Bogor Istimewa
Kabupaten Bogor Istimewa Dan Gemilang

Seorang Ayah Tewas di Tangan Anaknya, Kepala Dihantam Bongkahan Batu Saat Tertidur Pulas

Seorang pria yang tengah tertidur pulas di musala meregang nyawa setelah anak kandungnya menghantam kepalanya dengan bongkahan batu.

Editor: widi bogor
TribunMadura.com
Pelaku (mukena putih) yang hantam kepala ayah kandungnya dengan bongkahan batu hingga tewas, sedang diperiksa di Polres Sampang 

Setelah melancarkan aksinya, pelaku lalu bergegas mengenakan mukena dan langsung pergi ke masjid.

Peristiwa itu pertama kali diketahui oleh anak dari korban, Jumhiyeh.

Jumhiyeh kemudian dijadikan saksi atas peristiwa tersebut.

Kala itu Jumhiyeh memang sedang menuju ke luar rumah karena mendengar saudaranya, Zamri menangis di luar rumah.

Alangkah kagetnya Jumhiyeh ketika melihat ayahnya (Miskali) sudah bersimbah darah dengan kondisi dahi mengalami luka sobek.

Kala itu, sang ayah masih bernapas. Bahkan sempat menyampaikan beberapa kalimat kepadanya.

Baca juga: Detik-detik Perampok Bawa Kabur Uang Belasan Juta dari Minimarket, Todong Pegawai Ungkit Sakit Hati

"Pada saat itu juga Jumhiyeh melihat terduga pelaku yang tidak lain adalah saudaranya (Rohah) berada di jalan. Tepatnya di depan rumahnya," kata Kasatreskrim Polres Sampang AKP Irwan Nugraha.

Ia menambahkan, pelaku langsung bergegas lari dengan posisi memakai mukena ke masjid yang jaraknya tidak jauh dari kediamannya.

Sedangkan Jumhiyeh langsung menangis histeris hingga membuat tetangga sekitar berdatangan.

"Warga saat berdagang sempat mengetahui pelaku, jadi dikejar hingga ke area masjid," terangnya.

Pelaku Memiliki Gangguan Kejiwaan

Mendapat laporan dari warga, pihak Polres Sampang bergegas mencari pelaku.

Saat ini, pihak kepolisian telah menahan dan memeriksa Rohah.

Hasil pemeriksaan, perbuatan tersangka didasari dengan kondisi jiwa yang terganggu atau Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ).

Kondisi tersebut sudah dialami Rohah selama 10 tahun lamanya.

Bahkan Rohah sempat di pasung dengan menggunakan rantai.

Namun, ayahnya tidak tega melihatnya dipasung sehingga lebih memilih untuk membebaskannya.

Terlebih tersangka ini tidak selalu kambuh, kadang-kadang sembuh ataupun sebaliknya.

“Jadi ayahnya lebih memilih membuka rantai yang mengikat kaki tersangka," ungkap AKP Irwan Nugraha.

(Fathia Oktaviani/Magang)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved