Angka Populasi Anak yang Menderita Bibir Sumbing Masih Tinggi, Ini Penjelasan Smile Train Indonesia
Populasi anak yang menderita bibir sumbing dan celah langit-langit mulut di Indonesia masih terbilang cukup banyak.
Penulis: Rahmat Hidayat | Editor: Damanhuri
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Rahmat Hidayat
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CIAWI - Populasi anak yang menderita bibir sumbing dan celah langit-langit mulut di Indonesia masih terbilang cukup banyak.
Deasy Larasati Country Manager dan Program Director Smile Train Indonesia yang berfokus pada bidang perbantuan mengatasi masalah bibir sumbing dan celah langit-langit mulut katakan bibir sumbing dan celah langit-langit mulut mengatakan, bahwa dari setiap kelahiran anak di Indonesia berpotensi terkena hal tersebut.
"Kalau hal ini dilihat dari populasi. Semakin banyak penduduk di Kota nya semakin banyak pula yang berpotensi menderita bibir sumbing dan celah-celah langit. Jika diangkakan ibarat 1 kelahiran dari 700 kelahiran bayi terlahir dengan kondisi seperti itu. Artinya masih banyak," ujarnya saat ditemui oleh TribunnewsBogor.com di Pullman Ciawi, Kabupaten Bogor, Kamis (10/3/2022).
Angka-angka tersebut kata Deasy tercatat menimpa setiap golongan masyarakat.
Bahkan, tegas Deasy, dari angka tersebut, jika ditarik garis besarnya tidak memandang bulu kepada siapa akan terjadi.
Bukan siapa yang tertimpa, tapi tambah Deasy, berapa banyak faktor harus dipahami yang menyebabkan hal ini bisa terjadi.
"Mau golongan mampu ataupun golongan tidak mampu bisa terkena hal ini. Sebetulnya ada beberapa faktor yang melatarbelakangi hal ini. Kehamilan yang tidak diketahui, faktor kecukupan gizi, serta konsumsi obat yang berlebihan. Ini yang harus diperhatikan sebetulnya," tambahnya.
Meski begitu, ia sangat menyayangkan ketika hal ini menimpa diantara golongan masyarakat.
Banyak masayarakat menganggap hal ini merupakan suatu aib yang tidak harus diketahui oleh banyak orang.
Padahal, kata Deasy, hal ini bisa disembuhkan dengan bantuan operasi pihak terkait.
Bahkan ironisnya, ketika hal ini menimpa anak kecil dari rahim seorang ibu, kata Deasy, justru orang tuanya yang sering mengucilkan anak tersebut.
"Jangan ada stigma lagi karena bibir sumbing adalah kutukan. Apalagi menimpa anak kita sendiri. Ini bisa dilakukan penanganan dengan cara operasi. Bahkan, operasi yang dilakukannya pun tidak membutuhkan waktu banyak. Hanya satu jam ketika lakukan operasi," imbuhnya.
"Tapi banyak pula yang membuat mental anak tidak tumbuh gara gara hal ini. Justru, peran orang tua yang seharusnya utama dalam hal ini. Jangan sampai anak merasa kerdil mentalnya. Sekali lagi, hal ini bisa disembuhkan dengan operasi," katanya.
Oleh sebab itu, pihaknya akan terus lakukan gerakan bantuan sebagai bagian organisasi nirlaba terbesar di duna dalam menanggulangi bibir sumbing.
Tercatat, selama perjalanan karirnya, saat ini Smile Train Indonesia telah lakukan operasi kepada 10 ribu anak penderira bibir sumbing dari Sabang sampai Merauke.
"Saat ini selama perjalanan 20 tahun ini kami terus berkerja sama dengan semua pihak. Alhasil saat ini kita telah lakukan 10 ribu operasi kepada anak penderita bibir sumbing se Indonesia," tandasnya.
