Epidemiolog Sebut Lewati Puncak Omicron Bukan Berarti Masa Kritis Berlalu

Namun, angka indikator telat menghadapi Covid-19 secara global dan berdampak pada kematian, tren-nya masih meningkat.

Editor: Vivi Febrianti
Vektor Kunst/Pixabay
Ilustrasi virus corona atau Covid-19 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengingatkan, secara global situasi pandemi Covid-19 belum melandai.

Memang ada penurunan kasus dan mengindikasikan tidak sedang di puncak.

Namun, angka indikator telat menghadapi Covid-19 secara global dan berdampak pada kematian, tren-nya masih meningkat.

"Termasuk juga jumlah kasus infeksi seminggu, atau dua minggu terakhir justru meningkat."

"Artinya ada potensi yang kita khawatirkan di tengah pelonggaran banyak negara ini malah meningkatkan transmisi," ulasnya kepada Tribunnews, Jumat (11/3/2022).

Dan yang paling mengkhawatirkan lagi, lanjutnya, sub varian Omicron BA.2, terdeteksi.

Baca juga: Jonatan Christie Positif Covid-19 di Jerman, Otot Pahanya Terasa Kaku

Menurutnya, varian ini lebih cepat menginfeksi.

"Nah, di Indonesia sama. Kita masih dalam fase yang kritis, meskipun katakanlah sudah melewati puncak."

"Tapi ingat, melewati puncak bukan berarti masa kritis sudah berlalu," tutur Dicky.

Bahkan, katanya, bisa jadi dengan indikator telat ini, kematian maupun angka orang masuk ICU menjadi fase awal peningkatan.

Sehingga, adanya pelonggaran yang dilakukan harus diimbangi dengan penguatan di aspek lain.

Baca juga: Update Kasus Covid-19 di Kabupaten Bogor: 1.100 Sembuh, 378 Positif Baru

Misalnya, jika pada perjalanan domestik tidak dilakukan tes tidak mengapa, karena memang secara modalitas imunitas memungkinkan, walaupun sifatnya harus tetap waspada dan berhati-hati.

"Selain selektif juga, karena 30 provinsi kita, tes positivity rate-nya masih di atas 5 persen."

"Kita harus ada evaluasi berkala. Tools-nya dengan sampling. Itu yang harus diperkuat surveilans," papar Dicky.

Misalnya, satu persen dari pelaku perjalanan domestik lakukan sampling, dan ternyata berada di bawah 1 persen, berarti kebijakan ini baik dilakukan.

Baca juga: 3 Negara di Asia Tenggara Umumkan Fase Endemi Covid-19, Indonesia Kapan?

Selain itu, protokol kesehatan tidak boleh dilonggarkan, apalagi beberapa kebijakan yang dikeluarkan saat ini masih baru, belum terbilang aman dan masih berbahaya.

BA.2 berpotensi ledakan dan mengundang masalah baru.

"Kita udah bagus, on track. Disebut dengan prediksi moderat gelombang Omicron jangan jadi berat karena tidak sabar ingin melakukan pelonggaran. Itu yang berbahaya," paparnya. (Aisyah Nursyamsi)

Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Epidemiolog: Sudah Melewati Puncak Omicron Bukan Berarti Masa Kritis Berlalu

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved