Kebakaran Tempat Karaoke Saat Bentrok di Sorong, 3 Dancer Asal Bandung Jadi Korban
Adanya tiga gadis Bandung yang diduga ikut menjadi korban diketahui dari daftar nama para korban yang beredar pasca-kebakaran.
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Ada tiga gadis Bandung jadi korban tewas terbakar di tempat karaoke Double O di Kota Sorong, Papua Barat yang dibakar massa, saat bentrokan warga pada Selasa (25/1/2022).
Adanya tiga gadis Bandung yang diduga ikut menjadi korban diketahui dari daftar nama para korban yang beredar pasca-kebakaran.
Dalam daftar, dua dari ketiganya, yakni Afifa dan Nanin, disebut bekerja sebagai dancer.
Seorang lainnya, Klara, ditulis bekerja sebagai elci.
Ditemui awak media, usai meninjau lokasi kejadian, kemarin, Kapolda Papua Barat Irjen Tornagogo Sihombing, mengatakan ke-17 korban yang tewas terbakar di Diskotek Double O, ditemukan berada di satu ruangan di lantai dua diskotek.
Tiga di antaranya ke-17 korban terbakar, ujar Tornagogo, adalah tamu di diskotek tersebut, sementara 14 lainnya adalah pekerja.
Namun demikian, Tornagogo mengaku belum bisa memastikan identitas para korban.
"Kita memastikan korban-korban yang dibawa ke RS Sele Be Selu dilakukan pemeriksaan oleh DVI dari Polda Papua Barat dan Mabes Polri. Kita datangkan untuk mengambil sampel post mortem dan ante mortem guna mengidentifikasi korban terbakar," kata Tornagogo.
"Nanti, jenazah akan dikembalikan kepada keluarga korban," tambahnya.
Tornagogo memastikan situasi sudah dapat mereka kendalikan. Polisi, lanjut Tornagogo, juga telah membuka posko di Polres Sorong Kota yang ditujukan untuk keluarga korban guna mengidentifikasi identitas sanak keluarga mereka yang mungkin menjadi korban.
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo membenarkan, identitas korban mayoritasnya adalah pekerja di tempat hiburan malam Double O. Sebagian di antaranya bekerja sebagai penari dan vokalis.
Namun seperti halnya Tornagogo, Dedi juga belum bisa memastikan detail identitas para korban, termasuk dari mana mereka berasal.
Dedi mengatakan, polisi masih terus melakukan pengusutan, termasuk mencari aktor intelektual yang memicu terjadinya bentrokan.
"Saat ini sedang dilakukan penyelidikan dan penyidikan untuk ungkap aktor intelektual dan pelaku-pelaku dari kedua kelompok tersebut," ujar Dedi.
Dedi mengatakan, selain melakukan pertemuan dengan perwakilan kedua kelompok yang bertikai, polisi juga merangkul tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh adat untuk mencegah terjadinya bentrokan susulan.
