Korban Robot Trading Minta Aset Atta Halilintar dan Taqy Malik Ditelusuri Terkait Kasus TPPU
Atta Halilintar terseret kasus dugaan pencucian uang robot trading. Para korban yang jumlahnya ratusan meminta agar aset Atta dan Taqy Malik diusut
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Para korban robot trading mengurai permintaannya kepada PPATK terhadap terduga pelaku penipuan.
Korban robot trading Net89 yang jumlahnya ratusan orang meminta adanya tracing aset terhadap sejumlah publik figur terkait dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU).
Satu di antaranya adalah permintaan agar PPATK men-tracing aset milik Atta Halilintar.
Pengacara 230 korban robot trading Net89, Zainul Arifin menyatakan pihaknya telah mendatangi Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) untuk membuat laporan dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU) oleh Net89.
“Adapun laporan kami tersebut terkait dengan penelusuran (tracing) dugaan aliran dana yang tidak wajar, dan penyelusuran aset-aset para pelaku Net89 yang telah kami laporkan ke Mabes Polri pada tanggal 26 Oktober 2022,” kata Zainul kepada wartawan, Selasa (1/11/2022).
Zainul menuturkan terdapat lima publik figur yang diduga menerima aliran dana dari Net89.
Rinciannya, Atta Halilintar menerima Rp 2,2 miliar, Taqy Malik Rp 700 juta, Mario Teguh, Kevin Aprilio dan Ardi Prakasa.
Selain publik figur, Zainul juga meminta PPATK melakukan tracing aset terhadap para petinggi robot trading Net89.
Mereka juga telah melampirkan daftar nama pejabat yang diduga terlibat di kasus tersebut ke PPATK.
“Yang terdiri dari para Owner dan Manajeman PT. SMI, PT. CAD, PT. IDE, dan juga Founder, Co Founder, Excahngers, Sub-Exchangers, dan Leader NET88,” jelas Zainul.
Ia menuturkan bahwa dugaan tindak pidana itu terjadi antara 2019 sampai dengan Januari 2022.
Menurutnya, terlapor dengan sengaja menawarkan sebuah sistem produk keuangan investasi dan/atau perdagangan berbasis elektronik.
Baca juga: Dilaporkan ke Bareskrim Gegara Kasus Robot Trading, Atta Halilintar Bantah Pernah Ikut: Nggak Ngerti
“Dengan menjanjikan akan mendapatkan sebuah keuntungan/profit yang konsisten seolah-olah benar baik secara langsung maupun melalui media elektronik, sehingga Para Pelapor tertarik untuk bergabung berinvestasi di Net89,” ujar dia.
Dalam kasus ini, terlapor merupakan member Net89 yang terdiri dari enam kelompok tim yang dibentuk oleh terlapor.