Cerita Kakek Sopir Angkot di Cisarua Bogor, Setoran Sering Kurang, Tertolong Anak Sekolah
Curhatan sopir angkutan umum di Cisarua, Kabupaten Bogor. Narik angkot setorannya kurang.
Penulis: Siti Fauziah Alpitasari | Editor: Yudistira Wanne
Laporan Wartawan Tribunnewsbogor.com, Siti Fauziah Alpitasari
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CISARUA - Berwisata naik angkutan umum (angkot) menuju kawasan Puncak Bogor bakal menghadirkan cerita tersendiri.
Saat menyusuri setiap jalan yang berliku, sopir angkot biasanya akan berbagi cerita pengalaman hidupnya.
Ya, salah satunya, Ari (68).
Pria paruh baya tersebut masih semangat dalam menjalani sebagai sopir angkot Cisarua.
Meski umurnya tak lagi muda, namun semangat dan rasa syukurnya membuat ia bertahan hingga saat ini.
“Saya bersyukur apapun yang di kasih sama Allah SWT, berarti memang rezekinya,” tutur Ari kepada TribunnewsBogor.com, Senin (24/7/2022).
Tak ada rasa iri maupun dengki terhadap para driver online yang saat ini menjadi kendala para supir umum biasanya.
Ari bahkan selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan.
“Itu kan masing-masing, rezeki kita segini berarti harus bersyukur. Saya yakin rezeki setiap orang ada dan tidak akan tertukar,” ucap Ari.
Ari pun tetap harus melanjutkan profesinya sebagai sopir angkot demi tanggung jawabnya sebagai seorang suami.
“Saya gak mau nyusahin anak, udah pada nikah tinggal berdua sama istri sekarang. Apapun kerjaannya yang penting halal alhamdulillah,” katanya.
Kisah sedih sopir angkot
Selain itu, sopir angkot Cisarua Atep menjelaskan meskipun animo pengunjung kawasan Puncak Bogor selalu ramai hingga membuat macet.
Namun, hal tersebut tak membuat angkot yang dikendarainya itu ramai.
“Sepi sekarang beda sama zaman dulu, apalagi kalau anak sekolah gak masuk makin sepi. Ini ketolong sama anak-anak sekolah sebenarnya,” bebernya.
Berbeda dengan Ari, Atep menuturkan dengan adanya driver online, masyarakat maupun pengunjung lebih memilih menaiki kendaraan online dibandingkan naik angkot.
“Apalagi semenjak ada online, udah pada kabur. Mungkin karena kita kan gak bisa masuk ke tempat yang mereka tuju kali ya,” terangnya.
Atep pun mengaku setiap harinya saat ia menarik angkot, ia harus menyetor kepada pemilik angkot Rp 100 ribu.
“Tiap hari setor Rp 100 ribu, cuman kadang kalau lagi sepi banget dibawah itu bos juga ngertiin,” tandas Atep.
Dengan harapan Atep, ia ingin penumpang kembali seperti semula dan pendapatan pun kembali normal.(*)