Mengenal Ki Dalang Drajat, Penemu Wayang Bambu Bogor, Jejaknya Sudah Sampai Eropa

Di tengah hiruk pikuk moderinitas Kota Bogor, rupanya masih terdapat seorang seniman sekaligus budayawan yang mempertahankan nilai budaya masa lalu.

Penulis: Muamarrudin Irfani | Editor: Yudistira Wanne
TribunnewsBogor.com/Muamarrudin Irfani
Ki Dalang Drajat Iskandar Penemu Wayang Bambu Asal Bogor 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Muamarrudin Irfani

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR BARAT - Di tengah hiruk pikuk moderinitas Kota Bogor, rupanya masih terdapat seorang seniman sekaligus budayawan yang mempertahankan nilai budaya masa lalu.

Ya, orang itu tak lain adalah Drajat Iskandar (47).

Drajat Iskandar (47) merupakan Dalang sekaligus penemu wayang bambu yang berasal dari Kota Hujan.

Pria yang karib disapa Ki Dalang itu pertama kali mengenal dunia wayang sejak kecil, yang diperkenalkan oleh orang tuanya.

"Jadi kalo dari orang tua usia 5 tahun diperkenalkan wayang golek, saya dari awal itu bukan berarti menjadi dalang, tapi dikenalkan," ujarnya kepada TribunnewsBogor.com, Jumat (20/5/2022).

Adapun wayang golek hasil karyanya berbahan dasar bambu, yang tentunya memiliki perbedaan dengan wayang golek pada umumnya.

Wayang bambu sendiri sudah diakui oleh Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) sekitar tahun 2015, sebagai jenis wayang inovatif.

Walaupun baru dikukuhkan tujuh tahun lalu, sebenarnya wayang bambu ini sudah ada di tahun 2000.

Selama kurun waktu 15 tahun, banyak sekali mengalami perkembangan bentuk hingga seperti saat ini.

"Awal itu tahun 2000, dari limbah besek anyaman bambu, bentuk awalnya berbentuk pipih, karna dulu terbesit ketika ingin wayang-wayangan dari pelepah singkong, nah dari situ," tuturnya

"Jadi dari bahan itu besek dibentuk wayang seperti pelepah singkong itu, seiring berjalannya waktu kita belum puas, alhamdulillah berkembang lah bentuk dari wayang bambu yang berbentuk seperti saat ini," tambahnya.

Ki Dalang, sapaan akrabnya mengatakan, pernah mentas dari tingkat RT hingga Eropa.

"Kalo pentas gitu ya udah engga keitung, tapi dari awal ngerintis itu dari tingkat RT, RW terus antar kota, provinsi, nasional, Asean juga pernah, ke Eropa juga sempat," ucapnya.

Lebih lanjut, Ki Dalang mengatakan, dalam setiap pementasannya selalu menggunakan bahasa sunda dengan logat khas Bogor.

Hal itu untuk menonjolkan tradisi logat sunda Bogor.

"Dimanapun pagelaran, saya selalu gunakan bahasa sunda logat Bogor, karna logat sunda Bogor itu heuras genggerong (sunda kasar)," jelasnya.

"Kalo udah masuk ke daerah Bandung kesana itu logatnya parahyangan (sunda halus)," tambahnya.

Dalam setiap pementasannya, Ki Dalang selalu membawa pesan moral kepada para audiensnya.

"Dari awal pagelaran ini tidak ngambil cerita mahabrata ramayana, jadi wayang bambu ini saya ceritanya sehari-hari aja, seperti dampak seks bebas, tawuran, narkoba, ataupun adab kepada orang tua, itulah yang memprihatinkan," ungkapnya.

Tokoh yang ada di wayang bambu pun tidak mengambil dari tokoh pewayangan pada umumnya.

"Ataupun tokoh yang ada diwayang bambu ini saya punya cerita sendiri, ataupun tokoh, saya bisa membuat tokoh baru untuk wayang bambu saya, jadi wayang bambu itu global, bebas berekspresi, intinya gimana caranya kita meneruskan seni budaya ini," kata Ki Dalang.

Terakhir, Ki Dalang Mengatakan, wayang bambu ini milik masyarakat Bogor Raya.

Walaupun ditemukannya di Cijahe, Kelurahan Curugmekar, Kecamatan Bogor barat, Kota Bogor.

" Wayang bambu ini bukan milik Kota Bogor, bukan juga Kabupaten Bogor, tapi milik kita semua, milik Bogor Raya," tandasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved