Diajak Liburan ke Jakarta, 13 ABG Asal Jambi Malah Dipaksa Layani Pengusaha, Diberi Upah Rp 3,5 Juta
Sebab sesampainya di Jakarta, para ABG asal Jambi itu malah dipaksa layani pengusaha mesum tersebut.
Penulis: Uyun | Editor: Vivi Febrianti
Di sana mereka bertemu oleh S, opengusaha mesum.
Oleh sang muncikari, ARS menyuruh korban berhubungan badan dengan pria 52 tahun.
S kemudian memberi uang Rp 3,5 juta kepada masing-masing korban.
Sementara ARS mendapatkan upah Rp 1 juta dan uang Rp 2 juta untuk biaya transportasi.
Baca juga: Ditinggal Kerja, Suami Syok Lihat Video Istrinya dan Oknum PNS Lakukan Ini di Kamar : Gak Tahu Malu
Kapolresta Jambi Kombes Pol Eko Wahyudi mengatakan, berdasarkan laporan hilang tersebut, timnya yang dipimpin oleh Kasatreskrim Polresta Jambi, Kompol Afrito Marbaro Macan langsung melakukan penyelidikan.
"Dari laporan tersebut kita selidiki, dan ternyata anak yang dilaporkan hilang, ternyata berangkat ke Jakarta untuk menemui pelaku S, sebagai pelampiasan nafsu pelaku," kata Eko, Senin (27/12/2021) dikutip dari TribunJambi.
Kombes Pol Eko Wahyudi mengatakan, pelaku merayu korban dengan menjanjikan sejumlah uang, mulai dari Rp 3 juta hingga Rp 3,5 juta.
Sebelum menjalankan aksinya, korban pun diajak jalan-jalan dan belanja.

Kemudian, korban diajak ke hotel.
Disanalah para korban dipaksa untuk melayani pengusaha di atas ranjang.
"Untuk berangkat dari Jambi ke Jakarta dikasih ongkos Rp 1 juta, setelah tiba di Jakarta, korban diberi lagi uang untuk belanja ke mal. Kemudian korban kembali ke hotel, dan saat itulah pelaku menjalankan aksi bejatnya," ujarnya.
Baca juga: Tafsir Mimpi Berhubungan Badan dengan Rekan Kerja Menurut Pakar, Sering Dianggap Buruk
Menurut Kombes Pol Eko Wahyudi, korban dari Jambi ada yang berangkat melalui jalur darat dan ada juga yang menggunakan jalur udara.
Diketahui, sudah 13 anak usia pelajar, dari 13 hingga 15 tahun di Jambi menjadi korban predator anak ini.
"Bukan tidak mungkin akan bertambah, karena ini masih kita dalami lagi, dan kita akan lihat laporan lainnya," kata Kombes Pol Eko Wahyudi.
Dikatakannya, korban didominasi oleh pelajar sekolah menengah pertama (SMP).
