Mengenal Situs Punden Berundak Gunung Batu Bogor, Peziarah, Macan, dan Kuda Jadi Mitos yang Dijaga

tidak seperti peninggalan Pra Sejarah punden berundak lainnya, situs Punden Berundak Gunung Batu ini jika melihat lokasinya memang sedikit berbeda.

Penulis: Rahmat Hidayat | Editor: Damanhuri
TribunnewsBogor.com/Rahmat Hidayat
Situs Pundem Berundak Gunung Batu Bogor 

Mereka membaca doa, membaca qur'an, dan mengharapkan berkah dari apa yang mereka panjatkan.

Sebab, kata Cicih, jika berdoa di situs ini, doa yang dipanjatkan akan mudah sampai karena letak dari situs ini yang tinggi.

"Biasanya Ziarah nya itu di sini (menunjuk ke arah batu) sama di sana (arah makam). Ngaji biasa dan baca quran aja. Kerja supaya bagus, sekolah biar lancar. Begitu aja doanya. Ibu tahu karena mereka (penziarah) suka izin dulu," tambah Cicih.

Bahkan, beberapa tahun ke belakang, Cicih menceritakan, bahwa situs ini pernah dikunjungi oleh peziarah asal Banten.

Peziarah itu, kata Cicih, berjalan kaki berhari-hari untuk berziarah.

"Iya pernah ada dari Banten dulu. Dia jalan kaki untuk tahu tempat ini," kata Cicih.

Cicih pun membeberkan bahwa alasan situs ini masih banyak dikunjungi oleh para peziarah.

Salah satunya, konon di situs ini ada peninggalan-peninggalan Prabu Surya Kencana.

"Kalau kata suami saya sebelum meninggal diceritain di sini memang patilasannya Suryakencana. Terus kata peziarah pun mereka meyakini memang di sini (punden berundak) salah satu petilasan Eyang Surya Kencana," beber Cicih.

"Bahkan, peziarah yang asal Banten yang jalan kaki, dia tahu bahwa diaini ada peninggalan tiga buah keris. Dia pun sempet coba ambil, tapi, gagal dan akhirnya dia gemeteran terus tangannya," imbuh Cicih.

Bahkan, diyakini oleh Cicih, yang berziarah di Situs Punden ini tidak hanya makhluk yang kasat mata, tetapi banyak makhluk tak kasat mata pun berziarah dalam waktu tertentu.

"Kalau malam tertentu disini suka rame. Kayal orang rapat. Tapi, gaada orangnya. Biasanya malam Jumat sama malam Senin. Sama kaya yang ziarah juga. Terus setelah rame-rame itu, ada macan, kuda. Orangnya bersorban, dan jenggotnya panjang. Itu saya lihat betul-betul," ungkap Cicih.

Kalau ada yang tak kasat mata itu, kenang Cicih, dirinya selalu diberi tanda dengan adanya keberadaan mereka.

"Bukan denger lagi lihat kalau saya. Melihatnya sendiri. Mungkin yang menjaga situs kali ya. Tapi, setiap kalau ketahuan langsung gaada tuh," tambahnya.

Mitos ziarah itu pun hingga saat ini dilestarikan dan dijaga oleh Cicih selama hampir 28 tahun.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved