Mengintip Pembuatan Wajan Tradisional di Bogor, Pasarnya Tembus hingga Luar Negeri
Dengan kualitas yang dijajakan, pejabat daerah pernah menyambangi tempat sentra usaha wajan disini. Salah satunya istri Walikota Bogor, Yane Ardian.
Penulis: Muamarrudin Irfani | Editor: Tsaniyah Faidah
Dalam sehari mulai pukul 08.00-16.00 WIB, Edi dapat memproduksi tiga wajan berukuran diameter 70 cm, sedangkan untuk wajan berdiameter 110 cm ia mampu menyelesaikannya dalam waktu tiga hari. dengan tingkat ketebalan 2 mm.
“Kalau untuk model, ukuran sama ketebalan saya menyesuaikan dengan keinginan pelanggan, atau istilahnya bisa custom”tandasnya.
Untuk harga bervariatif tergantung dari ukurannya, mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 1,5 juta.
Yang membuat produksinya banyak peminat dikarenakan ia mengejar kualitas dan kepercayaan pelangganya.
“Saya ngutamain kualitas barang, dan yang terpenting itu jujur sama pelanggan, kalau pelanggan minta ukuran sekian dengan ketebalan sekian maka saya sesuaikan, tidak dikurangi atau diakal-akalin lah istilahnya” tambahnya.
Terbukti kualitas hasil produksinya yang ia digunakan sendiri mampu bertahan hingga puluhan tahun.
“Saya buktiin pakai wajan bikinan saya sendiri, udah saya pakai pake 25 tahun lebih masih awet sampai sekarang, dari masih tebel sampe tipis dipakai tiap hari,” ungkapnya.
Walaupun produksinya masih menggunakan cara manual, namun Edi mengklaim kualitasnya berani diadu dengan produk yang sudah modern.
“Bedanya ini sama Teflon itu, kalo lapisan teflonnya udah terkikis bakalan lengket, tapi kalo wajan ini bakal awet bertahun-tahun juga,” jelasnya.
Tak heran, dengan kualitas yang dijajakan, pejabat daerah pun pernah menyambangi tempat sentra usaha wajan disini.
Mulai dari camat, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) Kota Bogor, hingga istri Walikota Bogor, Yane Ardian.(*)