Polisi Tembak Polisi
Tak Mau Terjebak Pengakuan Putri Candrawathi, Aktivis Perempuan Beberkan Kejanggalan soal Perkosaan
Pengakuan Putri Candrawathi diperkosa Yosua tak membuat aktivis perempuan luluh. Istri Ferdy Sambo malah dikecam gara-gara dituding berbohong
Penulis: khairunnisa | Editor: Soewidia Henaldi
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Aktivis jaringan pembela hak perempuan korban kekerasan seksual, Ratna Batara Munti masih ogah membela Putri Candrawathi.
Pengakuan Putri Candrawathi soal jadi korban perkosaan almarhum Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J tampaknya tak membuat aktivis perempuan luluh.
Kendati istri Ferdy Sambo itu sampai menangis saat bercerita soal dugaan perkosaan almarhum Yosua, aktivis perempuan bergeming.
Ratna secara tegas mengaku ogah membela Putri Candrawathi.
Biasa menyuarakan aksi membela sesama perempuan, kenapa aktivis perempuan tak mau membela Putri Candrawathi yang menjadi korban pemerkosaan ?
Dalam tayangan Kompas TV bersama Rosiana Silalahi, Ratna aktivis perempuan mengurai detail alasannya tak mau berdiri di belakang Putri Candrawathi.
Alasan utamanya adalah karena ada indikasi Putri Candrawathi berbohong terkait kasus pemerkosaan.
"Kita tidak bisa langsung menyatakan dukungan terhadap PC karena kita tahu banyak sekali indikasi tentang kebohongan, obstruction of justice, dan dia juga terlibat, bukan sebagai ibu rumah tangga biasa, tapi bagian juga merencanakan skenario (pembunuhan)," ungkap Ratna dilansir TribunnewsBogor.com, Jumat (16/12/2022).
"Anda meragukan kesaksian Putri ?" tanya Rosi.
"Iya dong, sebagai pendamping kita harus percaya korban, kecuali kalau ada indikasi yang membuat kita ragu dia sebagai korban, belum lagi soal relasi kuasa. Di kasus PC, siapa yang berkuasa ? punya uang ?" jelas Ratna.
Banyak membela dan mendampingi korban pemerkosaan di berbagai daerah, Ratna melihat kasus dugaan perkosaan yang diakui Putri Candrawathi adalah kasus berbeda.
Baca juga: Hanya Menangis, Putri Ditanya 3 Kali Soal Selingkuh Dengan Yosua, Pengacara: Mungkin Dia yang Naksir
Sebab dilihat Ratna, Putri sebenarnya punya banyak keuntungan sebagai istri dari Kadiv Propam saat itu.
"Kasus PC ini kasus pengecualian dari mayoritas korban yang kita dampingi. Kebanyakan korban itu justru mereka yang lemah dari relasi kuasa pelakunya. PC ini punya banyak previllage, dia ada 8 ajudan. Bayangkan suami istri dilayani delapan orang, yang seharusnya dia (polisi) bisa melayani masyarakat daripada untuk satu keluarga," kata Ratna.
Lagipula ditelisik Ratna, banyak kejanggalan dari pengakuan Putri soal pemerkosaan dari mendiang Yosua.
Termasuk soal Putri yang langsung minta bertemu dengan Yosua usai dugaan tindak perkosaan dilakukan ajudan suaminya.
Hal tersebut menurut Ratna tak lazim dilakukan para korban perkosaan.
"PC banyak kejanggalan, dia bukan mencerminkan mayoritas korban perempuan yang kita dampingi. Ini perkosaan, bukan kekerasan seksual biasa, bahkan dibanting tiga kali. Ada enggak korban perkosaan, meminta ketemu dengan pelaku belum lama kejadiannya ?" kata Ratna.
"Kenapa berbeda perlakuannya (aktivis) pada Putri ?" tanya Rosi.
"Enggak, Putri itu dapat previllage kok. Dia itu langsung diterima laporannya, keluar laporan polisi dan diproses sampai akhirnya SP3 karena rekayasa. Dan pakai UU TPKS. Saya ke beberapa daerah, banyak sekali penyidik yang tidak mau menerima laporan korban," ungkap Ratna.

"Sementara yang terjadi pada Putri ?" tanya Rosi.
"Langsung dapat previllage, terus terang saya sakit hati. Kenapa, karena banyak sekali korban yang tidak bisa mendapatkan laporan polisi. Belum lagi (PC) pakai psikolog. Psikolog itu di daerah-daerah enggak ada. Ini psikolog forensik, langsung bisa didapatkan, itu previllage (PC)," ujar Ratna.
Lebih lanjut, Ratna pun mengaku masih ragu membela Putri Candrawathi.
Karena bukti pamungkas tindak pemerkosaan, yakni visum tak pernah dilakukan Putri.
"Kalau persetubuhan itu harus bisa dibuktikan bahwa ada upaya penetrasi penis ke vagina secara paksa. Itu biasanya adalah dengan visum et repetum, itu paling mengena untuk alat bukti," imbuh Ratna.
Sisi Lain Putri Candrawathi
Selain itu, Ratna juga melihat sisi lain dari sosok Putri Candrawathi.
Menurut Ratna, Putri tak selemah yang orang bayangkan.
Sangkaan itu terbukti di persidangan yakni saat Bharada E atau Richard Eliezer menceritakan terkait peran Putri Candrawathi dalam pembunuhan Brigadir J.
Diceritakan Richard, Putri Candrawathi ikut ada dalam perencanaan pembunuhan.

"Putri Candrawathi ikut membersihkan barang-barang Yosua. Ini menunjukkan bahwa ia tidak selemah yang dipikirkan banyak orang ?" tanya Rosi.
"Iya dong, dari posisinya, dan keterlibatan kasus ini, seperti yang dikatakan Richard, dia (PC) itu ada saat perencanaan (pembunuhan). Belum tentu itu awal, karena Yosua sudah menyatakan dia punya masalah yang berat sampai dia dibunuh. PC terlibat dalam perencanaan, dan aktif mengumpulkan HP (usai pembunuhan)," ujar Ratna.
"Menurut anda, seperti apa peran Putri Candrawathi ?" tanya Rosi lagi.
Dia bisa jadi malah otak di balik ini semua. Kita enggak bisa memukul rata perempuan itu lemah," kata Ratna.
Tak cuma itu, Putri juga diyakini Richard ikut berperan dalam upaya penghilangan jejak Ferdy Sambo dalam pembunuhan Yosua.
Sebab usai Yosua terbunuh, Putri Candrawathi langsung memerintahkan Richard dan Ricky Rizal untuk mengelap barang-barang mendiang Yosua yang sempat disentuh Ferdy Sambo.
"Itu menunjukkan bahwa seorang PC, dia bukan sekadar ibu rumah tangga yang kerjanya ngurus anak, bergantung pada suami, dia korban tak berdaya. Di dalam fakta ini jauh, berbanding terbalik, bahwa dia aktif di dalam pembunuhan Yosua," sambung Ratna.
Alih-alih membela Putri, Ratna memilih untuk berpihak pada keluarga Yosua, terutama ibunya, Rosti Simanjuntak.
"Perempuan harus mendukung perempuan, kenapa aktivis perempuan di sini tidak berdiri bersama korban ?" tanya Rosi.
"Kita membela ibu Yosua, ibu Yosua ini korban yang anaknya dibunuh dengan keji, diekseskusi. Kita tidak terima main hakim sendiri, kita bersama ibu Yosua. Hampir 95 anggota Polri yang terlibat, ketika mereka dipecat, banyak perempuan yang jadi korban, itu harus dipertimbangkan bukan hanya PC," ungkap Ratna.
Baca berita lain TribunnewsBogor.com di Google News