Breaking News

Mengenal Sosok Kompol Supriyanto, Kapolsek Cisarua Bogor yang Punya Perjalanan Panjang Kehidupan

Kisah Kapolsek Cisarua menjadi sorang polisi dinilai menginspirasi banyak pihak. Ya, sebelum seperti sekarang, dirinya hanya seorang anak serabutan.

|
Penulis: Wahyu Topami | Editor: Yudistira Wanne
Istimewa
Kompol Supriyanto, Kapolsek Cisarua, Kabupaten Bogor 

Laporan wartawan TribunnewsBogor.com Wahyu Topami 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CISARUA - Kompol Supriyanto (57) memiliki cerita panjang saat mengemban tugas sebagai Polisi.

Kisah Kapolsek Cisarua menjadi sorang polisi dinilai menginspirasi banyak pihak.

Ya, sebelum seperti sekarang, dirinya hanya seorang anak serabutan.

Ayahnya bekerja sebagai tukang bangunan dan ibunya baru mendapatkan pekerjaan saat melahirkan Supriyanto.

Semasa kecil, hidup Kompol Supriyanto penuh lika-liku khas Cilacap.

Di mana kehidupan sebagian masyarakatnya sedikit tertinggal.

"1979-1980an Cilacap masih keras masih bisa dikatakan tempat perjudian masih marak, lingkungan kerja masih sangat sulit keren-kerennya orang Cilacap itu dulu ya jadi tukang becak, TKI, buruh dan memang tidak ada lagi," ujarnya, Sabtu (11/3/2023).

Kompol Supriyanto lahir dari 8 bersaudara.

Sebelum dirinya lahir sang Ibu kerap kali merasakan sakit-sakitan di bagian kaki.

"Kalau cerita begini suka sedih, tapi dari situ mungkin Ibu bisa jadi pegawai negeri dan membuat semua kakak-kakak saya jadi berhasil," ungkapnya pada TribunnewsBogor.com.

Puncak dari derita Ibunya tersebut ialah ketika sang Ibu memiliki luka, dimana pada saat itu ketika ibunya meminta pertolongan kepada saudara-saudaranya tidak ada yang mau membantu.

Akhirnya dengan tertatih-tatih Ibu dari Kompol Supriyanto tersebut jalan kaki dengan susah payah menuju rumah sakit.

"Dari situ ibu dulu pernah punya koreng (luka) saya lupa di kaki kiri atau kanan. Saat itu ibu minta tolong ke kakaknya untuk minta diantar ke rumah sakit karena ibu gada ongkos cuma tidak ada yang mau akhirnya ibu sambil luka berangkat sendiri ke rumah sakit dengan tertatih-tatih, jalan tidak sempurna akhirnya mau sampai rumah sakit dari kejauhan ada dokter memanggil akhirnya Ibu ditolongin," ungkapnya.

Saat dirawat, Ibu yang memiliki 8 anak ini tidak diam, sebagai ucapan terima kasih dirinya kerap kali membantu koki rumah sakit memasak atau sekadar mengantarkan makanan.

"Setelah dirawat itu Ibu coba memasak, taunya dokter itu suka dengan masakan Ibu. Darisitulah Ibu diangkat jadi juru masak rumah sakit. Nama rumah sakitnya RSU Sidareja dulu mah masih Kecil," paparnya.

Berselang lama menjadi juru masak di RSU Sidareja tersebut Ibunya kerap kali membawa anak-anaknya untuk bekerja di tempat yang sama, beberapa anaknya ada yang menjadi dokter dan jadi supir dari rumah sakit tersebut.

Setelah Ibunya pensiun, kemudian wafat, Kompol Supriyanto tinggal bersama kakaknya, yang dimana kakaknya kemudian menikah dengan seorang polisi dan bekerja di Jakarta.

Kehidupan barunya dimulai saat ia duduk dibangku SMP Muhammadiyah Jakarta.

Tinggal di Ibu Kota bersama sang kakak membuat mental dirinya mulai terasah, bekerja dan sekolah sudah menjadi rutinitas hariannya selama berseragam putih biru di Jakarta.

"Jadi saya SMP masuk siang, jam 6 saya mulai kerja mengantarkan koran sampai jam 8 setengah 9, bisanya saya bekerja mengantarkan koran itu karena ada tetangga yang bekerja sebagai loper koran. Mungkin dulu tetangga itu sempat kesiangan saya ditawarkan mau ga mengantarkan koran, kemudian saya mau dalam sehari saya hanya mengantarkan 25 koran saja karena memang 25 itu sudah ada pelanggan tetap. Jadi saya antar saja ke rumahnya," ujarnya.

Setelah itu Kapolsek yang sangat menyukai teh tubruk ini mengungkapkan dirinya melanjutkan pendidikan ke SMA Yasmu Jakarta.

Setelah lulus dari pendidikan SMA dirinya tidak langsung mendaftarkan diri menjadi polisi, namun sempat bekerja di salah pabrik di Tangerang.

Setelah beberapa tahun bekerja kakak iparnya yang memang sudah menjadi polisi menyarankan dirinya untuk ikut mendaftar juga karena memang saat itu institusi kepolisian sedang membuka pendaftaran.

"Setelah lulus SMA saya sempat bekerja di pabrik beberapa tahun, kemudian kakak saya menyuruh saya daftar polisi. Ga nyangka juga lolos," ucapnya

Setelah berhasil menjadi polisi dirinya berasa kalau khayalan masa kecilnya terwujud seperti menaiki pesawat dan helikopter.

Dalam karirnya sebagai seorang polisi Supriyanto tergolong sukses, namun dikesuksesannya itu dirinya tak pernah menyangka bisa sampai ke jenjang Kompol, jenjang yang memang setara dengan mayor di TNI.

"Dulu belum pernah terbayangkan saya bisa jadi Sepri kayak semacam ajudan pimpinan, gak pernah berharap juga gak pernah bermimpi semua seolah-olah telah digariskan gitu. Bagi saya mengalir aja gitu gimana caranya saya menjalankan tugas saya dengan baik, menjaga amanah juga," ujarnya

Suka duka menjadi seorang polisi, Supriyanto sudah sangat diberikan tugas untuk terjun ke berbagai pulau sering dialaminya. Aceh, Bali, Ambon hingga Jayapura pun pernah ia datangi. Sembari membawa nama besar instansi polri.

Baginya itu semua hanyalah sebuah kesempatan, dirinya terpilih menjadi seorang guna menjalankan amanah yang sudah dititipkan sang kuasa. Diusianya yang kini semakin senja amanah, kata-kata orang tua adalah pijakan terbaik baginya.

"Inspirasi saya sebenernya sederhana, pertama saya syukur bisa kerja, kedua saya jadi polisi bisa dikatakan sebuah cita-cita juga, ketiganya saya pengen berbuat baik aja dulu. Berbuat baik yang penting tidak ada pelanggaran dalam hidup saya, ditambah ibu pernah bilang yang penting syukur dan jujur," pungkasnya.

Menjadi seorang polisi masa terbaiknya ialah ketika dirinya datang dan menjumpai masyarakat dari berbagai kelas sosial, menyapa dan memberinya bantuan adalah sebuah kenangan manis yang selalu tersimpan rapi dalam memori seorang Kompol Supriyanto.

"Yang paling membalas dalam ingatan saya ialah saat menjadi Kapolsek, Kapolsek itu banyak temanya. Saya sering turun ke lapangan duduk bersama warga, membantu apa yang menjadi masalah, memberi dan macam-macam lainnya itu merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya. Walaupun tak seberapa tapi bagi mereka itu sangatlah berharga," ujarnya

"Apalagi kalau ketemu orang sekampung halaman, makanya saya setiap kali ketemu orang Cilacap langsung akrab kaya udah kenal lama jadi gotong royongnya terasa sekali. Saya sering banget ketika ketemu orang Cilacap mau kerja apapun jadi langsung akrab banget," sambungnya

Sepanjang karirnya menjadi seorang polisi duka terdalam yang paling membalas dalam ingatannya ialah saat sang istri melahirkan anak ke duanya.

"Waktu istri melahirkan anak kedua, saya tidak bisa menemaninya karena saat itu saya sedang dinas di Aceh. Hanya bisa komunikasi melalui telepon saja," pungkasnya.

Kini Kompol Supriyanto akan pensiun pada tahun depan dan sudah dikaruniai seorang tiga anak, keduanya sudah menikah dan satu lagi masih mengeyam pendidikan tingkat menengah pertama.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved