Info Otomotif

Mengenal Ban Suntikan, Ban Bekas Disulap Jadi Seperti Baru di Sasak Panjang Bogor

Di sepanjang jalan di Sasak Panjang, banyak sekali tempat pembatikan untuk ban suntikan, jika dihitung mungkin lebih dari 10 tempat.

Penulis: Muamarrudin Irfani | Editor: Damanhuri
TribunnewsBogor.com/Muamarrudin Irfani
Eman (35) sedang melakukan pembatikan untuk ban suntikan di Sasak Panjang, Kecamatan Tajurhalang, Kabupaten Bogor (11/7/2022) 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Muamarrudin Irfani

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, TAJURHALANG - Di Kampung Sasak Panjang, Desa Sasak Panjang, Kecamatan Tajurhalang, Kabupaten Bogor, terdapat tempat pembuatan sekaligus ban suntikkan.

Bagi yang masih asing dengan jenis ban satu ini, jadi ban suntikan adalah ban bekas pemakaian yang diukir kembali motif alur yang disebut bunga pada ban kendaraan roda dua sehingga menyerupai ban baru.

Untuk proses pembuatan alur ini, bisa disebut juga pembatikan.

Di sepanjang jalan di Sasak Panjang, banyak sekali tempat pembatikan untuk ban suntikan, jika dihitung mungkin lebih dari 10 tempat.

Salah satu kios yang TribunnewsBogor.com sambangi adalah tempat Eman (35), ia mengaku sudah 10 tahun mengerjakan pembatikan untuk ban suntikan.

Jika melihat langsung prosesnya, memang terlihat sangat mudah, namun kata Eman, saat pengerjaannya tak semudah yang dilihat.

"Waktu awal itu kesulitan cara ngebatiknya, karena saya engga tau corak ban, karena udah polos banget, kita harus tau posisi coraknya dimana, karena engga ada gambar sama sekali," ujarnya kepada TribunnewsBogor.com, Senin (11/7/2022).

Selain itu, lanjut eman, kesulitan lain yang dihadapi adalah ketika membuat pisau khusus yang digunakan untuk mengukir alur ban.

Pasalnya, pisau tersebut merupakan modifikasi dari silet yang dibengkokkan kemudian diberi gagang kayu.

Untuk siletnya pun harus di patahkan menjadi dua bagian, setelah terbagi, gerigi pada silet harus dibuang atau di patahkan, setelah itu silet harus dibakar terlebih dulu agar bisa melengkung, karena jika tidak dibakar, silet akan patah ketika dibengkokkan.

"Waktu masih awal-awal, untuk bikin pisonya juga kesulitan, pas matahin silet pasti kena, jadi berdarah disini (jempol) kesulitannya disitu," jelas Eman.

Setelah 10 tahun menekuni dunia pembatikan ban suntikan, kini Eman mengatakan tidak ada lagi kesulitan yang dihadapinya.

Bahkan, dirinya sekarang bisa membuat alur ban secara custom.

Saat ini, dalam sehari, Eman mengaku bisa membuat ban suntikan hingga 80 pcs ban.

Setelah ban-ban tersebut di buat motif, kemudian ban di cuci lalu dikeringkan.

Setelah itu, sisa-sisa dari ukiran ban dikumpulkan dan di bakar, hasil pembakaran yang berupa abu dikumpulkan kemudian dimasukkan kedalam air dicampur dengan deterjen agar warna hitam yang dihasilkan menepel pada ban, sehingga membuat ban menjadi seperti baru.

Adapun bahan-bahan ban bekas yang ia dapatkan dengan jumlah banyak, kata Eman, didapatkan dari Jakarta.

"Bahan dari Jakarta dari toko-toko, itu kadang kalau di toko itu itungannya sampah, nah kita sortir lagi istilahnya kita cak, yang masih bisa suntik, kita ambil," jelasnya.

Untuk ketahanan dari ban suntikan ini, kata Eman bisa bertahan hingga tiga bulan.

"Tergantung pemakaian sih ya, kalau buat pakai sehari-hari kaya ojol itu bisa sampe tiga bulan, tapi kalau jarang di pakai mah awet," ucapnya 

Hasil olahan ban suntikkannya pun di jual untuk kelas pedagang, mulai dari Rp 15 ribu hingga 50 ribu.

Sedangkan untuk harga eceran yaitu Rp 50 ribu hingga 150 ribu berikut pemasangan.

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved