Ada Lagi Mutasi Baru Virus Corona, Apakah Covid-19 R.1 Lebih Berbahaya? Ini Penjelasannya

CDC menyebutkan bahwa varian R.1 memiliki beberapa karakteristik mutasi penting, seperti peningkatan penularan virus.

Editor: Tsaniyah Faidah
Shutterstock
Ilustrasi - mutasi baru virus corona varian R.1 

Ketika Departemen Kesehatan Kentucky dan departemen kesehatan setempat menyelidiki wabah Covid-19 pada pasien yang divaksinasi, mereka menemukan varian R.1 saat melakukan pengurutan genom.

Sejauh ini, varian R.1 telah terdeteksi di 47 negara bagian AS dan dikaitkan dengan 2.259 kasus konfirmasi positif Covid-19.

Menurut Amesh A. Adalja, MD, peneliti senior di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health's Center for Health Security, varian R.1 merupakan versi virus SARS-CoV-2 yang mengalami mutasi terkait dengan perubahan fungsi dari virus.

Dengan kata lain, seperti halnya strain baru, R.1 dapat mempengaruhi orang secara berbeda dari virus versi asli.

Adalja mengatakan, identifikasi strain baru tidak harus disikapi dengan panik.

Kendati varian baru apa pun dapat menimbulkan ancaman, Adalja menilai, kecil kemungkinan varian R.1 akan menyalip varian Delta sebagai mutasi virus SARS-Cov-2 yang paling parah.

"Saya tidak menduga itu akan menjadi masalah besar karena tidak memiliki kemampuan untuk menggantikan Delta. Sangat sulit bagi jenis mutasi ini untuk mendapatkan pijakan di negara yang memiliki varian Delta," kata Adalja.

Baca juga: Menteri Sri Mulyani: Pemulihan Ekonomi Berjalan Lagi Jika Covid-19 Teratasi

Kemungkinan tidak separah Delta

Meski Adalja tidak mengharapkan gejala yang berbeda dari jenis ini, ia mengatakan hal itu berpotensi mempengaruhi lebih banyak orang yang divaksinasi terhadap Covid-19.

"Masalahnya adalah mutasi ini memang memiliki mutasi yang kita lihat dengan varian B dan G yang dilupakan orang," katanya.

"Itu mungkin membuat infeksi terobosan lebih umum, tetapi ini bukan tentang itu."

Seberapa merajalelanya suatu strain, Adalja menekankan, lebih berkaitan dengan transmisibilitasnya, dan, sekali lagi, sangat tidak mungkin menurunya jika varian yang satu ini akan menggantikan varian Delta.

Sejauh ini ini, varian R.1 hanya menyumbang 0,5 persen dari kasus Covid-19 di AS dan di seluruh dunia.

Menurut Ramon Lorenzo Redondo, PhD, asisten profesor peneliti penyakit menular di Fakultas Kedokteran Universitas Feinberg Northwestern, mutasi R.1 yang ditemukan di AS belum diurutkan, atau diidentifikasi secara genetik.

"Versi virus ini tidak pernah menyumbang lebih dari 1 persen kasus di seluruh dunia, bahkan pada puncaknya," kata Redondo.

Artikel ini tayang di kompas.com dengan judul Mengenal Varian Covid-19 R.1, Mutasi Baru Virus Corona, Lebih Bahaya?

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved