Literasi Digital Mulai Dilakukan, Masyarakat Tak Bisa Lagi Sekedar Membaca, Tapi Harus Mencipta

Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) yang digagas Presiden Jokowi pada 14 Mei 2022, merupakan ajakan untuk menggunakan karya dalam negeri.

Editor: Yudistira Wanne
Istimewa/Dok.Perpusnas RI
Memasuki usia 42 tahun, Perpusnas mengusung tagline Transformasi Perpustakaan untuk Mewujudkan Ekosistem Digital Nasional.  

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) yang digagas Presiden Jokowi pada 14 Mei 2022, merupakan ajakan untuk menggunakan karya dalam negeri.

UMKM merupakan tulang punggung ekonomi bangsa.

Perdagangan via online dipilih para pelaku UMKM semenjak pandemi terjadi.

Meski begitu, pelaku UMKM tetap dituntut menumbuh-kembangkan berbagai ide/gagasan hingga inovasi baru sebagai solusi di tengah persoalan akibat pandemi (social entrepreneurship).

Gerakan literasi digital yang digalang Perpustakaan Nasional akhir-akhir ini diharapkan bisa menembus segala lapisan masyarakat agar bisa terliterasi tanpa ada lagi hambatan yang berarti.

Yah, penguatan literasi harus diyakini dapat menjadi daya ungkit pemulihan ekonomi di tengah kondisi pandemi.

“Bahan bacaan saat ini sudah harus menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat kekinian. Artinya, merujuk kepada apa yang bisa mereka lakukan untuk bisa terus produkti,” jelas Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando, (25/5/2022).

Transformasi digital menjadi tagline utama tahun ini mengarahkan kepada upaya Perpusnas untuk menyediakan konten-konten yang bisa diakses secara mudah dari mana saja dan kapan saja dan memudahkan siapa saja untuk mendapatkan ruang pembelajaran baru, memfasilitasi para konten kreator, dan mengumpulkan berbagai konten legal dari seluruh kementerian/lembaga yang bisa diakses masyarakat.

Perpustakaan sebagai sumber informasi bisa memiliki sebanyak mungkin data dan informasi yang bisa di-share secara legal kepada masyarakat.

"Saat ini perpustakaan harus bisa memberikan tutorial untuk memberikan ruang dan kesempatan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam menciptakan lapangan kerja, terutama bagi mereka yang terdampak pandemi," tambah Syarif Bando.

Syarif Bando melanjutkan bahwa literasi digital yang digalang Perpusnas ini adalah kebutuhan yang urgent. Urgensinya bukan hanya sebagai pusat data dan informasi, namun juga bergerak maju mencapai lima tingkatan literasi.

Selain kemampuan baca, tulis dan hitung, gerakan literasi juga harus menyediakan akses terhadap bahan bacaan yang semakin luas.

Lanjutnya, literasi juga harus mencapai tahapan memahami semua yang tersirat dan tersurat, lalu bisa melakukan inovasi pada produk yang sudah ada, lalu tiba pada level puncak yaitu literasi mampu membawa masyarakat sampai pada tingkatan bisa menciptakan barang dan jasa secara mandiri.

"Literasi digital ini sangat penting, karena di negara-negara maju, mereka sudah tidak lagi bicara kegemaran membaca dan akses kepada buku. Mereka sudah menciptakan teknologi baru yang mendunia," ungkapnya.

Menemani Kepala Perpusnas, hadir pula Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda, yang selama ini concern keberpihakan dan perhatian yang tinggi dalam gerakan literasi dan budaya baca Indonesia.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved