Temuan Mayat Satu Keluarga

Soroti Gelagat Dian Sisiri Rambut hingga Kasih Susu ke Mayat Ibunda, Ahli Singgung Gejala Sakit Jiwa

Gelagat Dian yang masih menganggap seolah-olah sang ibu masih hidup disorot pakar kriminologi Adrianus Meliala.

Penulis: khairunnisa | Editor: Vivi Febrianti
KOMPAS.COM/ZINTAN PRIHATINI
Polisi dan tim gabungan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di kawasan Kalideres, Jakarta Barat pada Rabu (16/11/2022). Gelagat Dian, salah satu keluarga yang tewas sebelum meninggal dunia dicurigai kriminolog 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Deretan fakta terbaru kasus kematian satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat yang diungkap polisi mengejutkan.

Berdasarkan penyelidikan penyidik, salah satu anggota keluarga yang ditemukan tewas yakni Renny Margaretha (69) ternyata sudah meninggal dunia sejak Mei 2022.

Artinya tiga anggota keluarga lainnya yakni Rudyanto Gunawan (70), anaknya yakni Dian (42), dan adik Rudy yakni Budiyanto (69) selama berbulan-bulan hidup bersama mayat Margaretha.

Belakangan, Rudyanto, Dian, dan Budiyanto juga ditemukan tewas di rumah yang berlokasi di Perumahan Citra Garden tersebut pada 10 November 2022.

Tak cuma soal waktu kematian Margaretha yang terkuak, polisi juga mengungkap gelagat Dian, anak Rudy dan Margaretha.

Ditreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Hariyadi mengungkap bahwa Dian sempat memperlakukan jenazah ibunya bak masih hidup.

Hal tersebut diketahui saat pegawai koperasi simpan pinjam datang ke rumah Rudyanto pada bulan Mei.

Saat itu, sang pegawai koperasi datang ke rumah tersebut untuk mensurvei rumah karena salah satu penghuni, yakni Budiyanto hendak menggadaikan sertifikat tempat tinggal tersebut.

Sesampainya di lokasi tersebut, pegawai koperasi simpan pinjam dan pihak mediator mencium bau tidak sedap dan mencurigakan.

Tak lantas curiga, pegawai koperasi meminta kepada Budiyanto untuk dipertemukan kepada Margaretha karena sertifikat tersebut tercatat atas nama Margaretha.

"Begitu pintu kamar dibuka pegawai ini masuk, menyeruak bau yang lebih busuk lagi," ujar Hengki Hariyadi dalam konferensi pers pada Senin (21/11/2022) yang dilansir TribunnewsBogor.com dari Kompas.com.

Baca juga: Penyebab Rumah Satu Keluarga Tewas di Kalideres Kosong Terungkap, Barang-barang Dijual Bukan Dicuri

Masuk ke dalam kamar yang direkomendasikan, sang pegawai koperasi bertemu Dian dan langsung minta dipertemukan dengan Margaretha.

Kala itu Dian berdalih ibunya sedang tidur sehingga lampu kamarnya tidak dinyalakan.

"Ibunya lagi tidur tapi jangan hidupkan lampu, karena ibu saya sensitif terhadap cahayanya. Kata anak atas nama Dian yang juga meninggal di TKP," ujar Hengki seraya menirukan ucapan pegawai koperasi.

Penasaran, sang pegawai pun mencoba membangunkan Margaretha.

Saat disentuh-sentuh, Margaretha bergeming.

Pegawai koperasi itu pun diam-diam menyalakan flash dari ponselnya dan melihat Margaretha sudah pucat serupa mayat.

Tak menunggu waktu lama, pegawai itu langsung keluar rumah.

"Begitu dilihat langsung teriak takbir Allahuakbar, ini sudah mayat. Itu tanggal 13 Mei 2022," kata Hengki.

Sebelum bergegas pergi, pegawai koperasi sempat mendengar cerita dari Dian bahwa Margaretha masih hidup.

Bahkan diakui Dian, ia masih meminumkan ibunya susu dan menyisiri rambut Margaretha yang mulai rontok.

Budiyanto Gunawan, salah satu korban tewas satu keluarga di Kalideres melakukan sedikitnya tiga hal aneh sebelum akhirnya ditemukan meninggal di rumah
Budiyanto Gunawan, salah satu korban tewas satu keluarga di Kalideres melakukan sedikitnya tiga hal aneh sebelum akhirnya ditemukan meninggal di rumah (Kolase Kompas.com)

Analisa Pakar Kriminologi

Gelagat Dian yang masih menganggap seolah-olah sang ibu hidup disorot pakar kriminologi Adrianus Meliala.

Kriminolog dari Universitas Indonesia itu menganalisa adanya dugaan gejala sakit jiwa pada Dian.

"Selain terkait ada keyakinan tertentu, nampaknya ada indikasi delusi juga. Anak yang memberi susu pada jenazah ibunya dan seterusnya, itu gejala sakit jiwa psikotik," ungkap Adrianus Meliala dikutip pada Selasa (22/11/2022) dari Kompas.com.

Lantaran dugaan terebut, Adrianus menyebut perlunya psikolog forensik menyelidiki karakter satu persatu anggota keluarga Rudyanto.

Baca juga: 3 Tingkah Aneh Om Keluarga Kalideres Sebelum Ditemukan Tewas, Jual Aset hingga Tutupi Kematian Ipar

Hal itu perlu dilakukan guna menginstruksikan suasana saat kejadian satu persatu kematian anggota keluarga Rudyanto tersebut.

Adrianus juga menyebut bahwa penyelidikan dalam kasus tersebut terbatas dilakukan.

Hal tersebut disebabkan seluruh pihak yang terlibat sudah tewas di rumahnya sendiri.

Guna mendalami kasus tersebut menurut Adrianus, perlu juga adanya observasi TKP dan penilaian 360 derajat terhadap semua orang yang pernah berkontak dengan korban.

"Semoga bisa dibentuk pandangan tentang suasana sebelum mereka mati," kata Adrianus.

Baca berita lain TribunnewsBogor.com di Google News 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved