IPB University

Pengganti Kedelai, IPB University Kenalkan Kacang Tunggak Jadi Bahan Baku Tempe

Guru Besar Agronomi dan Hortikultura IPB University mengatakan konsumsi kacang di Indonesia didominasi oleh kacang kedelai.

Editor: Tsaniyah Faidah
Humas IPB
Ilustrasi - Kacang tunggak jadi alternatif bahan baku tempe 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Kacang tunggak merupakan komoditas pertanian yang belum banyak dikenal oleh masyarakat luas.

Padahal kacang lokal ini sangat potensial. Baik dari segi produktivitas, kandungan gizi, hingga pengembangannya.

Prof Muhamad Syukur, Guru Besar Agronomi dan Hortikultura IPB University mengatakan konsumsi kacang di Indonesia didominasi oleh kacang kedelai.

Sebagian besar kacang kedelai dijadikan bahan utama dalam industri tempe dan tahu.

Kebutuhannya yang tinggi membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan impor kedelai.

Menurutnya, kacang-kacangan lokal perlu didorong sebagai alternatif pengganti kedelai.

Dilihat dari sisi kandungan gizi, kedelai masih menjadi acuan. Yakni kandungan protein perlu di atas 30 persen.

Sedangkan kacang tunggak hanya memiliki kandungan protein 22-30 persen.

Kandungan karbohidratnya juga lebih mirip dengan kacang hijau dengan kandungan lemak yang jauh lebih rendah dari kedelai.

Sehingga perlu ada pengembangan lebih lanjut untuk meningkatkan kandungan proteinnya.

Oleh karena itu, dengan kandungan karbohidratnya yang tinggi, kacang tunggak ini memiliki potensi yang mirip dengan kacang hijau.

Di antaranya, potensi untuk dikonsumsi langsung sebagai camilan atau bubur.

“Kacang tunggak ini bisa dijadikan pendamping kedelai maupun kacang hijau,” ungkap Muhamad Syukur.

Menurutnya, kandungan asam amino esensial kacang tunggak relatif lebih baik dari jenis kacang lainnya.

Produktivitasnya juga cukup tinggi yakni sekitar dua hingga lima ton per hektar.

Jumlah ini dinilai lebih dapat berdaya saing daripada kedelai.

Daya adaptasinya pun cukup luas pada berbagai agroekologi. Sehingga pengembangannya pada lahan kering sangat cocok.

“Persilangan kacang tunggak juga telah dilakukan. Hasilnya memiliki keragaman ukuran dan warna polong. Varietas yang telah dilepas oleh Kementan RI ada 10 jenis dan sejak akhir 90-an belum ada pengembangan lebih lanjut,” jelasnya.

Menurut Muhamad Syukur, IPB University telah melakukan berbagai pemuliaan kacang tunggak melalui persilangan.

Metode pemuliaan yang digunakan di antaranya metode pedigree dan seleksi individu. Kemudian dilakukan uji adaptasi hingga pelepasan varietasnya.

“Dihasilkan empat varietas yang memiliki warna dan ukuran biji beragam yakni Tampi IPB, Uni IPB, Albina IPB dan Arghavan IPB. Hasil persilangan antara varietas tersebut bahkan memiliki produktivitas tiga kali lipat melebihi kedelai,” ujarnya.

Ia menambahkan, warietas Albina IPB bahkan telah dikembangkan untuk industri tempe. Karakteristik dan kandungan gizinya cukup baik dan dapat disetarakan dengan kedelai.

Tempe sehat albina ini telah diujicobakan melalui kerjasama dengan PT Mastero Circle Indonesia.

Cita rasa produk tempe dari kacang tunggak ini tentu tidak kalah dengan tempe kedelai.

Kacang tunggak berpotensi besar sebagai kacang lokal pendamping kedelai.

Namun dalam pengembangannya masih terdapat banyak tantangan.

“Di antaranya belum dikenal masyarakat luas sehingga perlu ada pengembangan industri pangan dan pakan terkait kacang tunggak. Rantai nilainya juga belum terbentuk karena industrinya belum berkembang," papar Muhamad Syukur.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved