Gempa Bumi Cianjur

Cerita Angker di Jalur Warung Sate Sinta Cianjur, Dipanggil Pembeli di Atas Bukit: Uangnya Jadi Daun

Warung Sate Shinta yang berada di Jalan Raya Cipanas-Puncak, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ternyata menyimpan cerita mistis.

Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Vivi Febrianti
Kolase Tribunnews.com/Google
Warung Sate Shinta yang berada di Jalan Raya Cipanas-Puncak, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ternyata menyimpan cerita mistis di kalangan warga sekitar. 

Yanto mengungkapkan, bangunan yang berada di atas bebukitan ini awalnya merupakan lahan kosong.

Lahan kosong itu memang merupakan daerah resapan air di kawasan ini yang juga banyak ditumbuhi oleh pepohonan rindang.

Bangunan yang tersisa berdiri di atas bebukitan yang longsor di Jalan Raya Cipanas-Puncak, Kabupaten Cianjur, ternyata rumah singgah milik warga Cianjur, Kamis (24/11/2022).
Bangunan yang tersisa berdiri di atas bebukitan yang longsor di Jalan Raya Cipanas-Puncak, Kabupaten Cianjur, ternyata rumah singgah milik warga Cianjur, Kamis (24/11/2022). (TribunnewsBogor.com/Rahmat Hidayat)

Namun, GS yang juga sebagai juragan keramik saat itu, membeli lahan yang luasnya sekitar 3 haktare.

"Lahan kosong terus dibeli sama GS. Baru dibangun dan dikelola beberapa bangunan," ungkapnya.

Namun, GS yang terkenal sebagai juragan keramik, tidak bertempat tinggal di lahan yang ia beli sebelumnya.

GS memilih singgah di lahan itu terhitung sekitar satu minggu sekali.

"Gatau udah berapa lama beli itu. Dulu, kudanya juga banyak. Seperti rodanya ada. Dulu ada kuda ketika sering kesini. Ada seminggu sekali ya kalau kesini," tambahnya.

Namun, kejadian misterius membuat GS tidak kembali mengunjungi bangunannya itu.

GS memilih penjaga yang merupakan warga Cibereum untuk mengelola lahan miliknya itu.

"Kalau ceritamah banyak. Katanya ada tiga kali orang yang ngalungin golok ke GS. Mungkin itu yang buat GS gasering kesini lagi," kata Ahman yang juga pemilik warung yang tergerus tanah longsor.

Namun, alih-alih dipercaya untuk menjaga bangunannya, GS justru dikhianti dengan penjaga yang menjual beberapa pohon di areal tersebut.

"Dulu banyak banget pohon duriannya. Tapi, ya itu sisa satu terus lama-lama habis. Itu sih dijualin rame ceritanya. Gatau kenapa," tambahnya.

Seiring berjalannya waktu GS kini memilih menetap bersama keluarganya di Kota Bandung.

Saat ini, diakui Ahman, rumah singgah ini hanya dikunjungi oleh ahli waris dari GS.

"Mungkin sudah usia juga ya. Jadi GS milih diam di Kota Bandung sama anaknya. Kalau sekarang ahli warisnya atau siapanya memang sering kesini," tandasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved