IPB University

Pakar IPB University Sebut Tahun 2029 Banyak Orang Dewasa Obesitas: Jangan Jadi Bangsa Gemuk!

Pakar IPB University, Prof Hadi mengungkap penyebab obesitas terdiri dari dua faktor utama, yaitu faktor biologi dan faktor lingkungan.

Editor: Tsaniyah Faidah
Dokumentasi Humas IPB University
Pakar IPB University, Prof Hadi Riyadi menduga pada tahun 2029 satu dari dua orang dewasa mengalami obesitas. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Masalah obesitas pada orang dewasa di Indonesia cukup tinggi. Selama sekitar satu dekade terakhir (2007-2018) prevalensi overweight, obesitas dan obesitas sentral meningkat cukup pesat.

Dengan asumsi kenaikan prevalensi masih seperti saat ini, maka diduga pada tahun 2029 satu dari dua orang dewasa mengalami obesitas.

Kalau tidak ada upaya perbaikan yang signifikan maka pada tahun 2029 akan terjadi krisis obesitas, dan Indonesia akan menjadi “bangsa gemuk”.

Hal ini disampaikan Prof Hadi Riyadi, Guru Besar Tetap Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University dalam Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar yang digelar secara daring, (11/8).

Dalam paparannya, Prof Hadi menjelaskan bahwa penyebab obesitas terdiri dari dua faktor utama, yaitu faktor biologi dan faktor lingkungan. Faktor biologi terdiri dari genetik, mikrobiota saluran cerna, hormon, umur dan jenis kelamin.

“Obesitas pada bayi dan anak dapat terjadi karena obesitas maternal (maternal obesity) dan obesitas paternal (paternal obesity). Ibu yang mengalami overweight/obesitas ketika hamil atau pertambahan berat badannya tinggi memiliki peluang bayi dan anaknya juga akan overweight dan obesitas. Tidak hanya karena faktor ibu, obesitas pada anak juga terjadi karena obesitas pada ayahnya atau obesitas paternal (paternal obesity),” jelasnya.

Sementara itu, imbuhnya, untuk faktor lingkungan obesogenik (misalnya, diet tinggi kalori, gaya hidup sedentary) pada ayah dapat mengganggu kualitas sperma ayah.

Seperti meningkatnya kerusakan DNA oksidatif sperma, meningkatnya modifikasi epigenetik sperma, dan berkurangnya kapasitas pembuahan.

“Hal ini akan berdampak negatif pada perkembangan embrio dan janin, sehingga generasi masa depan akan mengalami obesitas serta komplikasi metabolik dan reproduksi,” imbuhnya.

Selain itu, Prof Hadi mengatakan bahwa pada tubuh manusia terdapat lebih dari 100 triliun mikroorganisme. Penelitian menunjukkan mikroba saluran cerna memainkan peran penting dalam pengaturan keseimbangan energi dan berat badan.

Mikrobiota juga dapat memengaruhi perkembangan obesitas dan diabetes tipe 2.

“Faktor hormon juga berpengaruh terhadap obesitas. Ada dua hormon yang mengatur berat badan atau obesitas, yaitu hormon leptin dan ghrelin. Hormon leptin berperan dalam merangsang nafsu makan, sehingga akan merangsang penurunan berat badan dan obesitas. Sedangkan hormon ghrelin akan meningkatkan nafsu makan seseorang, sehingga akan meningkatkan asupan energi dan mempromosikan kenaikan berat badan dan obesitas,” jelasnya.

Ia menambahkan, faktor umur dan jenis kelamin juga mempengaruhi obesitas. Semakin tinggi usia maka prevalensi obesitas juga semakin tinggi. Wanita lebih banyak yang mengalami obesitas.

"Penelitian kami di Bogor menunjukkan selama dua tahun pengamatan sekitar 69 persen wanita menjadi obesitas dari yang sebelumnya tidak obes,” tuturnya.

Menurutnya, faktor yang dapat dimodifikasi untuk memperbaiki obesitas adalah aktivitas fisik dan perilaku makan. Peningkatan aktivitas fisik dapat meningkatkan pengeluaran energi tubuh dan berdampak pada tubuh yang lebih bugar.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved