IPB University
Pakar IPB University Ingatkan Pemuda Naikan Drajat Petani Dalam Forum G20
Dengan digitalisasi, diharapkan adanya forum diskusi antar petani secara daring untuk memuat aspirasi para petani desa.
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Indonesia akan mencetak sejarah atas kesempatan menjadi tuan rumah Presidency G20 setelah 23 tahun bergabung sebagai anggota.
Indonesia dipercaya menjadi perwakilan Asia Tenggara untuk mengatur agenda dan sekaligus fasilitator konsensus pembahasan ekonomi makro global selama beberapa tahun ke depan.
Tema Presidency G20 tahun ini adalah “Recover together, Recover stronger” dan masih terkait dengan pandemi COVID-19.
Konsensus internasional ini akan membahas berbagai isu di bidang pertanian untuk memastikan perdagangan pangan dan produksi pangan yang adil dan menjamin konsumsi seluruh warga dunia.
Kontribusi generasi muda dalam keberhasilan G20 tahun ini juga sangat diharapkan.
Prima Gandhi, Dosen IPB University dari Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan menyebutkan setidaknya ada minimal tujuh peran pemuda dalam Presidensi G20 di bidang pertanian.
Dikatakannya, generasi muda wajib menaikkan derajat petani.
Menurutnya, selama ini petani hanya sering dijadikan objek dari suatu kebijakan global.
Ia berharap, adanya pembahasan terkait pertanian dalam G20 akan terbuka bagi petani.
Dengan digitalisasi, diharapkan adanya forum diskusi antar petani secara daring untuk memuat aspirasi para petani desa.
“Karena kita tahu, bargaining position dari petani dapat dikatakan pada posisi yang tidak terlalu kuat dan ada gambaran bahwa petani identik dengan ketidakpastian,” terangnya dalam Webinar Propaktani dengan tema “Peran Pemuda dalam Presidensi G20 di Bidang Pertanian,” belum lama ini.
Ia juga menerangkan, Forum Presidency G20 juga harus dapat memastikan bagaimana kedaulatan benih suatu negara dapat terjamin.
Melalui forum ini, katanya, tangan pemuda juga diharapkan dapat mendorong regenerasi petani lokal dan global.
Prima mengatakan, momentum sektor pertanian sebagai lokomotif ekonomi di era krisis harus dimanfaatkan sehingga dapat menarik minat para milenial untuk terjun di bidang pertanian.
"Tentunya harus diikuti dengan upaya mengubah persepsi usaha tani yang cenderung dianggap kotor dan tidak bergengsi," tambahnya.