Insiden Arema vs Persebaya

‘Anakku Mati Semua' Jerit Ayah Korban Tragedi Stadion Kanjuruhan Tak Rela Anak Ditembak Gas Air Mata

Akibat tragedi kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, ratusan korban jiwa meninggal. Hingga keluarga korban histeris saat melihat anak terbujur kaku.

Penulis: Siti Fauziah Alpitasari | Editor: Tsaniyah Faidah
Kolase berbagai sumber
Kericuhan ribuan suporter Arema FC di Stadion Kanjuruhan Malang pada Sabtu (1/10/2022). Berimbas ratusan nyawa melayang, hingga jeritan suara Keluarga korban yang melihat anaknya suado terbujur kaku. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Tragedi kericuhan suporter Aremania di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur pada Sabtu (2/10/2022) malam kemarin menelan ratusan korban jiwa.

Tragedi Kanjuruhan memukul ratusan keluarga korban kericuhan Kanjuruhan.

Dilansir TribunnewsBogor.com dari Kompas.com pada Minggu (2/10/2022), hal itu pun dirasakan dari keluarga Syifa.

Siapa yang rela melihat sosok anak yang selama ini dicintai hingga dikasihi mendadak tewas begitu saja.

Syifa merupakan salah satu dari ratusan jiwa korban yang harus kembali ke sang pencipta.

Jeritan histeris sang ibunda terdengar saat dirinya menemukan putri kesayangannya sudah terbujur kaku di RS Wafa Husada Malang.

Baca juga: Kisah Pilu Pasutri Korban Kerusuhan Arema, Rencana Rayakan Ulang Tahun Anak Malah Berujung Maut

"Anakku Syifa, anakku, Pak Jokowi, bubarkan sepak bola. Sudah tidak sudah sepak bola, bubarkan! banyak korban," teriak ibu korban sambil menjerit-jerit.

Melihat insiden itu, Ayah kandung Syifa tampak menenangkan istrinya yang syok berat.

Bahkan, Ayah Syia juga memeluk erat sang istri yang tak bisa menahan emosi hingga meronta-ronta.

Masih di lokasi yang sama, seorang pria juga berterik histeris lantaran mengingat sang anak, Geby ikut turut menjadi korban tewas kericuhan Kanjuruhan.

"Anakku mati, anakku entek!,” teriaknya.

“Anakku loro entek kabeh. (Anakku dua habis semua)," jeritnya.

Bahkan, pria paruh baya itu juga mengungkap ke tidak relaannya sang anak yang di tembaki gas air mata hingga harus meregang nyawa.

"Aku tidak rela, tak goleki (aku cari) sing (yang) nembak. Kudu digoleki (harus dicari)," ungkapnya seolah menyalahkan aparat.

Sementara sampai saat ini, keluarga korban terus berdatangan ke rumah sakit untuk mengidentifikasi sanak saudaranya.

Kronologi

Diberitakan sebelumnya, Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta membeberkan kronologi Tragedi Stadion Kanjuruhan selepas laga  Arema FC vs Persebaya Surabaya yang menelan ratusan korban jiwa, Sabtu (1/10/2022) malam.

Baca juga: Cerita Mencekam Tragedi Kanjuruhan Malang, Terdengar Jeritan Wanita hingga Anak-anak yang Terkapar

Irjen Nico Afianta menjelaskan, biang kericuhan diduga dipicu rasa kekecewaan sejumlah suporter Aremania terhadap hasil kekalahan Arema FC melawan Persebaya dengan skor 2-3.

"Selama pertandingan tidak ada masalah. Masalah terjadi ketika usai pertandingan," kata Irjen Nico Afinta dikutip Surya Malang.com.

"Penonton kecewa melihat tim Arema FC kalah." sambungnya.

"Apalagi ini sebelumnya Arema FC tidak pernah kalah di kandang sendiri melawan Persebaya dalam beberapa tahun terakhir," ujar Irjen Nico Afianta saat gelar rilis di Polres Malang, Minggu (2/3/2022) dini hari.

Irjen Nico Afianta menambahkan, motif para suporter Arema FC turun ke lapangan juga dengan maksud berusaha mencari pemain dan official Arema FC.

"Mereka bermaksud menanyakan ke pemain dan official kenapa sampai kalah (melawan Persebaya)," tuturnya.

Tak ingin kejadian kericuhan menjadi runyam, Irjen Nico Afianta menerangkan jika petugas pengamanan kemudian melakukan upaya-upaya pencegahan dan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke lapangan. Salah satunya dengan menembakkan gas air mata.

"Upaya-upaya pencegahan dilakukan hingga akhirnya dilakukan pelepasan gas air mata," terangnya.

Kericuhan suporter Aremania pasca Arema FC cala tela dari Persebaya dengan skor 2-3 pada Sabtu (1/10/2022) malam. Imbas kerusuhan ratusan korban jiwa luka-luka hingga meninggal dunia. Luka rata-rata dialami korban di Bagian Kepala hingga alami trauma.
Kericuhan suporter Aremania pasca Arema FC cala tela dari Persebaya dengan skor 2-3 pada Sabtu (1/10/2022) malam. Imbas kerusuhan ratusan korban jiwa luka-luka hingga meninggal dunia. Luka rata-rata dialami korban di Bagian Kepala hingga alami trauma. (Kolase Kompas TV)

"Karena sudah tragis dan sudah mulai menyerang petugas dan merusak mobil," papar Nico.

Penumpukan suporter kemudian memicu berdesakan hingga membuat tragedi maut tersebut terjadi.

Baca juga: Soroti Animo Penonton Arema FC vs Persebaya, Mahfud MD Ungkap Ada Usul yang Diabaikan Panitia

"Suporter keluar di satu titik. Kalau gak salah di pintu 10 atau pintu 12. Di saat proses penumpukan itu terjadi berdesakan sesak napas dan kekurangan oksigen," jelasnya.

"Tim gabungan sudah melakukan upaya penolongan dan evakuasi ke rumah sakit," lanjutnya.

Peristiwa berdesakannya para suporter ditambah dengan adanya gas air mata harus dibayar mahal.

Insiden tersebut membuat 127 nyawa melayang. Dua korban tewas di antaranya anggota Polri.

"Dalam peristiwa tersebut 127 orang meninggal dunia. Dua di antaranya anggota Polri. Yang meninggal di stadion ada 34 sisanya di rumah sakit saat upaya proses penolongan. Selain itu, 180 orang masih dalam proses perawatan dilakukan upaya penyembuhan," ungkap Nico.

Korban Bertambah

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menyampaikan, jumlah korban jiwa akibat tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, bertambah menjadi 129 orang.

Hal itu disampaikan Khofifah saat berkunjung ke markas Polres Malang untuk menangani kerusuhan itu.

Menurut Khofifah, dari 129 korban jiwa itu, dua di antaranya adalah anggota polisi, yakni anggota Polres Tulungagung dan Polres Trenggalek yang diperbantukan dalam pengamanan pertandingan Liga 1 antara Arema FC dan Persebaya.

"Semua jenazah korban saat ini dievakuasi di beberapa rumah sakit di Kepanjen dan Kota Malang," kata Khofifah dikutip Kompas.com.

Ribuan suporter Aremania ricuh di Stadion Kanjuruhan, buntut kekalahan Arema FC atas Persebaya Surabaya 2-3, Sabtu (1/10/2022) malam.
Ribuan suporter Aremania ricuh di Stadion Kanjuruhan, buntut kekalahan Arema FC atas Persebaya Surabaya 2-3, Sabtu (1/10/2022) malam. ((SURYAMALANG.COM/Purwanto))

Sementara itu, dari 129 korban jiwa itu, 18 belas di antaranya belum diketahui identitasnya.

Mereka telah dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah Saiful Anwar (RSSA) Malang. Sebab, untuk korban jiwa yang belum diketahui identitasnya dikumpulkan di RSSA.

Luka Cidera Bervariasi

Menurut Direktur RS Syaiful Anwar  Malang, Kohar Hari Santoso kondisi luka para korban kericuhan suporter bervariasi.

Mulai dari luka ringan akibat terkena tembakan gas air mata, luka patah tulang hingga cidera di kepala.

“Saya kira detailnya tidak usah di sampaikan, tapi ada trauma di kepala,” kata Kohar Hari Santoso dilansir TribunnewsBogor.com dari kompas TV pada Minggu (2/10/2022).

“Rata-rata cidera di kepala karena ke jepit ya, jadi adanya trauma di kepala dan di dada,” sambungnya.

Dirinya juga mengatakan dalam penanganan jenazah sebagian masih dilakukan identifikasi.

“Sebagian dari jenazah udah tapi disini kami masih identifikasi karena masih ada yang tidak teridentifikasi,” bebernya.

Kohar Hari Santoso juga menyebut, dirinya belum bisa memastikan apakah ada tindak penganiayaan kepada para korban luka-luka.

Baca juga: Perban Putih Jadi Saksi Amukan Suporter Arema FC, Wanita Berbaju Hitam Memelas hingga Alami Trauma

Pasalnya, Direktur RS Syaiful Anwar Malang itu baru menduga para korban mengalami lebam akibat desak-desakan.

“Tampaknya yang paling banyak adalah desak-desakan karena yang banyak adalah luka memar tapi cukup berat,” jelasnya.

Tak hanya itu Kohar Hari Santoso juga mengungkap bahwa pihaknya akan menyiapkan cadangan penanganan serta tim medis untuk para korban.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved