 'tuan rumahnya'," jelas Profesor Chilton.
Profesor Chilton dan rekan-rekannya menemukan enzim ini dalam sampel darah dari pasien yang memiliki kasus Covid-19 kategori parah.
Baca juga: Ikut Vaksinasi Covid-19, Lihat Reaksi Sumanto Saat Disuntik
Para peneliti mengatakan bahwa obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gigitan ular dapat digunakan kembali untuk memerangi virus corona.
D Maurizio Del Poeta dari Stony Brook's Renaissance School of Medicine sekaligus rekan penulis penelitian ini, menyebut inhibitor sPLA2-IIA dapat digunakan untuk mencegah kematian pada pasien Covid-19 gejala parah.
"Karena inhibitor sPLA2-IIA sudah ada, penelitian kami mendukung penggunaan inhibitor ini pada pasien dengan peningkatan kadar sPLA2-IIA, untuk mengurangi atau bahkan mencegah, kematian akibat Covid-19," kata Del Poeta.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ilmuwan Temukan Kesamaan Mengerikan Antara Infeksi Covid-19 dan Gigitan Ular Berbisa, https://www.tribunnews.com/corona/2021/08/31/ilmuwan-temukan-kesamaan-mengerikan-antara-infeksi-covid-19-dan-gigitan-ular-berbisa?page=all.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
