Kisah Orang Bogor, Dulu Dibuang Sekarang Muhammad Hilman Jadi Sang Pemenang
Lorong sempit dan gelap. Itulah satu-satunya akses jalan menuju rumah Muhammad Hilman, salah satu atlet disabilitas yang mengharumkan nama Jawa Barat.
Penulis: Reynaldi Andrian Pamungkas | Editor: Yudistira Wanne
"Saya titipin alat musiknya di warung, baju seragamnya dilepas, ngamen cuma pake kaos sama celana SMP aja," katanya sambil tersenyum.
Setiap harinya, dari siang sampai malam hari Eman menjalani aktivitas sebagai pengamen jalanan.
Dengan kesabarannya, Eman selalu mendapat uang dari hasil ngamen sebesar Rp 150 ribu.
Namun, nominal tersebut tidak selalu sama, dengan usahanya yang gigih, Eman juga pernah mendapatkan uang hasil ngamennya sebesar Rp 15 ribu bila cuaca sedang hujan.
Walau penghasilannya tidak seberapa, Eman selalu menyisihkan uangnya untuk ditabung guna membuat motor impiannya.
Naasnya, saat uang tersebut telah terkumpul untuk modifikasi motor, Eman tertipu oleh montir bengkel di kawasan Suryakencana, Bogor.
Dengan niat mencicil, Eman memberikan DP kepada bengkel tersebut sebesar Rp 3 juta untuk modifikasi motor.
Curiga dengan modifikasi sepeda motornya yang tidak kunjung dikerjakan, Eman pun kesal dan memutuskan untuk pindah bengkel.
Bengkel kedua pun ternyata sama saja, hingga Eman menghabiskan total uang sebesar Rp 7 juta tetapi motor modifikasinya tidak bisa dijalankan.
Hingga akhirnya, Eman dibantu oleh sebuah komunitas motor kostum untuk membuat motor impiannya.
Karena kesalahan desainnya, motor tersebut tidak bisa dijalankan terlalu lama yang menyebabkan panasnya mesin, sampai Eman menyimpannya di bengkel saudara angkatnya di Sukaraja, Bogor.
Tidak disangka, lama tiada kabar, motor Eman dijual secara diam-diam.
Kejadian tersebut membuat pria yang gemar mendengar musik reggae ini harus pasrah dan mengikhlaskannya.
Hal tersebut tidak membuat Eman putus asa, dirinya harus terus bergerak maju dalam kehidupannya.
Tidak disangka, ternyata bakatnya yang terpendam muncul saat dirinya sedang mandi di sungai dekat rumahnya.
Pria dengan tinggi 140 sentimeter ini mencoba-coba keahliannya dalam musik beatbox yang dipelajarinya melalui aplikasi YouTube.
Rezeki yang tidak disangka, ternyata dengan keahlian musik beatboxnya ini, Eman dipanggil untuk mengisi pada beberapa program acara di stasiun televisi.
Hal ini membuat geger warga Sukamulya RT 02/05, yang beranggapan Eman sudah sukses karena sudah masuk program televisi.
Dengan hal tersebut, ia masih tetap merendah diri.
Pada tahun 2017, Eman diikutsertakan namanya dalam ajang perlombaan renang dan voli duduk untuk disabilitas di Bandung.
Walau tidak bisa berenang, dirinya terus belajar untuk menjadi atlet yang mewakili Bogor.
Hingga saat jalannya pertandingan, kekecewaan Emen pun sudah pada puncaknya, namanya tidak dipanggil untuk mengikuti lomba.
"Saya di tribun penonton, nunggu nama saya dipanggil buat renang, sampai pertandingan beres nama saya ga dipanggil, saya kecewa sama Bogor," ucapnya dengan nada kesal.
Kekecewaannya ternyata diadukan kepada Wali Kota Bogor, Bima Arya, untuk meminta izin bahwa dirinya tidak akan kembali untuk mewakili Bogor dan berpindah ke Bekasi.
Di Bekasi, menurut pria yang menjabat pada 26 keorganisasian ini, untuk fasilitas atlet berlatih itu sangat menunjang dan nyaman.
Tetapi, di Bekasi, Eman beralih menjadi atlet menembak.
Tidak perlu waktu lama untuk belajar, dirinya memang sudah hobi dan berniat keras untuk belajar dan menjadi seorang penembak.
Sebelumnya, Eman sering melihat dan mencoba menembak di rumahnya bersama tetangganya yang sering berburu hama.
Selain itu, dia juga sangat gemar menonton film-film perang.
Hingga akhirnya, Eman mampu terpilih sebagai perwakilan kontingen Jawa Barat untuk Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XIV Papua 2021.
Bertahun-tahun poin menembak Eman menduduki peringkat puncak di Jawa Barat, bahkan di Indonesia sekalipun.
Peparnas
Ia pun ditargetkan oleh pelatihnya pada Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XIV Papua 2021 untuk mendapatkan 2 target emas.
Karena sudah mempunyai modal poin tinggi, hal tersebut tidak menjadi beban bagi pria yang berkuliah di Kampus Kesatuan, Bogor dengan jurusan Manajemen Perkantoran ini.
"Saya termotivasi disitu, saya kepacu buat lebih baik lagi dari peserta lainnya, dan ternyata bisa saja buktikan," terangnya dengan nada gembira.
Pada Peparnas XIV Papua 2021 kemarin, Eman meraih dua emas pada cabang olahraga menembak yaitu, pada kategori individu dan beregu.
Pembuktian Eman dengan targetnya dua emas ini bisa terlaksana, bahkan ia pun mampu mencetak rekor nasional pertama kalinya untuk cabang olahraga menembak, dengan raihan waktu 22 menit sebanyak 60 peluru.
Setelah berhasilnya Eman menyabet dua buah emas, dirinya menjadi sebuah motivasi bagi disabilitas yang berada di Jawa Barat.
Selain itu, pria kelahiran 1999 ini mengaku bahwa uang bonus dari raihan 2 emas ini dibelikan satu unit rumah di Kecamatan Bogor Timur untuk dihuninya.
"Total dapatnya sampai ratusan juta, sekarang baru cair yang pertama, kalo yang kedua bulan Mei nanti turun uangnya," ungkapnya.
Diketahui saat ini, kegiatan Eman hanya sibuk kuliahnya saja yang sudah mencapai semester 6.
Dengan semua raihannya selama hidup Eman, menjadi juara dan mencetak rekor pada ajang Peparnas XIV Papua 2021 cabang olahraga menembak kemarin merupakan prestasi tertingginya.
Hingga titik ini, membuat pria yang memiliki cita-cita untuk menjadi seorang ahli agama ini berfikir bahwa semua yang diraihnya berkat motivasi dari ucapan almarhum ayah angkatnya.
"Kalo kata orang-orang saya udah termasuk sukses dengan kaya gini, andai saja ibu bapak saat ini masih ada, saya mau naikkan mereka haji, saya juga pengen jadi ahli agama, seperti apa yang dikatakan ibu dulu," harapnya.(TribunnewsBogor.com/Reynaldi Adrian Pamungkas)