Breaking News

Pulang ke Rumah Setelah Ditelepon Istri, Pria Ini Syok Lihat Adik Polisinya Diserang : Dia Berdarah

Sambil ketakutan, sang istri memberitahu bahwa rumahnya Edi ini sedang diserang oleh sejumlah orang.

Penulis: Uyun | Editor: Ardhi Sanjaya
TribunMedan/HO
Pulang ke rumah usai ditelpon istri, pria ini kaget adik polisinya diserang puluhan orang 

TRIBUNNEWBSOGOR.COM -- Malam mencekam terjadi di Jalan Setia Budi, Perumahan Kalpatara Indah, Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan Helvetia, pada Jumat (22/10/2021) lalu.

Satu orang anggota polisi menjadi korban penyerangan oleh puluhan orang tak dikenal.

Polisi itu mengalami luka bacokan di beberapa bagian tubuhnya hingga terkapar di tanah.

Diketahui, anggota polisi yang menjadi korban tersebut bernama Aipda Eko Sugiawan, berdinas di Polsek Medan Timur.

Selain membacok Aipda Eko, puluhan orang ini juga menghancurkan rumah serta mobil milik kakaknya.

Aipda Eko Sugiawan merupakan adik dari Edi Susanto, yang rumahnya diserang oleh puluhan orang tak dikenal.

Edi Susanto merupakan suami Polwan Aiptu Surya Ningsih dan kakak dari Aipda Eko Sugiawan menjelaskan tentang kronologis kejadian penyerangan tersebut.

Edi menjelaskan saat malam kejadian ia bersama adiknya sedang berada di kawasan Helvetia.

Edi dan Eko ini sedang membicarakan suatu masalah bersama.

Kemudian, tiba-tiba sang istri yang juga kakak ipar Aipda Eko Sugiawan menelpon Edi.

Baca juga: Sempat Bungkam, Polres Bongkar soal Isu Oknum Polisi dalam Kasus Subang, Ini Penjelasan Kriminolog

Sambil ketakutan, sang istri memberitahu bahwa rumahnya Edi ini sedang diserang oleh sejumlah orang.

"Pukul 21.56 WIB masuk telpon dari istri saya, ngasih tau bahwa di rumah sudah ramai didatangi orang dan diserang," ungkap Edi, dilansir TribunnewsBogor.com dari Tribun-medan.com, Minggu (31/10/2021).

Mendapat telpon tersebut, Edi dan adiknya pun buru-buru pulang ke rumah.

Begitu tiba di depan komplek rumah, Edi dan Eko langsung dicegat oleh banyak orang.

"Begitu mau masuk ke komplek, sudah ramai kali komplek sudah padat, jadi saya menepi di depan komplek," papar Edi.

FOLLOW:

Penyerangan tersebut pun sempat terekam kamera pengawas CCTV.

Dalam rekaman tersebut, tampak puluhan mobil masuk ke dalam komplek.

Tak lama kemudian, terlihat mobil Edi berwarna putih berhenti di pinggiran jalan komplek.

Saat itu salah satu pelaku memberikan tanda kalau mobil Edi sudah datang.

Pelaku itu berteriak dan memberitahu kepada yang lain.

Baca juga: Intip Anak Gadis Pipis Tengah Malam, Pria Ini Nekat Bawa Korban ke Pinggir Sungai: Saya Setrum

Puluhan mobil pun menghampiri dan langsung melakukan penyerangan terhadap mobil Edi.

Edi juga mengaku, saat itu mendengar dua kali letusan senjata dari dalam komplek.

"Jadi mereka sudah siap merusak rumah, saya buka kaca mobil saya dengar dua kali letusan senjata api. Jadi saya tunggulah keluar mereka," ungkapnya.

"Terakhir keluar mobil Taft, karena tanda dengan mobil saya, ditunjuk-tunjuklah sama mereka, lalu berhentilah mereka," lanjutnya.

mobil Edy hancur diserang massa tak dikenal
mobil Edy hancur diserang massa tak dikenal ()

Kemudian, mereka yang mendatangi mobil Edi dan langsung menyerang secara membabibuta.

Para pelaku ini membawa berbagai senjata untuk menyerang Edi.

"Langsung nyerang saya, mobil hancur. Mereka pakai samurai, stik golf macam-macamlah yang dibawanya. Mobil saya hancur, masuk juga tombak ke dalam mobil," katanya.

Baca juga: Jalan Licin Akibat Hujan, 2 Pengendara Motor Terjungkal saat Melintas Jalan Jenderal Sudirman Bogor

Edi yang mengaku panik, mencoba tancap gas ke arah komplek.

Namun saat itu, Edi melihat kearah belakang adiknya yang sedang mengendarai sepeda motor ikut dikejar oleh para pelaku yang berjumlah lebih dari 70 orang.

"Saya liat adik saya sudah dikejar pakai kelewang, tidak mungkin saya bantu, karena memang ramai sekali, sekitar 70 orang ada massanya, jadi saya masuk komplek," ucapnya.

Ketika ia berhasil masuk ke dalam komplek, puluhan orang ini langsung pergi dan tidak mengejar lagi.

Pulang ke rumah usai ditelpon istri, polisi ini diserang puluhan orang, adik jadi korban
Pulang ke rumah usai ditelpon istri, polisi ini diserang puluhan orang, adik jadi korban (TribunMedan/HO)

Akan tetapi, adiknya yakni Aipda Eko terkena bacokan dan telah bersimbah darah.

Melihat adiknya terkapar tak berdaya, Edi mengaku syok.

"Saya liat adik saya, dia udah berdarah semua," ucap Edi dengan suara bergetar.

Lantas, pun langsung melaporkan hal tersebut ke Polsek Medan Helvetia.

Namun, Polsek Medan Helvetia melimpahkan kasus tersebut ke Polrestabes Medan.

"Selesai itu buat laporan ke Polsek Helvetia, tapi sudah ditarik ke Polrestabes Medan," kata Edi.

Sementara itu, Kapolsek Medan Helvetia, Kompol Pardamean Hutahaean dan Kanit Reskrim Polsek Medan Helvetia Iptu Theo belum memeberikan jawaban terkait peristiwa tersebut.

Baca juga: Cara Cek Status Penerima BLT Subsidi Gaji Secara Online, Kini BSU Ditambah ke 1,6 Juta Penerima

Kasus Bermula dari Rental truk

Penyerangan rumah Polwan dan pembacokan anggota Polsek Medan Timur di kawasan Kecamatan Medan Helvetia, berawal dari rental truk.

Edi Susanto yang merupakan suami Polwan Aiptu Surya Ningsih dan abang dari Aipda Eko Sugiawan menjelaskan tentang kronologis kejadian penyerangan tersebut.

Ia mengatakan, penyerangan bermula dari sewa menyewa mobil truk, ke seseorang berinisial DK, pada Rabu (13/10/2021) lalu.

Saat itu, ia didatangin oleh DK yang mau menyewa mobil truknya sebanyak tujuh unit yang akan dibawa ke daerah Kabupaten Langkat.

"Awalnya datanglah DK ini, sebelumnya memang sudah kenal. Sudah pernah merental sama kita sekali dua kali, nggak ada masalah. Makanya kita percaya sama dia," kata Edi kepada Tribun-medan.com, Minggu (31/10/2021).

Ilustrasi pengeroyokan
Ilustrasi pengeroyokan (Wartakota)

Ia mengatakan, saat itu dirinya mengaku tidak memiliki unit sebanyak yang diinginkan. Namun, Edi mencarikannya truk kepada rekannya bernama Pohan dan Anto.

"Saya bilang sama dia unit saya nggak ada. Kalau bisa saya bantu satu unit. Jadi saya telpon kawan saya. Dapatlah dari Anto tiga unit dari Pohan empat unit," sebutnya.

Edi menambahkan, penyewaan truk tersebut dihitung perhari, satu truk Rp 900 ribu. DK pun menyetujui itu dan menyewa tujuh unit selama enam hari.

DK mengaku kepada Edi bahwa truk tersebut, ia pakai untuk bekerja bersama dengan salah satu ketua Organisasi Masyarakat (Ormas) di Langkat.

"Dia bilang kerja sama dengan ketua Ormas sana, mau nimbun PKS. Sama kita ya terserah yang penting bayar uang rental," tuturnya.

Baca juga: Jalan Licin Akibat Hujan, 2 Pengendara Motor Terjungkal saat Melintas Jalan Jenderal Sudirman Bogor

Lalu, sore harinya datanglah orang menggunakan mobil yang disebut-sebut merupakan anggota Ormas itu.

"Bertransaksilah mereka, si DK ini ngambil deposit sama anggota Ormas ini. DK minta bantu, minta surat tanda terima supaya ketua Ormas itu percaya, bahwa di sinilah tempatnya, jadi kita bantulah," ujarnya.

Setelah itu, karena DK menyewa tujuh truk selama enam hari, ia pun menerima uang sewanya sebesar Rp 37,8 juta.

"Besoknya berangkatlah truknya pagi empat unit, kemudian tiga lagi nyusul siang. Ketemulah sama mereka di sana," ungkapnya.

Kemudian, setelah berjalan dua hari. Tiba-tiba DK menghubungi Edi mengatakan dia tidak sanggup dan meminta agar penyewaan agar dibatalkan.

"Di pulangkan semua karena nggak sanggup bayar rental, hari rabu pulang semua. Jadi ku telpon DK ini, hitungan dulu kita, tapi dia nggak datang," sebutnya.

Lalu, hari berikutnya datanglah anggota Ormas yang datang ke kantornya dan memaki-maki Edi.

"Datanglah utusan ketua Ormas itu, dibilangnya saya penipu, tukang olah. Jumpanya sa karyawan saya, kebetulan saya nggak ada," ucapnya.

Saat ia kembali, dan bertemu dengan anggota Ormas tersebut Edi pun bertemu dengan anggota Ormas itu.

Tak lama DK pun datang untuk menyelesaikan permasalahan penyewa mobil.

Kemudian, mereka pun saling berdebat hingga akhirnya DK menyarankan agar uang sewa dikembalikan oleh Edi.

"Karena kondisi kejepit, DK lah yang menyarankan upaya dipulangkan. Dibayarlah Pohan terutang Rp 8,55 juta, Anto Rp 7,225 juta, karena uang mereka kurang jadi ku talangin," katanya.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan setelah semuanya selesai tiba-tiba dirinya didatangi lagi oleh anggota Ormas itu. Dan protes bahwa hitungan pengembalian uang ada yang selisih.

"Selisih berapa lagi, kan sudah sepakat, si DK juga yang bilang sepakat. Jadi saya pun pulang," katanya.

Namun, saat itu ia diikuti oleh anggota Ormas ini sampai rumah. Di rumah, mereka saling cek-cok.

Tak lama, dua orang karyawannya datang dan terjadilah perkelahian antara karyawan nya dengan anggota Ormas itu.

Karena terjadi keributan, ia pun mencoba melerai keributan dan mengusir anggota Ormas itu.

"Cabutlah orang itu. Saya berpikir pasti buat laporan polisi mereka. Jadi hubungi adik saya yang polisi. Konsultasi saya melalui telepon sama dia," katanya.

Kemudian, usai menghubungi adiknya yang berdinas di Polsek Medan Timur itu, ia putuskan untuk bertemu dengannya di Kantor.

"Jumpalah kami di kantor, ceritalah sama dia terkait masalah ini," sebutnya.

Sedang asik bercerita, tiba-tiba istrinya yang berdinas di Kantor Samsat Putri Hijau memberi kabar bahwa rumahnya diserang oleh puluhan orang.

(TribunBogor/TribunMedan)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved