Kritik Langkah Pemerintah, Naikkan Harga BBM Dinilai Akan Mendorong Kenaikan biaya-biaya Lain

Di mata para pengamat, kenaikan harga BBM dampak negatifnya jauh lebih banyak, ketimbang dampak positif.

Editor: Vivi Febrianti
TribunnewsBogor.com/Reynaldi
BBM bersubsidi resmi naik pada hari ini, mesin EDC untuk pengisian Pertalite mengalami error, hingga persyaratan pembelian BBM menggunakan aplikasi MyPertamina, Cibinong, Kabupaten Bogor, Sabtu (3/9/2022) 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Pengamat ekonomi dan energi bereaksi atas kebijakan Presiden Jokowi yang sangat berani, yakni menaikkan harga BBM bersubsidi.

Di mata para pengamat, kenaikan harga BBM dampak negatifnya jauh lebih banyak, ketimbang dampak positif.

Seperti yang diungkapkan Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan harga di berbagai sektor.

Tidak hanya memicu kenaikan biaya transportasi, kenaikan BBM juga akan membuat harga bahan-bahan logistik meningkat.

"Dampaknya adalah pengeluaran bahan bakar masyarakat akan meningkat," ujarnya, Sabtu (3/9/2022).

"Secara langsung, biaya transportasi, logistik (juga) akan meningkat dan (tentunya) akan mendorong kenaikan biaya-biaya lainnya," imbuh Fabby.

Picu Inflasi

Pengamat ekonomi dari Universitas Gajah Mada, Fahmy Radhi, mengatakan kenaikan harga BBM pasti memicu inflasi.

Bahkan akan menggerus daya beli masyarakat, meski pemerintah memberikan BLT.

Baca juga: Catat Harga Terbaru BBM Pertamina di Seluruh Wilayah Indonesia, Pertalite dan Pertamax Naik !

Menurutnya, opsi kenaikan harga BBM subsidi bukanlah pilihan yang tepat saat ini.

"Opsi kenaikan harga BBM subsidi bukanlah pilihan yang tepat saat ini," tegasnya.

"Alasannya, kenaikkan harga Pertalite dan Solar yang proporsi jumlah konsumen di atas 70 persen sudah pasti akan menyulut inflasi," ungkap Fahmy.

Jika harga Pertalite naik mencapai Rp 10.000 per liter, kontribusi terhadap inflasi diperkirakan mencapai 0,97 persen.

"Sehingga inflasi tahun berjalan bisa mencapai 6,2 persen secara tahunan," sambung Fahmy.

Menurut Fahmy, APBN memang terbebani subsidi energi yang sudah mencapai Rp 502,4 triliun.

Bahkan subsidi energi bisa mencapai di atas Rp 600 triliun, jika kuota Pertalite yang ditetapkan sebanyak 23.000 kiloliter akhirnya jebol.

Selain akan berdampak terhadap inflasi, kenaikan harga BBM subsidi juga dinilai akan menurunkan daya beli masyarakat.

Apabila daya beli masyarakat, maka pertumbuhan ekonomi yang sudah mencapai 5,4 persen pada kuartal II-2022 akan turun.

Baca juga: Sesaat Setelah Harga BBM Naik Serentak, SPBU di Kota Bogor Tutup Karena Alat EDC-nya Eror

Hal ini karena konsumsi masyarakat adalah komponen terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Kenaikan Harga BBM

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif mengumumkan harga terbaru Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia.

Pengumuman ini disampaikan dalam rapat bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) beserta jajaran menterinya, Sabtu hari ini.

Penyesuaian harga BBM ini akan berlaku satu jam setelah pengumuman ini disampaikan, yakni berlaku pukul 14.30 WIB.

Adapun penetapan harga BBM tersebut di antaranya yakni:

"Tanggal 3 September Tahun 2022 pukul 13.30 WIB, pemerintah memutuskan untuk menyesuaikan harga BBM subsidi."

"Ini berlaku satu jam sejak saat diumumkannya penyesuaian harga ini jadi akan berlaku pada pukul 14.30 WIB," kata Arifin dikutip dari tayangan Kompas Tv, Sabtu (3/9/2022).

Berikut beberapa harga BBM di Indonesia yang mengalami penyesuaian seperti arahan Jokowi:

- Pertalite dari Rp 7.650 rupiah per liter menjadi Rp 10.000 per liter

- Solar Subsidi dari 5.150 rupiah per liter menjadi Rp 6.800 per liter

- Pertamax Non Subsidi dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter

Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Pengamat Menilai Pemerintah Terlalu Berani Menaikkan Harga BBM, tidak Memikirkan Dampak

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved